7 - Tim Inti Cakrawala
Beberapa hari kemudian...
Pulang sekolah Pak Jo mengumpulkan semua anggota tim basket Cakrawala tanpa terkecuali. Setelah membicarakan beberapa hal pada sekolah dan beberapa pihak terkait hari ini beliau akan mengumumkan anggota tim basket inti dan cadangan sesuai dengan hasil latihan dan verifikasi data yang telah dilakukan bulan depan akan ada pertandingan tahunan yang akan di selenggarakan di Jogjakarta. Kalau tahun lalu SMA Cakrawala hanya bisa menjadi Runner Up, maka tahun ini beliau optimis tim inti bisa membawa Piala bergilir dengan formasi barunya.
"Selamat siang semuanya..." interupsi beliau setelah semua anggota tim berkumpul.
"Siang, Paaaaak..."
"Baik, lansung saja. Berdasarkan hasil latihan dan verifikasi yang sudah kita lakukan, saya akan mengumumkan siapa saja yang terpilih sebagai Tim Inti Cakrawala tahun ini. Oke, lansung saya panggil saja ya, Cakka..."
"Alvin..."
"Obiet..."
"Gabriel..." lanjut beliau lagi. "dan... Mario." tutup beliau yang disambut anggukan mantap para pemain lain kecuali nama terakhir yang tadi beliau panggil, dia tampak enggan, baru saja dia akan mengajukan sanggahan saat Pak Jo terlebih dahulu melakukan interupsi lanjutan, "Keputusan ini sudah final dan tidak bisa ditawar lagi. segala sesuatunya sudah Bapak siapkan dan mempertimbangkan dengan kemampuan kalian, dan saya harap kalian semua bisa professional saat bertanding"
"Siap, Pak!" seru yang lain kompak
Rio memilih diam, berdebat dengan pelatih juga percuma, tidak ada gunanya.
"Kalau begitu, untuk uji coba, hari ini Tim inti akan bertanding melawan Tim Dadakan, Riko...?" Pak Jo mengkode salah satu muridnya adalah tim inti Angkatan lama yang saat ini memasuki tahun terakhir di SMA Cakrawala.
Riko ikut berdiri tidak jauh dari barisan tim inti, "So, Tim dadakan kali ini Saya, Dayat, Irsyad, Sion, dan Agni" teriaknya keras agar semua nama yang dipanggilnya segera bersiap.
Agni yang mendengar namanya disebut berdiri, menunjuk dirinya tidak yakin,
"Gue kak?"
"Ada lagi yang namanya Agni disini?" Balas Riko telak. mengisyaratkan agar gadis itu segera bergabung dengan tim. Agni terkekah sebentar, kemudian berlari ketengah lapangan.
Setelah lima menit pemanasan, uji coba dimulai. Pak Jo berdiri ditengah Riko dan Rio bersiap melempar bola.
PRIIIITTT
PLAAKK...
Rio berhasil mendapatkan bola, mengopernya pada Cakka untuk memulai serangan, Dayat mencoba menghadang dan HAPP... Cakka mengecoh dayat, mengoper bolanya ke Alvin yang berada di dekat lingkaran shoot...
"Yes! three point"
Kini bola berada ditangan Sion, lalu dikendalikan Irsyad, lempar ke Riko kemudian Agni. Agni berusaha mengecoh pertahanan Obiet yang kini dibayang-bayangi Alvin, mengoper balik ke Riko karena dia kesulitan mencetak angka. setelah keluar dari kepungan Alvin, Agni kembali menguasai bola, mendriblenya melewati Cakka.
"Ag, Gue minta maaf..." Cakka berujar ditengah penjagaan.
"Nggak usah bawa-bawa masalah pribadi kesini!" sengit Agni.
"Taa..."
"Gue benci sama Lo!" Konsentrasi Cakka buyar, Agni bisa dengan mudah melewati penjagaannya, shoot...
"Dua point"
"Fokus, Cakk. lebih bagus di oper dulu" Rio menepuk pundak Cakka, "Kalau bisa sih, tambahin gocekan biar lebih mantap," sambungnya sembari melanjutkan permainan.
Sementara itu di luar lapangan.
Ify, Shilla, Sivia dan anak-anak lainnya bersorak menyemangati jagoan masing-masing tanpa terkecuali. Ify mengamati permainan di lapangan, meski dia tidak tahu banyak tentang permainan ini tapi dia bisa merasakan pemainan mereka, keren dan cantik sekali. Operan-operannya juga pas. "Gila ya, mereka udah berapa lama sih main basket? Bisa bagus banget..." katanya senang.
"Gimana nggak bagus orang tim Inti tahun lalu aja main semua" komentar Sivia.
"Oiya? Emang tim inti tahun kemarin siapa aja sih?"
"Kak Dayat, Kak Irsyad, Gabriel, Cakka, Kaptennya Kak Riko" jelas Sivia mantap.
Ify memandangi Gabriel yang sedang mendrible bola, "Waaah, berarti Gabriel jago dong basketnya, bisa masuk Tim Inti dari kelas satu" ujarnya kagum, dibayangannya sedang ada banyak gambar Lope-lope di depan wajah Gabriel
"Udah jadi rahasia umum kali, Fy... mereka udah jadi Big most player dari SMP, Kak Cakka forward, Kak Iyel center" cerita Sivia yang memang sudah mengenal mereka sejak masih menjadi siswa sekolah menengah.
"Bener tuh, abis mereka berdua lulus, Rio sama Alvin yang gantiin, mereka jadi Big Most player 2 tahun berturut-turut" lanjut shilla kemudian
"Waaah..." Ify hanya bisa geleng-geleng karena sekali lagi
Kembali ke lapangan.
PRIIIIITTT...
Babak pertama berakhir, Tim Inti unggul tipis dari Tim Dadakan, semuanya beristirahat di tepi lapangan.
Pak Jo berjalan menghampiri mereka, "Tim dadakan kali ini mainnya sangat bagus, kalian bisa mematikan gerakan lawan, Tim Inti juga bagus, permainan individual kalian keren, tapi saya sedikit kecewa karena kekompakan kalian hilang, Nol besar. Terutama Gabriel... dan juga Rio." Komentar beliau tegas.
Ditatapnya dua pemain hebat itu gantian, "Saya tahu kalian berdua ada masalah internal, tidak ada chemistry, tapi saya berharap, sebesar apapun masalah kalian, profesionalitas di lapangan tetep nomer satu" lanjut beliau.
"Gue juga berharap Lo bisa Profesional, Yo. demi si Oren, demi mimpi kita." Sambung Alvin setelah Pak Jo berlalu.
"Gue juga, gue nggak akan rela kalau sampai lo kalah sama ego sialan lo itu," Cakka menepuk pundak Rio sebentar sebelum menyusul Alvin.
Rio tertegun, dia tahu perkataan mereka semua benar, tapi kekecewaan yang muncul setiap kali melihat Gabriel di dekatnya jauh lebih kuat. hatinya diliputi keraguan, jangankan untuk bermain bersama, bertegur sapa saja, untuk sekarang ini rasanya tidak mungkin.
"Rio... Ayo kita mulai" titah Pak Jo setelah pemanasan menjelang babak kedua selesai.
Rio masih mematung, "Ta— Tapi say—"
"Saya yakin kamu bisa, Rio..."
"Tidak Pak, saya tidak bisa, saya minta maaf..." Rio berlari meninggakan lapangan begitu saja.
Pak Jo menghela nafas, beliau harus tetap melanjutkan permainan, "Dayat, kamu gantikan Rio, Abner masuk menggantikan Dayat"
PRIIIT...
Babak kedua dimulai.
Belum apa-apa Cakka dan Alvin sudah di jaga ketat oleh Agni dan Riko. Seketika Tim Inti menjadi kesulitan untuk mencetak angka, Dayat kesusahan menahan penjagaan Irsyad yang kini jadi lawan mainnya sehingga suplai bola ke dalam tim Inti berkurang. Obiet yang berbadan kecilpun sulit keluar dari penjagaan lawan. Permainan Tim Inti berantakkan, Tim dadakan menang dibabak kedua.
Cakka, Gabriel, dan Alvin terduduk lemas ditepi lapangan, sibuk mengumpulkan tenaga. Sumpah demi apa, permainan mereka hari ini menghabiskan lebih banyak tenaga untuk menjaga bola, strategi mereka buyar, permianannya juga kacau.
"Loh, kalian kok belum Pulang?" tanya Pak Jo yang baru keluar dari ruang ganti bersama Dayat dan Riko
"Ngumpulin tenaga dulu Pak, capek" keluh Cakka
"Iya, Gue juga. kayaknya emang nggak bisa tanpa Rio..." lirih Dayat, "posisi dia sebagai center penting banget di tim, nggak ada yang bisa gantin tugas dia, walaupun kita punya Gabriel. Tapi maaf banget, Yel. kali ini gue harus bilang kalau Rio lebih baik dari Lo di posisi itu"
Gabriel mengangguk, "Gue juga tahu, permainan dia emang lebih bagus dari gue, makanya gue terima aja pindah ke forward"
"Iya, Suplay bolanya beneran bagus, dia nggak pernah mempersulit gue" sambung Cakka.
"Gue yang jadi rival juga nggak bisa nebak arah operan dia" kata Riko yakin. mereka benar-benar mengakui kemampuan seorang Mario Aditya.
"Intinya, tim butuh Rio..." Putus Alvin.
"Panggil balik dia, gue bisa keluar dari tim kalau dia mau, Vin" Sela Gabriel
Alvin terperanjat, "Nggak, nggak bisa, Yel. Permainan kita tanpa Rio aja udah pincang, Lo jangan ikut-ikutan ngabocah deh!" sanggahnya sebelum Gabriel berfikir aneh-aneh. Keduanya adalah perpaduan yang kuat, tidak mungkin menanggalkan salah satunya.
"Tapi susah, Vin... Dia udah bukan Rio yang dulu, jangankan bisa main bareng, ngomong sama gue aja dia nggak mau"
"Jangan nyerah, Yel. Gue yakin nggak lama lagi Rio bakal balik jadi adik lo lagi, kita cuma butuh usaha lebih keras, lo tenang aja gue pasti bantuin lo!"
"Gue juga!" tutup Cakka seraya merangkul Gabriel.
***
Salah satu jurus jitu PDKT ala anak sekolahan adalah mengantar pulang gebetannya. And then, itu juga yang sedang Gabriel lakukan sekarang, dia berinisiatif mengantar Ify lagi hari ini. Seperti biasa, selama perjalanan mereka mengobrol agar semakin mengenal satu sama lain.
"Kak..."
"Iya" balas Gabriel, matanya tetap fokus ke jalanan yang lenggang.
"Kok tadi gue liat Rio pulang duluan? Kenapa?"
"Ada sedikit masalah di lapangan" jelas Gabriel, dalam hati dia berdoa agar Ify tidak membahas lebih jauh karena dia tidak akan sanggup menjelaskannya.
"Ohh..." Ify mengangguk saja, "nggak enak banget tahu diem-dieman gini..." Katanya lagi.
"Kita lagi jalan. Fy, nggak lagi diem" sahut Gabriel enteng. "Oiya, kamu nggak keberatan kan pulang bareng aku? Nggak ada yang marah, kan?" katanya menggoda.
"Yaaa... Enggaklah, kak! Gue malah suka banget pulang bareng sama Lo, Eh..." Ceplos Ify girang.
Gabriel terkekeh, "Kita ke taman bentar yuk? mau kan?"
Ify mengangguk, "Boleh, gue sms deva dulu bilang kalau pulang telat" sanggup Ify sembari memainkan handphonenya.
Sesampainya di taman Gabriel dan Ify duduk di salah satu kursi panjang, kebetulan sore itu taman tidak begitu ramai.
"Mau Es Krim?" tawar Gabriel melihat kerumunan anak-anak sedang mengantri es krim disampingnya.
Ify mengangguk senang.
"Bentar ya," ujar Gabriel seraya beranjak dari tempatnya, tidak lama dia kembali dengan dua cup es krim.
Ify menerimanya dengan mata berbinar, selain karena dia suka makan es krim tapi juga karena ini pemberian dari orang yang special.
***
"Pokoknya Lo hati-hati ngomong sama Rionya, Gue nggak mau ada kabar besok kalian sparring disekolah" Agni tidak henti-hentinya mengingatkan Alvin sejak mereka menaiki Kopaja kearah rumah kost Rio dan juga Alvin.
"Iya, cerewet amat sih!" kesal Alvin melanjutkan aktifitasnya, main games.
"Gue cuma ngingetin tahu"
"Iya Agni cantik. Gue ngerti kok!" Alvin memutar wajahnya kearah Agni sebentar, jangan lupakan wajahnya yang tetap lempeng meski sedang merayu perempuan.
"Kalau ada maunya aja, muji lo!" Agni menoyor Alvin.
"Ya nggak apa-apa dong, gue masih suka sama cewek ini"
"Terserah!"
"Kalau gitu gue masuk dulu ya, lo hati-hati di jalan" Pamit Alvin sebelum turun dari kopaja.
Agni mengacungkan jempolnya senang.
Begitu masuk rumah Alvin segera menemui Rio yang kata Bu Maria sedang bermain basket di taman belakang.
Sesampainya disana ternyata Rio memainkan si Oren dengan strategi andalannya yang seringkali membuat diliputi rasa kagum sesaat sebelum bola itu terpental jauh dari tengah lapangan.
Sementara sang pelaku yang sejak tadi memainkan bola sudah jatuh tersungkur ke tanah.
"Rio!" Alvin memekik keras.
"Kenapa sih, Vin? Kenapa cuma gue yang dianggap egois? Kenapa gue harus dibenturin sama posisi kayak gini! Kenapa bukan dia? Gue tahu basket itu mimpi kita, tapi gue harus gimana? Selama ini gue udah mati-matian jaga jarak sama dia, gue udah berusaha nggak mau berurusan sama dia. Tapi kenapa kalian semua malah maksa gue buat nerima dia lagi" rancaunya frustasi. Rio menarik rambutnya kasar, kepalanya terasa mau pecah.
Alvin menepuk pundak Rio seraya membantunya berdiri, mengajaknya duduk di kursi pojok dekat kolam ikan.
"Apa gue mundur aja ya, Vin?"
Alvin menggeleng. "Jangan, lo nggak bisa terus-terusan ngehindar, mau sampai kapan? Gue tahu Lo kecewa, tapi gue percaya Lo pasti bisa ngatasin semuanya. demi si Oren, yo! demi mimpi kita berempat"
"Tapi, Vin..."
"Please, Cakrawala nggak bisa tanding sendiri di liga tahunan nanti, lagipula lo juga tahu sekarang Gabriel pindah ke forward. Lo pikir itu buat apa?"
"Tapi, Dia bisa jadi kapten lagi, kan? dengan senang hati kok gue nyerahinnya! Belum pelantikan ini"
"Gak bisa, Iyoooo..." Alvin menghela nafas lelah, "kita semua butuh Lo! termasuk Gabriel. Tadinya, dia juga udah mau mundur buat ngasih celah supaya Lo bisa masuk, tapi kita nggak bisa ngelepasin dia gitu aja, Tim tanpa Lo aja udah timpang, apalagi ditambah Gabriel. yang ada kita bakalan stuck. Jadi gue mohon lo pikirin lagi ya? demi si Oren, yo... demi mimpi kita" Jelas Alvin panjang lebar. Dia berharap penjelasannya mampu memberikan pengertian lebih sebagaimana yang mereka harapkan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro