02
BAB II
Flavia Point Of View
Aku tertegun saat jarinya menyentuh bibirku, ia membuat ku lupa akan sakit yang ia sebabkan, aku terpaku dengan mata abu-abu tuanya, aku terpaku oleh ketampanannya, ia menarik pinggangku, menutup jarah diantara kita berdua, ia melepaskan jarinya dari bibir ku dan mengusap pipiku.
Aku menggeleng kepalaku, luka dikakiku sakin menjadi, aku mengerang, membuat pria didepanku menatapku dengan khawatir, dan beberapa saat pandangannya kosong, aku mengambil kesempatan ini untuk mendorongnya dan berlari sebisa ku.
Aku tidak melihat pria yang tadi datang bersamanya, aku tidak memusingkannya dan berlari sebisaku, aku menaruh semua tenagaku untuk berari, aku tidak sudi berada didekatnya.
Aku tahu ia adalah pasanganku, kami, manusia serigala, memiliki satu pasangan yang sudah dipilihkan oleh Dewi bulan, dan pasangan kami adalah segalanya bagi kami, sumber tenaga bagi kami, merajut kasih dan cinta bersama pasangan kami.
Tetapi aku tidak menyangka kalau pasangankulah yang membuat semua kekacauan ini terjadi, aku tidak tahu apa yang membuatnya melakukan, apa ini karena Alpha kami, atau pemimpin kamu, melakukan sesuatu yang pria itu tidak suka sehingga ia menghancurkan kawanan kami.
Aku tertegun saat melihat serigala berwarna hitam, matanya merah, menandakan ia seorang Alpha, Alpha adalah peringkat tertinggi didalam kawanan, serigalanya berdiri dihadapan ku, ia memperlihatkan deretan giginya yang tajam, ia menggeram kearahku, membuat ku jatuh keatas tanah.
[ N A R A T O R ]
Ia berlari dari ku, pasangan ku berlari dari ku, aku tidak mengerti, mengapa ia lari dariku, dan mengapa ia mengatakan kata kata itu, Pria itu bertanya kepada dirinya sendiri, ia mengubah wujudnya kembali, ia memakai kembali pakaian yang ia ikat dikakinya sebelum ia berubah wujud dan berjalan kearah Flavia.
Semakin pria itu mendekat, Flavia mengambil satu langkah mundur, untuk menghindari pria dihadapannya itu, dan mengundang geraman dari dalam dada pria itu, hingga Flavia merasakan punggungnya menyentuh sebuah pohon.
Pria itu menaruh kedua tanganya di setiap sisi Flavia, pria itu menaruh wajahnya dibahu Flavia, membuat Flavia membeku, ia terlalu terkejut, bahkan ia menahan napasnya dan membulatkan matanya.
"Jangan menghindar dariku." Bisik pria itu membuat Flavia mengangguk spontan, pria itu kini menatap Flavia, membuat Flavia menghembuskan napas lega, napas yang selama ini ia tahan.
"Siapa nama mu?" Tanya pria itu, Flavia bungkam, pria itu menjalankan telunjuknya dari isi wajahnya, turun kelehernya, bahu dan tanganya, angin berhembus membuat Flavia mengigil, tetapi, pancaran hangan dari tubuh pria didepannya, dan sentuhannya jemarinya yang sedang menari nari diatas kulitnya membuatnya tidaklagi merasakan dingin.
"Fla- Flavia Rose." Kata Flavia, pria didepannya tersenyum, embuat Flavia lupa akan rasa sakit yang bersarah di pergelangan kakinya, Pria itu menariknya pelan, sehingga sekarang mereka berhadapan.
"Julius, Julius Starhov." Kata pria itu, Flavia tidak dapat menyembunyikan senyumnya, walaupun itu hanya senyum kecil sekalipun, tetapi rasa sakit itu kembali, membuat Flavia meringis, Julius dengan tanggap mencakup tubuh Flavia dan membawa Flavia di tangannya.
"Turunkan aku." Titah Flavia, tetapi julius tidak mengindahkannya dan terus berjalan, Flavia meronta ronta, dan itu tidak baik untuk kakinya yang mengatung.
"Berhenti meronta, atau kau akan memperparah luka mu," kata Julius, Flavia dalam sekejab memberhentikan rontaannya, walaupun saat ini Ia tidak melawan, bukan berarti ia menerima Julius sebagai pasangannya.
Dalam dunia manusia serigala, mereka dapat menolak ikatan mereka, tetapi itu sama saja seperti bunuh diri, karena, dengan menolak pasangan mu sama saja seperti menghilangkan separuh nyawa, jiwa dan raga, dan itu sangat menyakitkan, yang melakukannya akan menderita terlebih dahulu secara perlahan sehingga yang melakukannya mengambil nyawanya sendiri.
Flavia POV
Aku tidak menghitung berapa lama ia berjalan, atau berlari mungkin, sehingga sekarang kita berdir didepan sebuah rumah, rumah megah itu terlihat mati, batu bata yang menjadi pondasinya itu tertutupi tumbuhan merambat, suasan disekitarnyapun sangat sunyi, aku heran, mengapa sangat sunyi.
"Dimana orang-orang?" tanyaku dan Julius hanya menatap ku, Ia berjalan keraha pintu utama dan membukanya, huh? Ia tidak menguncinya? Ia berjan kearah antai atas dan membuka sebuah pintu yang didalamnya terdapat kasur berukuran besar di tengahnya dengan interior ruangan yang elegan, ia menempatkan ku diatas kasur, dari aromanya, aku tahu bahwa ini adalah ruang tidurnya.
Pandangannya kosong, menandakan ia sedang berbicara melalui telepati, ya, te-le-pa-ti, kami manusia serigala dapat melakukanya, itu adalah salah satu dari sekian banyak kelebihan yang kami miliki.
Julius hanya berdiri ditempatnya sampai seorang pria berjas putih memasuki kamar ini, Dokter, ia memeriksa luka ku, dan membersihkannya, hal yang paling menyakitkan adalah saat ia mencabut batang ranting itu, dan ini sudah beberapa saat saat sang dokter pergi meninggalkan rumah ini.
Julius berjalan kerah lemarinya dan memebrikan ku sebuah kemeja putih dan memberikannya kepadaku, ia mencakup tubuhku dan mendudukan ku du atas toilet.
"Kau harus mandi, atau kau akan sakit." Katanya tanpa ekspresi, lalu ia berjalan keluar kamar mandi dan menutup pintunya, aku menghembuskan napas, dan kejadian hari ini terulah dipikiranku, membuat mataku bergelindangan air mata kembali.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro