Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XI. November: Kesialan Kesebelas

Kesialan Kesebelas

***

"Kau tidak menengok latihan basket akhir-akhir ini?" Suaranya menyiram lamunanku. Kutengok sekilas untuk berpaling lagi.

Dagu kupangkukan dengan punggung tangan. "Memangnya itu penting, Akashi-san?" Nada ketus turut menyertai suaraku.

Ia mengernyit. Aku tak hirau.

Sebetulnya belakangan ini aku mencuekinya. Menjaga jarak darinya sejak sebulan yang lalu. Mungkin dia pun tahu gelagatku.

"Aku ingin tahu," ucapnya seketika, "mengapa akhir-akhir ini kau seperi menjaga jarak dariku?"

Aku termangu. Apakah aku mesti berkata sebenarnya? Namun, aku pasti akan merasa konyol.

"Euh, jika boleh saja kujujur." Ini mengapa malah aku yang benar-benar bercerita? "Ada suatu hal yang ingin kubahas denganmu," lanjutku mencari mati.

"Jujur? Silakan saja. Kau ingin jujur dalam hal apa?" Aku merasa seperti ditantangnya. Ia pun duduk di meja kerjanya setiap kegiatan belajar mengajar selesai.

Saliva kutelankan terlebih dahulu seakan-akan membuat tenggorokanku sulit berucap. "Ini masalah cokelat," jedaku," cokelat ... Valentine." Sial. Aku menjadi gugup.

Alis Akashi terangkat. "Ada apa dengan cokelat Valentine? Ada masalah dengan cokelatmu?" Dor! Apakah dia benar-benar merasa cokelat itu dariku? Mengapa ia ge-er sekali. Dan entah bagaimana aku seperti akan mem-PHP-kannya.

Durjana sekali aku.

Aku memasang muka tidak enak. "Em... pertama, bagaimana rasa cokelat itu?" Mengapa aku bertanya seolah-olah aku yang memberi? Wah jika begini Akashi akan benar-benar salah paham.

"Lumayan menurutku," jawabnya yang makin membuat romanku kusut. "Aku tak menyangka kemampuanmu membuat cokelat termasuk di atas rata-rata." Lagi-lagi mukaku kusut mengganda.

"Sebelumnya ... maafkan aku!" pintaku dengan kedua tangan yang memohon kepadanya. Sebelah mataku pun aku kedipkan guna menambah kesan kesungguhanku.

"Mengapa, [name]? Ada masalah?"

Tentu. Dan aku akan mengatakan yang sejujurnya padamu, Akashi. Aku bahkan tidak bisa menerka apa yang terjadi setelahnya.

Ekspresimu yang dapat kulihat adalah hampa. Meski, sekilas.

***

"Hmm... begitu ya," sahut Akashi. [Name] di hadapannya memasang wajah kalut. "Padahal aku benar-benar berharap. Ternyata menampakkan secercah pun tidak, tetapi sirna selamanya."[]

***

[A/N]
Gak jelas ya. Iya saya tahu kok tahu:"".

Dan btw satu bagian lagi adalah yg terakhir. Alias selesaaai.

Tp nanti bakalan ada extra. Udah buat sih cuman kurang sesuatu jd belum di-publish. Extranya kumaha? Liat aja dah entar, soalnya ntu extra masih nyambung di antara bulan2 sebelumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro