Cahaya Abu
Langit selalu berwarna jingga tua, seolah tertutup kabut abu radioaktif yang tak pernah sirna. Di balik reruntuhan kota yang dulu bernama Jakarta, sekelompok pemberontak bersembunyi di terowongan bawah tanah. Mereka menyebut diri Radiohearts — manusia mutan yang bertahan dari radiasi nuklir dengan kekuatan yang menggerogoti tubuh mereka sendiri.
Ara, pemimpin mereka, menyentuh lengan kirinya yang berpendar hijau pucat. Setiap kali kekuatannya aktif, garis-garis cahaya seperti akar menyebar di kulitnya. Tapi malam ini, ia tak punya waktu untuk khawatir. Targetnya jelas: markas rezim NeoGenesis, tempat para ilmuwan merancang senjata pemusnah terakhir.
"Kita harus hancurkan proyek CleanSlatr sebelum mereka membakar kita semua," bisiknya, suaranya parau oleh udara beracun.
[]
Kiran menatap layar komputer di laboratorium NeoGenesis, jari-jemarinya gemetar. Data di depannya adalah formula untuk memisahkan gen mutan dari DNA manusia — senjata yang bisa memusnahkan Radiohearts dalam hitungan jam. Tapi yang ia liat bukan angka atau kode, melainkan wajah Ara.
Mereka bertemu tiga bulan lalu di zona terlarang, saat Kiran mengambil sampel tanah. Ara menjatuhkannya dari belakang, pisau di leher. Tapi alih-alih membunuh, Ara malah menyelamatkannya dari serangan scavengers. Sejak itu, mereka bertemu diam-diam. Ara mengajarinya bahwa mutasi bukan kutukan, Kiran membisikkan rahasia rezim.
"Kau yakin formula ini akan bekerja?" tanya Komandan Voss di belakangnya, membuat Kiran tersentak.
"Y-ya, Komandan. Uji coba minggu depan," ia berbohong.
Mereka bertemu lagi di gudang tua, di mana cahaya bulan menyelinap lewat atap yang bolong. Ara menyandang senapan di punggung, sementara Kiran membawa tas berisi dokumen.
"Formulanya kusabotase," kata Kiran, menyerahkan flashdisk. "Aku ganti komponen utamanya. Ini akan jadi penawar, bukan racun."
Tapi Ara tak menyentuh flashdisk itu. Matanya menyala kehijauan, tanda kekuatannya tak stabil.
"Bagaimana aku bisa percaya? Kau bagian dari mereka," desisnya.
Kiran mendekat, mengabaikan bahaya. Tangannya menyentuh lengan Ara yang berpendar. Sentuhan itu membuat garis-garis cahaya meredup.
"Karena aku mencintaimu, Ara. Dan cuma kau yang membuatku merasa ... hidup di tengah semua kematian ini."
Malam uji coba tiba. Ara dan Radiohearts menyusup ke markas, sementara Kiran dipaksa hadir oleh Komandan Voss. Saat lampu laboratorium menyala, Ara melihat Kiran berdiri di belakang kaca antibom.
"Kau membohongiku!" teriak Ara, kekuatannya meledak. Cahaya hijau menyembur, meretakkan dinding.
Tapi Kiran sudah bergerak. Ia menyuntikkan formula ke sistem ventilasi. Asap putih menyebar, dan para tentara rezim menjerit sambil kulit mereka melepuh. Formula itu bekerja — tapi sebagai penawar, hanya membunuh mereka yang DNA-nya dimodifikasi rezim.
"Lari, Ara!" teriak Kiran, sebelum peluru menembus bahunya.
Ara menerobos kaca, kekuatannya menghancurkan segalanya. Ia menangkap tubuh Kiran yang terjatuh. Darah mengalir di antara jari-jarinya yang berpendar.
"Kenapa...?" suara Ara pecah.
"Karena kau harus bangun," bisik Kiran, mengutip lagu yang sering mereka dengar di radio rusak. "Welcome to the new age..."
Napasnya terhenti. Di tangan Ara, liontin Kiran — sebuah botol kecil berisi cairan berpendar — masih bersinar.
Tahun berikutnya, rezim NeoGenesis runtuh. Ara berdiri di atap gedung tinggi, memandang pemukiman baru yang dibangun Radiohearts. Liontin Kiran berdetak di dadanya, cahayanya menyamari luka-luka di kulitnya.
"Kau benar, Kiran," bisiknya ke angin. "Cinta itu seperti radiasi — menghancurkan, tapi juga menyinari jalan."
Di kejauhan, Radioactive terdengar samar dari pengeras suara, diiringi tawa anak-anak yang berlari di antara bunga-bunga yang tumbuh di tanah bekas perang. []
5/4/24
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro