『2』
Kau mulai memesan makanan untuk dimakan. Sup sepertinya bagus mengingat ini adalah malam hari. Walau cuacanya cerah tapi tidak menutup kemungkinan bahwa suhunya sangat dingin.
"Ah, Hiyori-kun tidak ingin memesan sesuatu?" tanyamu.
Ia menggeleng lalu menunjukkan handphone miliknya. "Sudah jam seperti ini tidak baik untuk makan banyak. Dan apalagi kau perempuan."
Yang ia katakan memang benar. Tapi tetap saja, tidak akan menghalangi keinginan makanmu. Setelah terperangkap cukup lama di lautan manusia akhirnya kau bisa bernafas, menghirup udara dengan lega dan memuaskan keinginan perut. Hanya saja, melihat reaksimu yang sedikit kesal, ia tertawa lebar. Sepertinya merasa sangat senang sekali.
Kau mengalihkan wajah, namun di balik itu semua hatimu menghangat, walau memang tatapanmu kau alihkan. Di dalam hati kau juga membuat permintaan, walau tak kau ucapkan dan walau tak ia dengarkan.
Aku harap kau bisa menunjukkan senyuman itu seperti cuaca yang sangat cerah ini, selalu.
"Hayo, sepertinya ada yang kesenangan nih~?"
"Siapa yang kesenangan, Hiyori-kun? Tau begini, aku lebih baik minta diajak Jun-kun saja," gerutumu lagi.
"Eh?! Kalau mau mengajak Jun-kun, ajak aku juga! [Name]-chan jahat banget, meninggalkanku sendiri disini."
Yah, mulai lagi.
Padahal suasananya tadi sudah sangat bagus dan membuatmu tidak ingin untuk mengomeli atau menggerutu padanya. Kau memutar irismu 360 derajat, kembali jengah dengan sikapnya.
"Aku belum buat permohonan, kan?" tanyamu berusaha mengalihkan topik.
Hiyori mengerjapkan matanya, mengangguk dengan pelan lalu tersenyum. "Iya, belum. Memang kenapa? Oh, waktunya sudah lewat kah?"
"Bukan sih... hanya saja aku ingin Hiyori-kun mendengarkan permintaanku."
Iris Hiyori berbinar, nampak penasaran. Senyuman di wajahnya kian melebar, ia mempersempit jarak di antara kalian berdua. Hiyori pindah tempat, duduk di sampingmu.
"Apa itu? Wah, kau mempercayakan permintaanmu padaku, yah? Memang benar [Name]-chan dari kecil sampai sekarang hanya perhatian denganku, ya kan~?"
Perempatan imaginer muncul sebelum mulutmu yang terkatup membuka. Tak jadi berbicara, yang ada malah tangan yang dilayangkan untuk mewakili rasa kesal.
"Eits, tidak boleh memukul lho. Siapa yang mengajarkanmu? Jun-kun, yah?"
"Bukan!"
Sekali lagi, Hiyori berhasil mengambil alih perhatianmu lalu ia tertawa dan mengibaskan tangannya. "Baik baik, maafkan aku. Permintaanmu apa sekarang, [Name]-chan? Mah, mungkin saja aku bisa mengabulkannya sebelum waktunya telat sekali―"
"―aku ingin melihat Hiyori-kun selalu menampilkan senyuman itu. Menampilkan sekaligus memberikannya kepada orang lain layaknya cahaya matahari."
Kau berkata serius, sangat serius dari biasanya hingga membuat Hiyori terdiam. Butuh waktu yang agak lama hingga pemuda itu mengulas senyum di wajahnya.
Ia menggelengkan kepala pelan. "Yah, kalau kau ingin tau... aku justru ingin melihatmu tersenyum lebih lebar dariku lho, [Name]-chan."
"Bagaimana kalau kita membagi peran saja? Aku matahari dan kau bulan, hm?" tanya Hiyori.
"Kenapa bulan?"
"Soalnya yah, bulan kan membutuhkan sinar matahari agar bisa dilihat oleh orang banyak. Agar lebih hidup. Dan matahari pun membutuhkan sesuatu agar bisa menemaninya bersinar di atas sana."
"Kalau begitu kan, kita berdua tidak akan berpisah―" Hiyori jadi kesenangan dengan kalimatnya sendiri.
"Tidak mau."
"Lho? Kenapa?" Hiyori sedikit merengut.
"Kenapa juga kita harus bersama selamanya? Hiyori-kun jadi ngawur, deh. Lagian, aku membahas soal permintaanku agar kau tetap menunjukkan senyum cerah! Bukan matahari dan bulan!" sungutmu kesal.
Mendengar penjelasanmu, Hiyori hanya terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. Toh, kalian berdua kali ini bersama jadi tinggal bagaimana cara Hiyori agar bisa ke depannya bersama denganmu. Tentunya salah satunya adalah mengabulkan harapanmu, tersenyum padamu selalu.
―END―
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro