Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

V. Mei: Kesialan Kelima

[A/N]
Sebelumnya, bagian ini terinspirasi oleh salah satu episode anime "Kaichou wa Maid sama". Tepatnya, di episode festival olahraga.

Namun, karena saya merasa itu terlalu mirip dan menjurus plagiat, saya revisi dan ganti---setidaknya mempunyai perbedaan yang signifikan.

***

Kesialan Kelima

***

"Aku mendapat bagian berlari dengan kostum?" tanya [name].

"Ah iya, tapi kau harus berhati-hati saja. Aku sudah memperingati," jawab sang lawan yang merupakan teman [name].

***


Kyoto, Mei 2017
Festival Olahraga

Aku bukan orang yang sangat menantikan itu. Namun, karena statusku adalah ketua kelas, mau tak mau memang kuharus 'terlihat' bersemangat agar para anggota kelas tidak tertular virus kemalasanku. Ya, aku sangat tidak bersemangat melakukan ini.

Sangat.

Apalagi ketika mendapat giliran estafet dan berlari dengan kostum. Bagian estafet sih, tidak masalah. Namun, berlari dengan kostum? What the fuck. Sudah pula harus berganti baju di tenda lalu kembali berlari.

Yang menjadi masalah bagiku adalah... tenda yang menjadi ruang ganti adalah ruang ganti sesama peserta berlari dengan kostum. Sesama peserta yakni bercampur para lelaki dan para gadis.

Ini gila. Meski tendanya tidak ada penerang, tetapi berganti baju bersama ....? Astaga. Tanganku mengelus dada perlahan. Pantas jika banyak lelaki yang ikut. Secara tidak langsung mereka mencari kesempatan di dalam kesempitan yang terselubung.

Dasar para lelaki mesum. Kudoakan agar kalian mampus nantinya.

"Perempuan seharusnya tidak boleh mengikuti lomba ini." Akashi serta-merta menghampiriku, berdiri di samping kiri.

Aku mendesah sejenak. "Ya, aku mengikuti pun karena dapat undian. Lagi pula memang hanya aku yang perempuan di sini?" tanyaku lalu diikuti kepala yang celingak-celinguk guna melihat adakah siswi lainnya. Namun, mengapa aku tidak dapat menemukan yang sesama jenis di barisan start ini?

Jangan bilang....

"Siswi hanya kau saja yang mengikuti lomba ini."

Aku melongo dengan mata yang membelalak kaget. Memberi sorotan tajam sarat akan tanya. "Jangan bohong." Tentu aku masih belum percaya. Tega sekali panitia lomba yang masih mencantumkan namaku. Siapa sih, seksi olahraganya?


"Jika kautanya siapa seksi olahraga yang masih mencantumkanmu, itu Koutaro," balasnya tiba-tiba. Dasar (sok) absolut. "Sepertinya sudah jelas bukan jika banyak siswi yang tidak akan mengikuti lomba ini."

"Terus... aku harus bagaimana?" tanyaku kalap. Aku sudah frustrasi kala tahu di barisan start ini hanya ada aku.

"Tetap mengikuti."

"Apa?! Tidak bisa mundur?"

Akashi menjelaskan, "Terserah jika kau ingin mundur, tetapi hanya kau bukan yang menjadi perwakilan kelas? Apalagi hadiah yang didapat terbilang besar bagi satu kelas sekalipun."

Akashi benar. Anak-anak kelas pasti mengharapkanku. Uh, jika terlepas dari hadiah, aku pasti sudah mundur. Hadiahnya sangat besar, lebih tepatnya sangat menguntungkan, yakni: makan gratis dengan nominal Yen tertentu selama sebulan di saat makan siang berlangsung. Besar, bukan? Lumayan bagi kantong pelajar, bisa berhemat selama satu bulan.

"T-tapi, masalah ganti pakaiannya itu lho...," gumamku. Kudapati banyak pasang mata menatap liar kepadaku. Sepertinya aku mulai menjadi sasaran mereka nantinya. Sialan. Mengapa banyak siswa yang (sangat) mesum? Kuharap Akashi tidak. Maksudku, kuhanya berharap pada Akashi untuk dapat membantuku untuk melewati neraka baru ini.

"Itu sudah risiko."

Tatapan kesal nan kecewa kuutarakan padanya. Hei, kusudah berharap besar padamu. Setidaknya tolonglah aku meski aku tidak suka padamu.

"Tapi, saranku kau berlari belakangan saja. Bukankah akan aman untukmu?" Bukan saran yang baik. Hadiahnya besar dan kutidak mau melewatkan, tentu aku juga tidak mau mengorbankan diri sendiri untuk menjadi bahan cuci mata. Tidak sama sekali.

"Atau tidak kau berlari lebih cepat dari yang lainnya. Silakan, tinggal pilih mana opsi yang dimau," tukasnya. Aku memberengut sebal.

"Tidak bisakah kau membantuku?"

Akashi mendesah. "Kita di sini rival. Tentunya aku yang akan menang."

"Eh? Aku juga akan menang," tukasku. "Jika begitu, Akashi Kaichou, aku akan mengikuti opsimu yang kedua. Namun, yang jelas pasti dan akan menjadi fakta, aku akan menang." Pandangan serius kuberikan. "Tidak peduli apakah kau mengatakan 'absolut' atau tidak."

Akashi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yare-yare. [Name], kau pasti akan kesulitan nanti, biar kubantu."

"Maksudmu mengganti pakaian? Tidak!"[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro