The World's Limiting Island - [ Pulau Pembatas Dunia ]
Setelah berhasil mengalahkan Lord dan mengambil pecahan Water Aluchrono yang ada di dalam diri Lord, mereka bertiga memutuskan untuk langsung ke tempat tujuan terakhir.
Pulau Pembatas. Itulah yang dikatakan oleh Mina kepada Albert. Albert harus pergi ke pulau tersebut dan menyatukan Water Aluchrono menjadi satu seperti sediakala. Albert tidak sendirian, dia bersama Douglas dan Vertua yang mendampingi dirinya.
"Hei Al..." panggil Vertua yang duduk bosan dibelakang Albert.
"Hmm?" tanya Albert bersuara.
"Kau yakin pergi tanpa memberitahu Merlin. Dia akan marah lo..." jawab Vertua sambil memasang ekspresi cemberut. Memangnya dia perempuan?!
"Bukan urusanku!" seperti biasa, Albert menjawabnya dengan nada datar yang terkesan dingin.
Vertua mengangkat kedua pundaknya menyerah dan menggeleng - geleng pusing dengan cara berpikir Albert, sedangkan Douglas yang ada disamping kiri mereka mulai bicara.
"Ada pulau..." gumam Douglas menatap datar.
"Tuan..." panggil Saur.
Di depan mereka ada sebuah pulau yang sangat besar, mungkin sebesar negara. Dari luar lautan kau bisa melihat ditengah pulau ada semacam aura - aura alam yang terbang tinggi ke langit. Apa benar itu aura?
"Saur, percepat!" perintah Albert.
Saur mengangguk dan mempercepat renangnya. Biasanya Saur mungkin sudah sampai di tepi tapi karena Vertua ikutan numpang, alhasil kecepatannya berkurang karena Saur dikhususkan untuk satu orang saja. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai, Albert turun yang pertama diikuti Vertua kemudian Douglas.
Sunyi.
"Aku merasa seperti ada yang memperhatikan kita..." celutuk Vertua memperhatikan sekitar.
Benar saja. Sebuah pusaran air terbang dari arah lautan dan menyerang mereka dari belakang seperti bor air, Douglas yang memiliki insting hebat telah berdiri dibelakang Albert. Douglas memukul bor air itu dan ledakan uap tercipta di depannya, tidak berselang lama empat dari bor pusaran air menyusul. Tapi tiba - tiba berhenti.
"Siapa kalian? Apa mau kalian??" tanya curiga wanita elf bersurai pirang yang tiba - tiba muncul di depan Albert. Awalnya hanya dinding air transparan kemudian berubah menjadi sosok wanita elf yang cantik.
"Kami-- Aku datang karena ada keperluan.." ungkap Albert, membuat Vertua memekik 'woi'.
"Keperluan?" gumamnya sebentar. "Cepat katakan atau aku serang!!" lanjutnya membentak.
Vertua mengucurkan keringat melihat beberapa bor pusaran air kembali muncul, tangannya sudah siap menarik gladius tapi seruan Albert menghentikannya. Albert mengeluarkan pecahan Water Aluchrono yang dia dapatkan dari Lord, wanita elf itu menunjukkan ekspresi terkejut dan semua bor air yang ingin menyerang tadi hilang.
"B - Bagaimana kau bisa mendapatkannya?? J - Jangan bilang kau adalah Blue Knight??!" ucap wanita elf itu terbata - bata.
"Benar, akulah Kesatria Biru itu!" ungkap Albert.
Wanita elf itu menjadi gugup, dia mengambil kristal biru dari tas kulitnya dan dengan panik menyalakan.
"Apa itu alat komunikasi?" pikir Albert.
Wanita elf itu berbicara terbata - bata dengan seseorang lewat kristal, entah berapa kali dia mengucapkan kata 'maaf' dan menunduk ke arah Albert dan lainnya, padahal itu bukan untuk Albert.
"Baik, akan saya sampaikan..." dengan begitu dia selesai berkomunikasi.
Dia menghirup oksigen lalu menghembuskannya, ekspresinya kembali seperti sediakala.
"Tuan - Tuan sekalian, mohon ikuti saya...!" pintanya ramah.
Albert mengangguk, mereka berjalan masuk ke dalam hutan dan meninggalkan Vertua yang bengong. Selama perjalanan mereka harus mengikuti hutan yang lebat, beberapa jembatan, sungai kecil dan berakhir di gunung. Tidak ada yang minta istirahat, mereka melanjutkan perjalanan dengan mendaki gunung setinggi 20 meter itu, bersama perasaan lelah.
Buah kerja mereka terbayar, yaitu sebuah pemandangan yang indah penuh pepohonan. Gunung itu memiliki kawah raksasa yang telah di tumbuhi beberapa pepohonan yang hijau, ditengah kawah ada semacam kehidupan, ada bangunan - bangunan disana, beberapa gunung kecil dan pohon raksasa yang dapat menghasilkan mata air.
"Blue Knight dan rekannya, selamat datang di Pulau Pembatas Dunia, Dalton Fadly....!!"
..
"Torr... Augst,"
Albert, Douglas dan Vertua telah sampai di depan sebuah menara setinggi 15 meter dengan garis hijau daun vertikal dan horizontal mengelilingi tempat tersebut. Torr Augst berada dibelakang Pohon Kehidupan yang mereka lihat beberapa saat tadi.
Seorang pria elf berambut emas panjang yang mengenakan mantel emas bergaris hijau berbentuk akar pohon dikedua pundaknya. Pria elf itu tersenyum kepada Albert dan menghampiri mereka.
"Selamat datang, Blue Knight..." sambut pria elf itu dengan sangat sopan. "Saya Adam, penjaga Torr Augst. Saya menyambut anda dengan penuh hormat..." lanjutnya menunduk.
Melihat reaksi dari wanita elf yang ada dibelakang, kemungkinan pria elf yang hormat kepada Albert sangatlah terkenal dan juga terhormat mungkin.
"Mari kita masuk. Anda juga boleh membawa teman anda..." ajaknya.
Albert melirik Vertua sejenak, Vertua hanya mengisyaratkan untuk masuk.
"Baiklah..." akhirnya Albert bersuara.
Pria elf-- Adam mengajak Albert dan lainnya masuk ke dalam Menara Torr Augst, tidak lupa sambil tersenyum. Kesan pertama.... Biasa.
Lantai dasar atau satu terlihat seperti aula tunggu, cuma lantainya saja terbuat dari emas murni yang dapat memantulkan cermin sendiri.
"Disini..." Adam bersuara di dekat lingkaran yang dikelilingi tulisan rune.
Saat Albert ingin menyusul dia bertabrakan dengan seorang gadis elf yang terlihat 'sangat' muda, jika dilihat dari umur manusia mungkin elf itu berumur sekitar 12 tahun.
"M - Maaf..." ucapnya panik.
Gadis elf itu memiliki warna surai yang lumayan indah, hitam dengan sedikit coklat.
"Tidak apa..." terang Albert dengan ekspresi datarnya.
"Afreda, ayo cepat. Nanti kita ditinggal...!" dari pintu masuk menara ada seorang gadis elf dengan umur sama melambaikan tangan, dia bersurai pirang pendek.
"Permisi..." gadis elf yang menabrak Albert menunduk hormat lalu berjalan pergi menyusul temannya.
"Afreda lama..."
"Maaf..."
"........"
"Hei Al..!" panggil Vertua kepada Albert yang masih memperhatikan gadis elf tadi.
Albert menatap Vertua sejenak yang membuat Vertua bertanya 'apa'. Albert mengacuhkannya dan kembali menyusul Adam.
"Apa ada masalah?" tanya Adam sambil tersenyum.
"Tidak ada..." jawab Albert cepat.
Lingkaran bertuliskan rune itu menyala saat mereka berempat berdiri di dalamnya.
"Kita pergi ke lantai 10!" beritahu Adam.
Cahaya yang menyilaukan melesat cepat melewati mata mereka, pada saat bersamaan mereka berpindah ke lantai 10.
"W - Wow..." kagum Vertua menjatuhkan keringat.
Pasalnya di depan mereka hanya ada kegelapan menunggu. Mereka ada di dataran tinggi, dari atas mereka dapat melihat persimpangan yang lebar, lantai terbuat dari bata hitam kecoklatan dan beberapa tiang lampu yang menerangi jalanan.
"T - Tuan Adam..." panggil Vertua ragu.
Adam melihat kebingungan diwajah Vertua. Tentu. Siapapun akan bingung setelah melihatnya. Awalnya mereka berada di lantai yang cuma ada aula, sekarang mereka seperti memasuki dunia bawah.
"Torr Augst adalah menara yang di rancang untuk menyimpan ruang dimensi dan merubah setiap lantai menjadi sebuah tempat. Total ada 15 dimensi berbeda di Torr Augst..." jelas Adam.
Albert dan lainnya mulai menuruni anak tangga lalu menuju ke jalanan. Selama perjalanan Adam bercerita tentang semua hal yang ada di Pulau Pembatas. Dalton Fadly diciptakan sebagai 'pembatas' semua dimensi yang ada di dunia, dengan kata lain semua dimensi berada atau bisa di dapat di pulau ini.
"Ini dia, kita sudah sampai..."
Mereka berempat berhenti di depan sebuah gerbang berwarna putih polos, memiliki logo gelombang laut berwarna biru di dua sisi gerbang.
Gerbang terbuka.
Biru. Ditengah ruangan ada cahaya biru yang bersinar menerangi ruangan dari balik peti.
"Blue Knight..." panggil Adam.
Albert mengangguk dan mulai berjalan ke arah peti.
"Saatnya menyatukan Water Aluchrono....!!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro