-September ❖-
Traum selalu mengira bahwa kelakuannya itu tidak akan membawa masalah–abaikan tentang dirinya yang hampir membakar lab sekali lagi di bulan ini.
Langkah kakinya terdengar ringan dan ia mulai berjalan menuju ke tempat Herder.
Traum tersenyum, matanya terlihat berbinar dan entah kenapa, hatinya merasakan perasaan yang aneh.
.
.
.
Traum menghempaskan badannya ke kursi lab sains. Masa ban dirinya yang tidak boleh mententuh apapun selain diawasi akhirnya berhenti.
Ia mulai menatap tabung-tabung kaca saat mendengar suara pintu diketuk.
"Permisi... Apa Herder-kun ada disini?" Netra merahnya menyapu ke dalam ruangan.
"William-sensei!" Traum bergerak untuk menghampiri pria itu, "tidak, Herder tidak ada disini, kalau tidak salah dia ada di ruang osis?"
"Oh, begitu ya? Omong-omong jarang sekali kau dibolehkan untuk berada sendirian di lab. " William tersenyum.
"Aslinya kalau ini sih tidak boleh ♪ tapi aku putuskan untuk masuk saja. Lagipula Alice, Irsch dan Steward pulang duluan dan senpai ada di ruang osis ♪" Traum berujar senang.
William hanya terkekeh. Muridnya yang satu ini memang berbahaya, tapi dia tahu kalau sudah beberapa kali diingatkan juga pasti dia akan mengerti.
William mengusap puncak kepala Traum sesaat sebelum akhirnya berjalan pergi.
.
.
.
Herder menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Kali ini ada apa lagi Herder?" Albert yang masih setia duduk di kursi osis menatap anggotanya yang satu itu.
"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya saja tiga anggota klub yang lain pulang terlebih dahulu aku jadi khawatir..." Ucap Herder.
"Khawatir Traum akan masuk dan terluka?" Tanya Albert.
"Bukan, saya takut labnya terbakar. Anggaran tahun ini sudah hampir menipis." Jawab Herder dan Albert hanya bisa melongo kaget.
Tok tok
Terdengar suara pintu yang di ketuk, Albert beranjak untuk membukakan. Mahkota pirang terlihat dan pemiliknya pun mulai melangkah masuk.
"Ah, benar sekali Herder-kun ada disini. Saya ingin membicarakan soal pengeluaran klub sains." William tersenyum.
"Tapi sebelum itu..." Mata merah William menatap ke arah Herder, "Traum tadi ada di lab sains sendirian."
Dan saat itu juga Herder berubah menjadi batu dan terlihat tidak bergerak sama sekali. Yah, walau akhirnya setelah pembicaraannya dengan William selesai dia langsung pergi untuk mengecek labnya dan entah untung atau tidak Traum tidak berada disana.
Olahraga jantung yang cukup bagus, dia ketakutan setengah mati kalau lab sainsnya ini terbakar.
.
.
.
'Tuhan, aku tahu kau maha pengasih lagi maha penyayang karena itu tolong berikan aku paling tidak kewarasan untuk satu tahun ke depan'
.
.
.
Fin
.
.
.
.
.
A/N: KETIDURAN, NANGIS. anw otsukare semuanya✨✨
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro