part 2
Bel tanda masuk masih 30 menit lagi. Tapi entah kesambet apa, 12 IPA 2 udah berkumpul di kelas dari jam 6 pagi.
Iya, mentang-mentang pelajaran pertama kita adalah Bahasa Inggris. Di mana Ms. Nela selaku guru Bahasa Inggris kita adalah yang ter-killer di sekolah ini.
Gak ada lagi yang berani telat di pelajaran beliau. Bahkan, Badak & Bernard pun gak berani melawan. Padahal, mereka berdua termasuk yang berulah mulu di kelas.
Jadi, Badak itu adalah nama panggilan dari Sulistio. Entah kenapa anak-anak pada manggil si Sulistio dengan kata Badak, yang pasti sih gue juga ikut-ikutan manggil Badak.
Dan kalo Bernard itu, nama asli dia Rizky Asfani. Kalo dia dipanggil Bernard, karena muka dia yang persis kayak mukanya Bernard Bear. Serius, mirip banget.
Mereka berdua, yang memenuhi jenis spesies di kelas absurd ini.
Tap. Tap. Tap.
Suara sepatu yang mulai melangkah ke dalam kelas udah ngebuat suasana makin tegang. Ditambah suara decitan pintu yang mulai dibuka.
Gila ya, aura Ms. Nela emang tajem bener.
"Good Morning, class."
"Morning, Ms."
Dan dimulailah pembelajaran kali ini dengan suasana hening yang melebihi heningnya kuburan Tanah Kusir.
"I don't want to see someone eating in my class."
Suara Ms. Nela yang tenang tapi menusuk itu seketika membuat suasana yang tadinya mulai relax kembali menyeramkan.
"Diki, chew the bubblegum, now!"
Diki yang lagi asik-asik nguyah permen karet dengan masa bodoh itu seketika terkejut mendengar Ms. Nela menyebut namanya.
"Hah?" tanya Diki dengan muka cengonya.
"Chew it!" ulang Ms. Nela yang disertai dengan pelototan matanya.
Oh my God ....
Diki langsung jiper seketika. Dengan cepat dia mencoba untuk menelan permen karetnya walaupun masih agak susah karena dia baru aja membukanya. Pasti kan masih lengket dan manis.
"Udah saya telen, Ms."
Ucapan Diki barusan membuat Ms. Nela terbahak seketika.
"Kamu itu bodoh atau apa, Dik?" tanya Ms. Nela yang masih setia tertawa.
"Maksud Ms?"
Nah ini nih yang gue maksud, mungkin para degem akan ilfeel kalo liat kelakuannya. Buktinya sekarang, dia cengo banget guys.
"Kamu gak tau ya ada tetangga saya yang meninggal karena dia nelen permen karet. Yang lain, ayo doain Diki, semoga besok masih ada umur."
Dan inilah Ms. Nela, guru ter-killer tapi beliau pun funny. Gak salah, banyak yang takut tapi suka sama beliau.
Akhirnya kelas jadi rame kembali seperti biasa. Ramai sorak-sorakan buat Diki. Yang mengucapkan cepat sembuh. Dan gak jarang yang menyumpah serapahi dia dengan kalimat yang aneh-aneh. Begitulah 12 IPA 2, senang ketika melihat salah satu temannya menderita.
"Woi patungan woi, buat gali kubur sama beli kain kafan," celetuk Agus.
"Badak, lo siapin batu nisannya. Inget tulisannya Diki Bin bapaknya, jangan tulis nama lo sendiri," ucap Ambon yang bikin semua anak kelas tertawa heboh.
Ambon itu termasuk cowok kubu kanan, temen sebangkunya Ajis. Nama aslinya Fahmi, dia pun bukan orang Ambon. Tapi ya mukanya mirip abang-abang yang suka gedor-gedor rumah buat nagih utang.
Yang dicengin cuma bisa diem sambil nyengir kuda aja. Iya, Diki emang gitu. Dia suka ledekin orang, tapi dia pun juga terima ketika dia yang jadi bahan ledekan.
"Hahahahaha lucu banget Agus."
Nah, itu tuh. Suara cewek di sebelah gue.
Sumpah, di saat kelas udah dalam keadaan hening, dia baru ketawa ngakak sampe gebrak-gebrak meja.
Dengan panik, gue mulai menyikut lengan Arum pelan, karena kini Ms. Nela sudah menuju ke arah meja gue.
"Rum, Rum, udah kelar dari tadi bercandanya. Lo ke mana aja sih?" tanya gue dengan suara pelan.
"Ekhem."
Suara dehaman yang berasal tepat di depan gue membuat rasa shock gue langsung tinggi seketika.
Tapi si Arum, masih sibuk dengan dunianya bersama Agus.
"Apa ada yang lucu?" tanya Ms. Nela dingin.
Sekali lagi gue coba menyikut lengan Arum.
Dan untungnya, dia langsung sadar dan terkejut karna Ms. Nela sudah menatapnya tajam.
"Udah selesai ketawain si Agus? Kamu mau saya pindahin tempat duduknya sama dia?"
Arum dengan cepat mengangguk, dan kemudian menggeleng.
Jadi, dia tuh mau mau enggak gitu?
"Yang di sebelah Agus, kamu ke sini. Tuker sama Arum."
Lelaki yang duduk di sebelah Agus pun hanya bisa menurut dan pindah di sebelah gue untuk menggantikan posisi Arum.
Gue masih terdiam seketika.
Eh?
Temen sebangkunya Agus kan??
"Rafa?!" ucap gue terkejut ketika dia udah duduk manis di samping gue.
Dia hanya menaikkan alisnya untuk menanggapi ucapan gue yang udah terkejut setengah mati.
Terkejut, dan dag dig dug.
Akhirnya Ms. Nela mulai melanjutkan tulisannya di papan tulis.
Dan para murid pun masih setia untuk mencatat apa saja yang ditulis Ms. Nela di depan.
Gue pun masih nyatet, walaupun susah banget buat fokus.
Iya, orang yang di sebelah gue ini gak bisa bikin fokus. Dari tadi dia duduknya gabisa diem. Geser kiri, geser kanan.
Karena mulai jengah dengan perbuatan dia, gue pun mencoba untuk menegur dia, "Lo napa sih, Raf? Kebelet berak?"
Dan ternyata dia hanya mengangguk tipis. Terlihat dia sudah mulai keringat dingin serta wajahnya yang telah pucat.
Mau ketawa, tapi gak tega.
"Sono bilang ke Ms. Nela, pasti dibolehin. Lo kayanya udah gatahan banget. Sarapan apa emang lo sampe sakit perut gitu?"
Rafa tetap diam, gak menjawab sama sekali. Mungkin lagi fokus biar bisa nahan.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya dia berdiri dan mengacungkan tangan.
"Ms, saya harus ke toilet sekarang," ucap Rafa tegas.
Sumpah, mau ngakak ngeliat mukanya.
Tapi dengan santainya, Ms. Nela menolak permohonan Rafa.
"In English, please!" tegur Ms. Nela
Karena sudah di ujung, dia pun gak bisa berpikir jernih. Dia seketika lupa cara izin ke kamar mandi pake bahasa Inggris. Dan gue peka akan hal itu.
Akhirnya dengan keberanian gue, gue mulai membisikkan sesuatu ke telinga dia.
Dan dia, tersenyum mendengarnya, kemudian mengacungkan tangannya sekali lagi.
"May I go to the toilet, please?" ucap Rafa dengan wajah penuh kemenangan disertai anggukan setuju dari Ms. Nela
Akhirnya, melesatlah Rafa dengan secepat kilat.
Dan gue, yang masih terdiam dengan jantung yang meledak-ledak sekaligus pipi memanas ketika mengingat senyum yang Rafa berikan, hanya pada gue seorang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro