21. Persatuan Dua Bangku
"Senyum, ah. Siapa tau ada yang baper."
_________
"Athiya, lo sekelompok sama siapa? Sama gue aja gimana?"
Athiya gelagapan mendengar pertanyaan Rani yang tiba-tiba datang dengan buku catatan di tangan. Matanya bergerak gelisah. "A-anu, Ran. Gu--"
"Tulis nama lo."
Seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di sebelah cewek berkacamata bulat sembari menyodorkan kertas folio itu memotong kalimat Athiya.
"Hah?"
Alih-alih menjawab, cowok itu malah menyodorkan kertas ulangan yang baru saja dibagikan. Telunjuknya menunjuk ke arah pojok kanan kertas yang terdapat identitas si pemilik dengan nama, Oyji Zefran Mahardika beserta nomor absen juga kelas tertulis alakadarnya di sana.
Athiya mengernyit. Masih tidak paham dengan maksud cowok di sebelahnya.
"Sekelompok sama gue."
Deg!
Bak baru saja mendengar rahasia besar terucap, kalimat datar itu berhasil membuat mata Athiya dan Rani melebar. Keduanya sama-sama terkejut dengan pernyataan itu.
"Bener itu, Thi?"
"Lo budek?" Zefran bertanya sarkas. Membuat mulut Athiya yang sudah terbuka hendak menjawab menjadi kembali tertutup rapat.
Rani berdecak. Matanya melirik tajam ke arah Zefran, sebelum akhirnya, pergi meninggalkan keduanya begitu saja.
Berbeda dengan Rani yang pergi dengan perasaan dongkol, Athiya, cewek yang dari tadi diperebutkan (mungkin) malah tampak masih bingung dengan situasi ini. Lihat saja. Bukan menulis namanya dan nama Zefran seperti perintah cowok itu, Athiya malah masih mengernyit dengan pandangan menatap kertas folio, kertas ulangan, serta Zefran bergantian.
Hal itu tentu tidak luput dari pandangan Zefran. Cowok itu balik menatap Athiya dengan sebelah alis terangkat.
"Lo serius?"
"Ck, sekalian. Mual gue liat pasangan prik mulu."
Mata Athiya membulat. Tidak menyangka, cowok itu benar-benar menyetujui permintaan Ita.
***
"Ck, nggak gini. Apaan nggak rapi banget. Ini tuh di-tab sekali lagi biar rumusnya pada sejajar gitu, loh. Nggak mencar-mencar kayak gini."
"Yang penting rumusnya bener, Tay."
"Percuma bener kalo penataannya aja bikin pusing. Dah, ah. Aku aja sini yang bikin. Kamu bantu cari referensi."
Dua kubu beda suasana tampak tengah sibuk sendiri-sendiri di rumah bercat biru itu. Kehadiran permen rasa mint terlihat memonopoli keberadaannya di antara buah semangka, aneka kue kering, keripik, bahkan air lemon dengan menguarkan aroma segarnya yang membuat orang di sana hanya ingin mengemut, bukan mengunyah. Yang membuat bungkusnya tampak berserakan di mana-mana.
Seperti di sekitar sejoli di sebelah kiri meja ruang tamu.
Kalau sejoli di sebelah kanan tampak ribut hanya karena kerapian makalah, maka sejoli di sebelah kiri akan meributkan segala hal yang berkaitan dengan materi dan referensi yang akan mereka masukkan di makalah mereka yang berakhir dengan saling lempar bungkus permen lantaran gemas.
"Nggak usah ngeyel. Rumus ini bukan buat materi yang tadi. Yang ini beda lagi."
"Bacot. Nih, liat! Sama nggak?"
Athiya sedikit gelagapan saat Zefran menunjukkan materi dengan kebenaran rumus yang sedari tadi mereka peributkan. "Pe-perasan kemarin bukan itu rumusnya."
Zefran tidak menjawab. Cowok itu lebih memilih membuka bungkus permen ke-limanya dari pada kembali berdebat. Itung-itung pengganti rokoknya di sini.
"Nih," kata Zefran lagi sambil menyodorkan referensi yang barusan ia cari. Kini tanpa perdebatan.
Sejujurnya, jauh dari lubuk hati terdalam Athiya, gadis itu mengakui kalau Zefran adalah sosok cerdas dan kritis. Pantas saja nilainya sekarang naik pesat. Rupanya, cowok itu tidak main-main jika sudah serius.
"Alhamdulillah, beres juga tugasnya."
"Gue yang cari materinya."
"Dih, gue yang ngetik, ya. Lo, kan, ngetiknya lelet." Athiya menjulurkan lidahnya ke arah Zefran. "Dah, ah. Haus gue."
"Eh, lo berdua udah selesai?"
Zefran hanya bergumam menjawab pertanyaan Tama. Cowok itu udah mulai sibuk sendiri dengan gadget di tangannya.
"Tuh, kan. Mereka udah selesai. Kamu, sih, nggak rapi. Kita jadi stuck di sini aja dari tadi."
"Kan, jadi malah aku yang salah. Kamu yang kerapihan, sayang. Nggak usah rapi-rapi nggak papa."
Dan seperti biasa, perdebatan kecil itu akan berbuntut ke mana-mana. Sepertinya ide Ita tentang kedua kelompok untuk belajar bersama di rumahnya adalah alibi agar Athiya dan Zefran menjadi penonton abadi pertengkaran keduanya.
"Nih, buat lo." Athiya datang dengan dua gelas air lemon di tangan.
"Thanks." Zefran terima. Menyeruputnya sebentar, lalu meletakkannya di meja di hadapannya.
Athiya hendak duduk ke tempat semula sembari meminum air di tangannya, bedanya, sekarang agak ke belakang. Cewek itu tidak sadar kalo ada pensil di bawahnya.
Tanpa sepengetahuan gadis itu, Zefran yang melihat hal itu langsung mengambil pensil di bawah Athiya, tepat sebelum gadis itu mendaratkan sempurna bokongnya.
"Loh, lo ikut TO pipi juga, Zef?" celetuk Athiya saat matanya tak sengaja melirik isi ponsel Zefran.
Zefran bergumam.
"Loh, udah berapa kali? Lo langganan?"
"Usul bokap."
Tanpa sadar, Athiya semakin mendekatkan diri ke arah Zefran. Cewek itu ingin lebih leluasa melihat apa yang ada di ponsel Zefran.
"Loh, yenius, gururuang juga lo punya, Zef? Gilak, ambis juga, ya, lo ternyata."
"Itu semua bokap sama nyokap gue yang atur. Gue tinggal jalanin sesuai mood."
"Berarti lo sering liat sharing-sharing mereka gitu nggak? Kayak di yenius kemarin."
"Kadang."
Mata Athiya berbinar. "Yang angkatan 2021 sharing tentang suasana UTBK lo nonton?"
"Nonton."
"Ih, gilak!" Mata Athiya semakin berbinar mendengar respons Zefran. "Sumpah, gue makin degdegan waktu beliau cerita kalo ada yang dipulangin gara-gara surat kesehatannya kadaluwarsa."
"Itu karena orangnya ceroboh aja, sih. Salah siapa nggak baca rules."
"Iya juga, ya. Tapi kalo tentang suhu yang tinggi juga dipulangin itu? Kasian, dong, dia. Udah jauh-jauh masa dipulangin."
"Risiko. Kesehatan kan nggak ada yang tau. Pinter-pinter si pemilik tubuh aja."
Percakapan itu masih berlanjut di antara keduanya. Perdebatan kecil masih samar terdengar kadang-kadang, lalu hilang karena akhirnya ada penjelasan yang membuat mereka saling setuju.
Untuk pertama kalinya, mereka saling nyambung dengan apa yang mereka bicarakan.
Percakapan keduanya bahkan terlihat makin seru menit demi menit. Bukan lagi tentang sharing yang mereka tonton, kini tentang soal tryout salah satu aplikasi yang menurut mereka sulit untuk dipecahkan.
Keduanya sampai tidak sadar, kalau kelompok di seberang mereka sudah selesai dengan makalahnya, dan kini tengah saling senyum dengan pandangan melirik sejoli itu jail.
"CIEEE!"
Suara itu membuat atensi keduanya yang tengah membungkuk dengan kertas dan pensil di tangan masing-masing beralih.
"Ekhem! Udah akur ya, Mbak, Mas."
"Uhuk! Kayaknya bentar lagi bakal ada yang nyusul kita, nih, Tay."
Zefran dan Athiya masih stay dengan posisi mereka. Tidak sadar.
"Iya, dong. Orang udah deket-deketan gitu. Kita tinggal nunggu kabar baiknya aja."
Blush!
Keduanya saling menjauh dengan pipi yang samar-samar memerah. Bibir keduanya pun tampak samar menahan senyum dengan pandangan mengedar.
"CIE SALTING CIEEE!"
----- tbc -----
HEWWO!
GIMANA PART INI?
ADA YANG KANGEN MEREKA?
Kangen aku?
Uhuk! 🌝
C u next part, ya!
__________
2 Mei 2022
©️wishasaaaa
Jejaknya bestie ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro