Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 11

Hari ini kelas gue yaitu 12 Ipa 2 kembali bertemu dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Iya, yang gurunya itu penggila drama korea (baca part 1). Betul banget, beliau adalah Bu Eni, yang perawakannya mirip banget sama kepala sekolah di kartun Upin Ipin atau yang biasa dipanggil 'Cikgu Besar.'

Selain tubuhnya yang memang besar, beliau juga galaknya macam si kepala sekolah TK Tadika Mesra itu. Kebayang gak tuh, ngeliat bayangannya ada di depan kelas aja udah kerasa merindingnya!

"Sesuai janji Ibu minggu lalu, hari ini akan dibagi kelompok untuk tugas akhir kalian yaitu pertunjukkan drama. Ada dua nilai, yaitu nilai individu dan kelompok. Kalian bisa cari tau sendiri, apa-apa saja yang akan dinilai dalam pementasan drama," jelas Bu Eni yang baru saja menempati kursinya.

Gue berbisik ke Arum, "Rum? Emang kemaren si Ibu ada janji beginian, yak?"

Arum menggeleng, "Bukannya minggu lalu si Ibu gak masuk?"

Ah iya, minggu lalu kan Bu Eni sama gue malah fangirling sambil makan mie ayam.

"Untuk kelompok mau Ibu tentukan atau kalian tidak pilih sendiri?" ucap Bu Eni.

Gue dan temen sekelas gue terdiam. Kita masih sama-sama lelet untuk mencerna apa maksud pertanyaan si Ibu killer ini.

Jadi intinya kita gaboleh milih sendiri kan kelompoknya?

Ya ngapain masih ditanya, Bambank ....

"Satu kelompok terdiri dari enam orang, Ibu akan bagikan kelompok secara acak. Dramanya bebas, kalian bisa ambil drama dari cerita legenda, atau drama jaman sekarang, asal jangan tentang drama pemilu 2019, bahaya."

Kalian tau? Kita semua konsisten masang muka gak enak. Antara mau ketawa tapi gak lucu, dan mau diem aja tapi takutnya si Ibu ini lagi berusaha ngelawak. Kita bener-bener ngerasa awkward parah.

Akhirnya pembagian kelompok pun dimulai, dan ternyata harapan gue jauh dari kenyataan.

Gue berharap bisa sekelompok sama Rafa di tugas kali ini, karena kan siapa tau gue bisa berperan sebagai Putri dan dia berperan sebagai Pangeran. Tapi nyatanya, gue malah sekelompok sama Billy, si cowok comel yang sering banget kena pilek. Dan si Hafiz, best friend-nya si Oman. Untungnya gue juga sekelompok sama Arum, Manda, dan Delfi yang seenggaknya gak sableng-sableng amat.

Setelah pembagian kelompok, kita langsung diminta untuk duduk sesuai kelompok masing-masing untuk diskusi tentang apa yang bakal kita tampilin buat tugas akhir nanti.

"Drama apa, ya? Drama korea gimana?" usul gue asal.

"Lo gak bakalan cocok maenin drama korea, muka lu aja gak ada putih-putihnya!"

Iya, kalimat yang pedes itu berasal dari mulut comel si Billy kutu kupret.

"Situ pikir situ oke? Situ bening emang? Iya bening sih, ingusnya!" bales gue gak mau kalah.

Arum ikut menimpali, "Ih ingusnya aja ijo, gak ada bening-beningnya."

"Eh asal lo tau, ingus ijo itu tandanya udah mau sembuh," jawab Billy tak terima.

"Woi udah si, ngapain jadi bahas ingus!" Delfi, yang rada tomboy itu akhirnya mengeluarkan suara.

Hafiz yang dari tadi hanya menyimak tiba-tiba memetikkan jarinya, "Gimana kalau drama bawang merah bawang putih?"

"Tambahin cabe, Fiz, biar bisa bikin nasi goreng," jawab Manda malas, tak tertarik dengan usul Hafiz yang terlalu mainstream itu.

"Gue serius, kalo kita bisa berperan dengan maksimal, pasti bakal bagus kok. Walaupun emang mainstream, tapi kalo dari kitanya enak bawainnya, pasti penonton juga bakal larut dalam pertunjukkan kita." Hafiz terlihat sangat serius, dan gue entah kenapa ikut terhanyut di dalam keseriusannya.

#apasih.

"Oke kalo gitu, kita bisa latihan dulu beberapa hari. Kalo emang kita bisa maksimal, menurut gue oke-oke aja. Soalnya ini kan cerita legenda, dan udah ada alur ceritanya, jadi kita gak bisa main-main. Tapi kalo emang kurang bagus hasilnya, mungkin kita tampilin drama modern aja," usul gue yang akhirnya disetujui oleh semua anggota kelompok.

"Sekarang kita liat dulu ada berapa tokoh di cerita bawang merah putih ini. Lagian juga si Bu Eni pelit banget si, masa enam orang per kelompok, padahal drama kan lebih seru kalo rame-rame." Arum mulai mendumel.

"Mungkin itu juga buat kreativitas kita kali ya, jadi satu orang bisa meranin dua karakter gitu. Iya gak si?" Delfi mencoba positive thinking.

"Bisa jadi sih. Atau mungkin biar keliatan gitu detail per orang. Soalnya kalo rame takut pusing gitu si Ibu nilainya, iya gak?" Manda menimpali.

"Iyalah pusing, udah tua," kata Billy yang langsung bikin gue nempeleng kepalanya secara refleks.

Itu mulut kayanya emang gabisa dipake buat ngomongin hal yang bermanfaat dah.

"Gimana buat pembagian perannya?" tanya Hafiz serius.

"Billy jadi Ayah, Manda jadi bawang merah, Arum jadi Ibunya si bawang putih sama jadi Ibu tiri, Rissa jadi bawang putih, Hafiz jadi Pangeran, nah gue jadi naratornya," ucap Delfi yang langsung dapet sorakan dari anggota kelompok.

"Curang lo, enak banget cuma bacain narasi," protes Billy.

"Ya masa elo si yang jadi narator? Di naskah banyak huruf r, nanti lo gak bisa," Delfi membalas. Fyi, Billy lumayan cadel.

Akhirnya Billy diam, merasa skakmat dan langsung buang muka.

Huh, rasakan kau!

"Kok gue bawang putih si? Gak ada cocok-cocoknya. Manda aja, ya?"

Manda langsung menggeleng, "Nggak, muka gue judes, Ris, lebih cocok jadi bawang merah. Lagian lo cocok kok jadi bawang putih, muka lo kayak orang pinggir jalan gitu soalnya."

"Kampret!" jawab gue yang akhirnya membuat semuanya tertawa.

Gue melirik ke orang yang ada di hadapan gue, tunggu, dia bakal jadi lawan main gue dong?

"Kita mesti ada latihan khusus ya Ris, biar chemistry-nya dapet. Gue pengen jadi Pangeran yang sempurna buat bawang putih," ucap Hafiz serius dan diakhiri dengan senyum yang membuat lesung pipinya terlihat.

Tunggu, sejak kapan Hafiz jadi ganteng begini?

Aa Rafaaaaaaaa, aku gak akan berpaling darimu!!!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro