Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra part

Di sinilah gue berada. Di depan pintu kelas yang menyimpan banyak sejarah dan kenangan. Masa-masa indah, menyenangkan, menegangkan, semua ada di balik pintu ini. Masih bisa terbayang, suara gedoran Ambon buat nyuruh kaum hawa cepetan ganti baju olahraga. Masih bisa terbayang, anak cowok yang lari bergerombol rebutan masuk karena takut dirazia Bu Kus.

Semuanya terlalu indah untuk dikenang. Dan lagi-lagi, gue gak akan pernah menyesal karena pernah masuk ke dalam pintu yang di atasnya bertuliskan 12 IPA 2.

Dari luar, gue bisa denger suara kerusuhan. Gue tertawa kecil, lalu menyiapkan diri untuk membuka pintu penuh kenangan itu.

"Hallo?"

Keadaan kelas langsung hening seketika. Para remaja yang terlihat sudah semakin dewasa mengalihkan perhatiannya ke gue yang barusan aja nyapa mereka.

"Rissa!!!"

Gue lega, mereka masih sama. Kehangatan itu masih ada, walaupun sudah empat tahun lamanya.

Kami saling berpelukan, melepas rasa rindu yang seakan menggebu-gebu.

Rasanya kelas ini semakin hidup. Yang tadinya siswa di kelas ini cuma ada 42 orang, sekarang jadi bertambah.

Iya, mereka saling bawa pasangan masing-masing, dan bahkan ada yang udah bawa anak.

Empat tahun kami memutuskan untuk kembali bertemu, reuni yang memang udah direncakan dengan matang dari jauh hari.

Reuni yang berkesan itu saat kita bisa balik ke sekolah, duduk di bangku kelas, berkumpul dengan semuanya, kan?

Kami gak butuh jalan-jalan ke tempat mahal atau mesti nongkrong di cafe estetik, duduk di bangku kelas yang penuh memori ini sudah sangat cukup.

"Gimana? Udah berapa bulan ini? Terus lo mau lanjut kuliah lagi atau gimana, Raf?"

Iya, gue berangkat reuni bareng Rafa, juga calon anak yang ada di perut gue. Gue memutuskan untuk menikah sama Rafa setahun yang lalu, padahal gue dan dia sama-sama belum lulus kuliah tapi masalah ekonomi Rafa jangan dipertanyakan karena dia punya bisnis yang berjalan lancar.

"Udah masuk yang kelima bulan nih, Gus." kata gue pada Agus yang cuma manggut-manggut. "Aku ke sana dulu, ya?" pamit gue kemudian disetujui sama Rafa. Biarin, gue kasih waktu buat Rafa dan sobatnya si Agus yang sengklek itu.

Gue langsung nyamperin ciwi-ciwi yang lagi pada sibuk nyiapin makanan sama minuman. Gue meluk tiap dari mereka dan cipika-cipiki seperti emak-emak kebanyakan (walaupun kami belum bisa dibilang emak-emak, sih).

"Akhirnya, reuni jadi juga. Empat tahun gak ketemu, banyak banget perubahannya, ya?"

Lilia ngangguk. "Iya, udah ada yang bawa anak, suami, ada yang lagi hamil ...."

Gue ketawa, karena Lilia ngomong gitu sambil ngelirik gue dan senyum-senyum gak jelas. Hm, jadi inget pas gue baru jadian dua hari sama Rafa, senyum-senyum mulu gak bisa berhenti.

Oh, iya, hubungan yang berlanjut ke jenjang pernikahan cuma gue sama Rafa. Kisah putih abu-abu temen gue yang lainnya gak ada yang lanjut, kandas gitu aja di tengah jalan. Mereka udah saling menemukan pasangan masing-masing, dengan kebahagiaan di dalamnya.

Gue dan Rafa? Kami sadar, kami saling menemukan kebahagiaan. Dan, kami memutuskan untuk menikah muda.

"HPL kapan, Ris?" tanya Indah, si perempuan terkalem yang sampe sekarang masih diperjuangkan Diki.

Inget mereka?

Dulu, Diki pernah bilang kalau dia gak mau modusin Indah. Katanya sih, Indah gak pantes dapetin itu. Dan ternyata bener aja, Diki emang niatnya serius sama Indah.

Terus, kenapa Indah gak mau?

Ya gak mungkin Indah bisa percaya gitu aja sama Diki.

Tau kan kalo Diki termasuk fucek boy yang suka modusin adek-adek gemes? Diki juga termasuk cowok koplak yang malah nurut aja pas disuruh nelen permen karet sama Ms. Nela.

"Kata dokter sih akhir Maret. Doain biar lancar ya, ibu-ibu semuanya ...."

"Enak aja! Gak semuanya udah jadi ibu-ibu, ya! Ada yang masih jomlo, gue contohnya."

Barusan suara Arum. Iya, dia masih jomlo karena belum bisa move on dari Agus. Gak habis pikir sama sahabat gue yang satu ini, tapi ya gimana. Perasaan emang gak bisa dipaksa, kan?

"Gus! Lo masa gak ada tindakan apa-apa, sih? Si Arum mesti dikasih rekor udah nunggu lo selama lima tahun. Dulu gue nunggu Rafa tiga tahun dan ditembak, masa Arum enggak?"

Arum melotot pas denger gue ngomong sefrontal itu. Huh, sukurin. Gue bales perbuatan lo yang dulu-dulu, Rum, HAHAHAHA.

Sekarang anak sekelas jadi rame ngeledekin Arum sama Agus yang seakan terpojok. Emang serunya kalo ngumpul tuh gini, salah satu dijadiin kambing hitam buat diperolok massa.

Agus menggaruk tengkuk kepalanya yang gue yakin gak gatal. Dia yang tadinya lagi duduk di sebelah Rafa, berjalan perlahan nyamperin kaum cewek yang masih berkutat sama makanan.

Ramai suara siulan, pas liat Agus udah berdiri di hadapan Arum. Gue bisa liat Arum yang gelagapan dan terus natap gue seakan mengutuk gue dengan sumpah serapahan.

"Rum, lo mau nikah sama gue?"

AMBYAR!

Gak diajak pacaran dulu, langsung nikah, cuy!

Oke, gue pamit dulu. Mesti gotong Arum karena dia sekarang udah pingsan gak berdaya.

EXTRA PART END.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro