Juni
Ujian telah dekat begitu pula pertandingan dan hal ini sangat buruk bagi Kise. Sebelumnya pelatih mereka mengatakan hanya orang-orang yang tidak mengikuti ujian susulanlah yang dapat mengikuti pertandingan hingga tatapan pelatih itu mengarah ke Kise.
"Karena kau adalah ace dari tim Kaijō, maka berusahalah untuk tidak mengikuti ujian susulan, Kise-kun. Kami mengandalkanmu."
Berkat perkataan sang pelatih, kini Kise merasa tertekan. Ia takut gagal dan mengecewakan semua teman-temannya. Belum lagi ia juga mengatakan mantan se-timnya sewaktu SMP beserta Kagami bahwa ia akan membalas kekalahan mereka. Tetapi untuk saat ini apa yang bisa ia lakukan sedangkan ia saja selalu mendapatkan nilai rendah. Meminta pensil ajaib milik Midorima, pasti akan sangat sulit. Kalau dengan Kuroko pasti panggilannya tidak akan diangkat, dan satu-satunya penyelamat hanya (Name).
Tapi akhir-akhir ini (Name) lebih sering marah dan itu menakutkan. Hal yang membuat (Name) marah cukup mudah yaitu semua yang pernah diajarkan (Name) ketika diujiankan Kise masih juga mendapatkan nilai rendah. Ya, hanya itu saja. Cukup simple.
Jadi, Kise kembali memikirkan kembali rencananya untuk meminta bantuan dari (Name). "Lebih baik tidak usah saja. (Name)cchi sangat mengerikan-ssu, mirip dengan Akashicchi."
Dan itulah hasil dari sekian rencananya yang ia buat. Kise memilih untuk tidak meminta bantuan (Name) dan berjuang sendirian. Ia akan mencoba untuk belajar sendiri di perpustakaan.
Dan di sinilah Kise berada. Sebuah perpustakaan yang dipenuhi berbagai macam buku. Kise mencoba membaca mata pelajaran sejarah dan mengerjakan contoh soal tanpa melihat buku tetapi hasilnya tetap saja kurang memuaskan.
"Jika begini terus, aku tidak akan bisa ikut pertandingan-ssu," lirihnya sedih.
"Are, Ryōta-kun. Tumben kau berada di sini," ujar (Name) yang baru saja masuk ke dalam perpustakaan.
"(N-name)cchi, kenapa kau bisa ada di sini-ssu?"
"Kenapa? Tentu saja untuk belajar. Aku ingin membahas beberapa contoh soal yang kemungkinan akan keluar saat ujian nanti," jawab (Name) lalu melihat ke arah buku yang di buka Kise.
"Kau juga membahas soal yang akan diujiankan?" tanya (Name) yang dibalas anggukan. "Kalau begitu bagaimana kalau kita bahas bersama saja," tawar (Name) membuat Kise kembali mengangguk senang.
"Huwaa arigatou (Name)cchi."
"Ssstt." Sang pengawas perpustakaan memberikan peringatan untuk Kise agar tidak meribut yang membuat Kise sedikit cemberut.
"Sudah, ayo kita coba."
.
.
Tanpa diduga, saat ujian telah selesai dan nilai di taruh di papan pengumuman, Kise mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Ia tidak berada di peringkat terakhir membuat Kise bernapas lega. (Name) yang melihat Kise senang membuat hatinya ikut senang, dengan begini pasti Kise sudah bisa untuk mengikuti pertandingan basket. Hah ... akhirnya usahanya tidak sia-sia lagi.
Memang sangat sulit untuk mengajari Kise tapi (Name) tidak mau menyerah belum lagi teman-teman setim-nya meminta bantuan dirinya untuk mengajari Kise.
"(Name)cchi, terimakasih atas bantuanmu. Berkatmu aku bisa mengikuti pertandingan minggu depan-ssu," ujarnya tulus dan sedikit lemas. (Name) hanya mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum manis ke arah Kise. "Tidak masalah, lagipula ini semua karena kau juga sudah berusaha Ryōta-kun," ujarnya lalu melihat wajah Kise yang sedikit pucat.
"Ryōta-kun, tunggu sebentar." Tangan (Name) bergerak ke arah dahi Kise dan sebelah tangannya lagi bergerak ke arah dahinya sendiri. "Kau demam. Kau harus istirahat hari ini juga Ryōta-kun, jangan berlatih dulu," kata (Name) namun Kise menolaknya dengan halus.
"Ini hanya demam biasa, tidak parah dan paling satu hari sudah sembuh. Kau jangan khawatir-ssu" balasnya dengan senyuman yang tampak dipaksakan. Dilihat dari manapun wajah Kise terlihat sangat pucat.
"Mungkin ini efek karena kau belajar terlalu keras apalagi setelah itu kau pun tetap mengikuti latihan," ujar (Name) yang menghela napas lelah, "pokoknya kau harus istirahat dan untuk masalah latihan aku akan memberitahu pada senpai bahwa kau tidak bisa ikut latihan hari ini," kata (Name) mutlak yang membuat Kise sedikit kesal. Ia sudah menetapkan bahwa ia akan berusaha berlatih untuk membalas kekalahan mereka saat pertandingan nanti, tapi ... (Name) malah menyuruhnya istirahat, padahal ini tidaklah terlalu parah.
"Tapi (Name)cchi ...."
"Kumohon ... mengertilah Ryōta-kun," lirih (Name) dengan raut wajah yang tampak memohon. Kise yang melihatnya menjadi tidak tega dan pada akhirnya ia menuruti perkataan (Name). Mereka berdua pun akhirnya meminta izin pada guru untuk segera pulang ke rumah.
.
.
Di rumah, (Name) mulai merawat Kise dengan baik. Ia menyuruh pemuda itu untuk mengganti pakaiannya dengan piyama tidur sedangkan (Name) sendiri memilih untuk membuatkan makanan dan minuman, obat demam, dan menyiapkan kompresan.
Setelah selesai, ia pun membawa itu semua ke kamar Kise. Di sana ia lihat Kise tengah berbaring dengan memakai selimut sebatas dada. (Name) pun perlahan berjalan mendekati ranjang Kise dan meletakkan semua itu di atas meja kecil samping ranjang Kise.
"Ryōta-kun, ayo makan dulu." (Name) membuka suara lebih dulu, menyuruh Kise untuk segera memakan bubur yang ia buat.
Kise pun menurut lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang yang dibantu (Name) dengan memberi beberapa bantalan di belakang tubuh Kise agar lebih nyaman.
"Kau mau makan sendiri atau aku suapin?"
"Suapin."
(Name) mengangguk sebagai jawaban dari Kise. Tangannya mulai mengambil semangkuk bubur dan tangannya yang satunya lagi mulai menyendok bubur itu. Karena bubur itu masih sedikit panas, (Name) mulai meniup-niupnya pelan agar terasa lebih hangat dan mudah di makan. Berbeda dengan Kise yang terus mengamati (Name), semua perhatian yang diberikan (Name) membuatnya senang dan ia merasa kalau ia sangat beruntung karena bisa mendapatkan kekasih yang baik dan juga perhatian. Tidak seperti para mantannya yang hanya menginginkan ketenaran darinya. (Name) sungguh gadis yang berbeda.
"Sekarang buka mulutmu."
Tersadar akan lamunannya, Kise cepat-cepat membuka mulutnya menuruti apa yang diperintahkan (Name) dan (Name) pun mulai menyuapinya. Ia mulai memakan bubur buatan (Name) secara perlahan, mencecapi rasa yang ada pada bubur. Rasanya sangat pahit ketika ia makan di saat demam, tetapi ia yakin ketika ia tidak demam pasti bubur buatan (Name) sangat enak.
Kise kembali membuka mulutnya kala (Name) kembali mengarahkan sendok yang berisi bubur itu ke arahnya. Selama (Name) merawatnya, Kise pasti selalu memperhatikan (Name) secara diam-diam. Ah, sangat menyenangkan sekali ketika ia dimanjakan oleh (Name).
Setelah bubur itu habis, Kise mulai meminum susu hangat lalu diganti dengan air mineral. Ia juga diberi obat demam sama (Name) dan meminumnya. Ia juga dapat merasakan kalau (Name) kini tengah mengelus pucuk kepalanya dengan sayang dan tersenyum manis ke arahnya.
"Yosh .. yosh .. anak baik," ujarnya senang karena Kise mau menurutinya, "nah, sekarang lebih baik kau kembali istirahat, ya," sambungnya lagi sembari membantu Kise untuk kembali berbaring.
"(Name)cchi, kau tidak akan meninggalkanku sendirian, kan?" tanya Kise dengan tatapan sedih. Tangannya terulur memegang ujung baju (Name) seolah-olah kalau ia lepaskan (Name) mungkin saja akan pergi darinya.
"Tentu saja tidak. Aku akan menemanimu tidur, maksudku menjaga dan merawatmu di sini, jadi jangan khawatir," kata (Name) menenangkan yang kembali duduk di pinggiran kasur Kise.
Kedua tangan (Name) mulai bergerak mengambil handuk kecil lalu ia celupkan di air dingin dan diperas. Setelah itu, handuk kecil itu ia tempelkan di dahi Kise dan memperbaiki letak selimutnya agar Kise tetap merasa hangat dan nyaman. Ia juga kembali mengelus pucuk kepala Kise dengan sayang hingga tak berapa lama kemudian Kise pun tertidur.
"Good well soon, Ryōta-kun."
.
.
Pukul dua belas malam, Kise mulai terbangun dari tidurnya. Pandangannya menyapu seluruh ruangannya kala tidak melihat (Name) di sisinya. Di saat ia hendak duduk, handuk kecil yang berada di dahinya itu langsung jatuh ke pangkuannya. Handuk kecil itu langsung ia taruh di atas meja kecil di samping tempat tidurnya dan alangkah terkejutnya ia melihat (Name) tengah tertidur sambil duduk dengan tangannya sebagai bantalan. Ternyata apa yang dikatakan (Name) memang benar bahwa gadis itu akan menjaganya dan merawatnya.
'(Name)cchi, kau benar-benar gadis yang baik-ssu. Kau menjaga dan merawatku dengan penuh kasih sayang, aku juga ingin melakukan hal yang sama-ssu. Aku harap hubungan kita tetap akan baik-baik saja sampai aku bisa memilikimu seutuhnya,' batinnya disertai senyuman hangat.
Kise pun turun dari kasurnya lalu dengan perlahan menggendong (Name) bridal style dan ia baringkan di kasurnya. Ia juga ikut berbaring di samping (Name) dan menyelimuti mereka berdua dan setelah itu ia bawa (Name) ke dalam pelukannya yang hangat.
"Aku juga akan terus menjagamu dan berusaha membahagiakanmu, (Name)cchi."
Setelah mengatakan hal itu, Kise kembali tidur. Pemuda itu tidak menyadari kalau (Name) juga mendengar apa yang dikatakannya barusan membuat (Name) tersenyum hangat dan membalas pelukan Kise.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro