X. Oktober: Kesialan Kesepuluh
Kesialan Kesepuluh
***
"Ada apa?" ucap [name] pada seseorang di telepon.
"Halo, [name]-san." Suara seorang gadis tersapa di telinga [name]. Pelipisnya mengerut, suaranya tampak familier di saraf [name]. Sepertinya bukan orang yang ia kenal dekat. "Ini Kana, jika [name]-san lupa. Bisakah kita bertemu di taman kota? Maaf jika merepotkanmu di hari Minggu ini, tapi ini sangat penting."
[Name] tampak menimbang-nimbang. Sejujurnya ia sangat malas jika harus keluar di hari penuh kemalasan ini. Namun, ia merasa simpatik padanya jika ia menolak. "Ah ya, aku senggang. Sekarang, 'kan? Kalau begitu aku akan segera ke sana."
Sambungan pun terputus ketika ia menyampaikan terima kasih pada [name]. Namun, sepenting apa hingga [name] mesti hadir di depannya?
***
Waktu berjalan dan kini kuberdiri sendiri. Dengan atasan panjang berpadu dengan sweter; celana jin panjang dengan bot cokelat yang menutupi hingga bawah lutut. Sudah memasuki musim gugur, yang satu bulan lagi akan masuk musim dingin, temperatur udara pun sudah mulai turun.
"[Name]-san, maaf aku terlambat. Kuharap tidak terlalu lama." Seorang gadis berambut pendek hitam di atas bahu hadir di hadapanku. Tangannya berpangku pada lutut dengan tubuh yang membungkuk serta kepala yang tengah mengambil napas yang sesekali menghadapku.
Dengan satu tarikan tangan yang memasukkan beberapa helai rambut ke belakang telinga, aku pun menerka, "Kana, bukan? Seingatku jika tidak salah kita pernah satu kelas saat di tahun pertama. Ada perlu apa hingga harus memanggilku?"
Tubuhnya sudah ditegakkan. "Semestinya ini bisa dibicarakan melalui telepon. Akan tetapi, memang seharusnya bicara langsung olehmu."
"Di sekolah seharusnya juga bisa, kan?"
"Memang. Namun, alangkah baiknya kusampaikan hal ini secepatnya."
Kepala kuanggukkan. "Hmm... baiklah," gumamku seraya siap mendengarkan.
"Sebenarnya waktu Valentine waktu itu, aku mendapat dare untuk memberi cokelat pada seseorang yang bukan kusuka." Aku diam, tatapanku bermaksud untuk meminta kelanjutan darinya. "Cokelatnya memang kukasih, tetapi tidak langsung." Lagi pula, mengapa aku harus mendengarkan kisahnya yang tidak faedah bagiku? Ia curhat atau apa, sih? "Tapi, cokelat itu kukasih bukan dengan namaku. Namun, menggunakan namamu."
Mataku bekerlip lamat-lamat. Kata-katanya mudah kucerna, tetapi seakan-akan aku yang bego memahaminya. Menggunakan namaku katanya? "Menggunakan namaku? Apa maksudmu?"
Ia mendesah lalu menatapku lurus. "Intinya, aku memberikan cokelat pada seseorang menggunakan namamu," ungkapnya. "Apalagi belakangan ini kau dan orang tersebut cukup dekat." Lanjutnya, "Dan objek terkait adalah Akashi Seijuro."
What the fuck.
Jangan-jangan Akashi benar-benar mengira cokelat yang ia dapat adalah dariku? Tunggu sebentar. Jika tidak salah aku pernah diberikan cokelat olehnya 'kan, cokelat putih pula, di saat White Day pula. Apa jangan-jangan Akashi berpikir untuk membalas cokelatku—cokelat atas namaku?
Eh, tetapi itu pasti tidak mungkin. Akashi tidak sembarangan memberikan cokelat pastinya. Eh, tapi ia memberiku cokelat waktu itu. Ah, sudahlah. Mungkin ia berniat karena merasa simpatik padaku waktu itu. Eh, tapi jika begitu ia akan salah paham pada cokelat atas namaku. Lha, seakan-akan aku seperti suka padanya?
Mengapa sial ini terus membuntutiku?
Sepertinya benar jika satu tahun ini sial akan menemaniku. Jika menurutku ini adalah paling sial di antara yang lainnya, apa jadinya dua bulan terakhir nanti?
Eta terangkanlah.
***
Lusa kemudian
"[Name], ada apa denganmu? Kau jadi sering melamun."
Kelopak mata [name] mengejap. Lantas [name] segera menyahut, "Tidak apa-apa, Kaichou. [Name] berdusta, "Hanya sedikit tidak enak badan."
Akashi tidak membalas lagi, [name] pun kembali beralih pada proposal OSIS. Pernyataan Kana benar-benar mengganggunya. Sepertinya Kana pun harus terkena sama sialnya seperti [name].[]
***
[A/N]
Ini part spesial khususon buat temanku.
Sebenarnya aku pinjam OC-nya hehehe tanpa bilang2 dulu. Abis kubingung mau pake siapa (rage)
Kana-Hiyo oyy kubaik kan. Pinjem OC-mu bentar 3h3h3. Kusudah izin di sini ya *peace*.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro