Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 9

Sekarang adalah hari Senin. Hari yang biasanya disebut 'Monster Day' karena Senin ada setelah Minggu.

Ngerti maksudnya?

Jadi, kita mesti kembali beraktivitas setelah kita bermalas-malasan sepanjang hari Minggu.

Dan yang paling menyeramkannya lagi, karena kita mesti bangun pagi-pagi untuk ikut upacara di setiap Senin yang sering banget disumpahin biar ujan deres.

"Ya Allah, tunjukkan kuasa-Mu, turunkan air hujan untuk menyejukkan dunia ini, Ya Allah," ucap Badak a.k.a Sulistio, yang masih berdiam di depan kelas dengan harapan agar hujan turun begitu saja.

Dimas menengadah ke langit, "Ini terik loh, Dak. Gak mungkin banget hujan."

"Dimas saudaraku, apa kamu tidak tau bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk Allah? Kun Fayakun, Dim, Kun Fayakun!" ujar Sulistio penuh semangat.

Dimas melongo mendengar Sulistio, ia memeriksa keningnya, "Dak, lo kerasukan apaan si? Semalem ikut nyawer di pasar malem Pondok Rejeki, ya?"

Byurrrrr.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan kekuatan-Mu, izinkan saya untuk mengeluarkan jin terkutuk dari badan teman saya ini Ya Allah."

Eka, yang tiba-tiba udah memakai sorban, peci, serta memegang tasbih itu mengguyur Badak dengan satu ember air penuh. Bukan hanya itu, bahkan Eka menyembur Badak menggunakan 'tea jus' dingin, yang baru dibeli Brigitta.

Brigitta, dengan segala kepolosannya cuma bisa diem dan langsung masuk kelas tanpa banyak omong atau protes ke Eka yang udah nyomot es yang baru dibeli.

"Brig, lo tumben gak nangis? Itu es lo kan dirampas sama Eka?" tanya gue aneh. Iya, Brigitta itu cewek tercengeng di kelas ini. Ada yang nyenggol dikit aja, dia bakalan nangis gak berhenti-berhenti.

Akhirnya Brigitta menoleh ke gue, matanya udah berkaca-kaca, "Ris, tolongin Sulis, aku gak tega liat dia basah kuyup. Tolong hentiin mereka Ris, aku gak mau Sulis sakit. Aku cinta dia, Ris."

Mata gue mendadak mau keluar dari tempatnya, apalagi rahasia yang ada di kelas ini? Brigitta, cewek terpolos dan tercengeng naksir sama Sulis alias Badak, cowok ter-gaje di kelas ini?

Jadi selama ini cinta Badak terbalas?

Gue melihat ke luar, Eka masih sibuk berusaha buat ngeluarin jin yang ada di tubuh Badak. Dimas, yang asik ngeliatin Eka sama Badak. Dan Badak, yang malah kegirangan karena diguyur sama Eka.

Coba, kurang konyol apa kelakuan temen sekelas gue?

"Ka, stop Ka, nanti si Badak bisa masuk angin itu. Lo juga, Dak, malah kesenangan basah-basahan gitu. Bentar lagi kita upacara, lo gak bisa ikut kalo begini caranya." Akhirnya gue memutuskan untuk ke luar kelas, menyampaikan apa yang Brigitta titip ke gue.

Badak nyengir dan masang watadosnya, "Justru itu tujuan gue, biar gue gak usah ikut upacara. Allah juga mengabulkan doa gue Ris, Dia menurunkan hujannya lewat Eka hanya untuk gue seorang. Ya Allah, sungguh nyata kuasa-Mu."

Sekarang, Badak malah nangis tersedu-sedu karena dia merasa bahwa Tuhan sangat baik padanya.

Gue cuma bisa geleng-geleng kepala, mungkin ini hidayah buat si Badak, kan? Hidayah turun dengan cara yang gak diduga-duga kan?

"Ris, itu temen lo kenapa nangis gitu si? Makin ancur aja itu muka," ucap Ajis, yang masih dengan kalimat pedesnya.

Tapi, gue malah ngakak, "Hahaha anjir, makin ancur. Tapi emang bener sih."

"Kenapa emang dia? Abis kesambet apaan?" tanya Ajis lagi.

Gue mengedikkan bahu, "Gue juga gak ngerti. Gue rasa dia udah ketemu hidayah."

Sidiq ikut nimbrung, "Hidayah? Siapa emang dia? Mantannya si Badak?"

"Bukan, itu loh, hidayah dari Allah."

"Yah, doakan aja yang terbaik deh. Biar orang normal di kelas ini nambah satu," ucap Ajis yang kemudian mendaratkan wajahnya di meja.

"Gue termasuk yang normal kan, Jis?" Tiba-tiba Arum -- yang entah nongol dari mana -- ikut nimbrung.

Ajis menegakkan tubuhnya lagi, ia menatap Arum tajam, "Lo itu termasuk orang yang keberadaannya gak penting-penting amat di kelas ini. Yah, figuran lah."

"JAGA YA OMONGAN LO! LO TUH YANG GAK PENTING DI KELAS. BISANYA CUMA NGOMENTARIN ORANG, TAPI GAK NGOREKSI DIRI SENDIRI!"

Arum medelak-ledak, sedangkan Ajis menyumpal telinganya dengan headset.

Dan gue, lagi-lagi cuma menghela napas.

Kapan sih kelas ini bisa damai?

Sekarang gue paham, sepertinya setiap hari di kelas ini patut dijuluki sebagai 'Monster Day'

Oh Senin, gue gak akan menyalahkan lo.

Gue juga gak akan menyalahkan upacara bendera.

Karena yang patut disalahkan adalah mereka, temen sekelas gue, yang selalu membuat kuping gue pengeng setiap harinya.

Terima kasih, dua belas ipa dua.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro