I.L.Y | 4
Kiki dan Haikal yg semula sibuk membahas lagu untuk tugas mereka, nampak menoleh saat Vano memasuki ruang OSIS yg mereka jadikan tempat diskusi. Vano yg membalas tatapan keduanya sempat tersenyum tipis, sebelum kemudian melangkah menuju ruangan lain yg merupakan ruangan miliknya.
"Bentar ya Haikal, aku bicara sama Vano dulu" Kiki bangkit dari duduknya
Tak menunggu balasan Haikal, Kiki beranjak. Mengetuk pintu ruangan Vano, sebelum kemudian memasukinya.
"Vano" panggil Kiki pada sosok yg sedang sibuk menyusun beberapa buku diatas meja
"Iya" Vano berbalik dan tersenyum tipis pada Kiki "kok disini? Bukannya tadi katanya mau bahas tugas dari bu Yana sama temen kamu" tanya sang ketua OSIS saat Kiki sudah menghentikan langkah dihadapannya
Kiki tak segera menjawab, dia diam memandang lekat Vano sebelum kemudian berujar.
"Gimana tadi?" Dengan ekspresi khawatir, Kiki bertanya
"Apanya?" Menyandarkan tubuhnya dimeja, Vano balas bertanya
"Tadi ngomong lagi sama Danita kan? Terus gimana?" Kiki memperjelas pertanyaannya
Helaan nafas berat Vano membalas pertanyaan Kiki. Membuat Kiki mengerutkan keningnya.
"Ya begitu...sahabat kamu salah paham" tersenyum getir, Vano bertukas
"Salah pahan gimana?"
"Dia itu mikir akunya nyalahin dia, padahal aku kan cuma coba motivasi dia aja" urai Vano
"Udah bilang gitu juga sama dia?" Balas Kiki
"Udah...tapi ya gitu, masih salah paham" jawab Vano dengan suara rendah
Kiki menghela nafas panjang mendengar itu. Gadis imut tersebut nampak tercenung, memikirkan sosok Danita.
"Temen kamu itu emang keras kepala ya?" Ucapan Vano membuat Kiki yg semula mematung kembali memperhatikannya
"Sedikit...tapi kalo coba dijelasin baik2 dia biasanya bakal ngerti kok" sambut Kiki
"Jadi maksud kamu aku gak baik gitu jelasinnya" ucapan Vano segera membuat Kiki menggeleng cepat
"Nggak gitu Vano, cuma...kamu kurang lembut bicaranya sama Danita waktu dirapat tadi" ralat Kiki
"Kurang lembut gimana sih Ki, aku-nya kan udah ngomong sehalus mungkin tadi"
"Iya..halus, tapi kata2nya kan kurang halus" suara Kiki merendah diakhir kalimat
"Jadi maunya gimana?"
"Ya...yg lembut gitu bahasanya, jangan kasar. Dan...kalo mau kritik, ya pake bahasa yg baik. Gimana juga kan Danita baru jadi ketua Cheer, sama kayak kamu. Jadi wajarkan beberapa hal belum termanagemen dengan baik. Danita perlu waktu buat perbaiki kekurangan club Cheer setelah pergantian ketua" uraian panjang Kiki dibalas senyum tipis Vano
"Ki...waktu yg dia punya lebih dari cukup kalo cuma buat nyusun jadwal dan nyari ruangan buat club-nya. Waktu yg dikasih juga sama dengan ketua club yg lain. Bahkan...club Taekwondo aja bisa mamfaatin waktu mereka buat ubah gudang jadi tempat latihan. Padahal mereka club baru lho, dan baru diresmiin tahun ini. Tapi managemennya bagus kan, Mereka juga udah dapat ruangan" ucapan Vano segera membungkam Kiki
"Sekarang bukan masalah waktu, tapi kemauan. Temen kamu itu terlalu percaya diri dengan club nya. Dan terlalu terbiasa nerima pujian, jadi gak coba memperbaiki apa yg seharusnya mereka perbaiki. Padahal cheer itu bukan club baru. Tapi managemen-nya lebih berantakan dari club yg baru bertelur kemarin sore" lanjut Vano membuat ekspresi wajah Kiki berubah tak baik
"Ihh...kok ngomongnya jahat sih" protes Kiki
"Aku gak ngomong jahat Ki, aku ngomong fakta. Sebelum rapat aku udah survei sama guru2 pembina club juga sama anggota club. Dan setelah aku survei, memang cuma club Cheer yg gak punya managemen yg baik. Mereka latihan kalo ada jadwal tanding. Dan kalo gak ada pertandingan, mereka santai. Guru udah coba nawarin mereka tempat, tapi mereka tolak. Alasannya karena jauh dari gymnasium sama lapangan basket" dengan wajah yg menyiratkan kekesalan, Vano berujar panjang
"Jadi sekarang salah siapa? Masih salah aku, iya?" Kiki kembali dibuat bungkam oleh kata2 sang ketua OSIS
"Aku gak tahu apa yg ada didalam kepala temen kamu itu. Tapi aku bener2 gak mau terima kalo managemen club cheer begini-begini terus. Jadi kalo kamu sempat, tolong bilangin sama temen kamu itu. Dengan kalimat yg halus dan lembut yg kayak kamu bilang. Bilang sama dia buat perbaiki managemen clubnya. Dan kalo dia gak juga bisa perbaiki managemen cheer, aku akan bilang sama kepala sekolah buat bubarin cheer" Vano sudah berbalik, dan kembali sibuk dengan buku2 diatas meja
Kiki membalas dengan menghela nafas berat, kemudian berlalu tanpa mengucapkan apapun meninggalkan Vano. Membiarkan sang ketua OSIS sibuk dengan kegiatannya, Kiki kembali menghampiri Haikal dan ikut menyibukkan dirinya dengan siswa berkacamata tersebut.
♡1♡4♡3♡
Keanu mengusap sisa airmata dipipi Danita. Kemudian mengarahkan tissue pada gadis cantik itu. Menerima tissue yg Keanu berikan, Danita mengusap hidungnya yg berair. Seraya mencoba bernafas dengan baik setelah puas menangis.
"Perlu aku beliin minum?" Tawaran Keanu dibalas gelengan oleh Danita "terus maunya apa?" Kembali mengusap pipi Danita, Keanu bertanya dengan nada lembut
"Maunya kamu disini aja, nemenin aku" sedikit sesenggukan, Danita membalas
Keanu tersenyum, seraya mengeser tubuh mendekat pada Danita.
"Dia jahat banget sih Nu, aku benci banget sama dia" dengan suara serak, Danita berujar
"Jangan benci-benci sama orang, karena nantinya bisa jatuh cinta lho"mencoba bercanda, Keanu semakin merekahkan senyumnya
"Gak...gak akan, gak mau juga" Danita kembali menyapu hidungnya yg berair menggunakan tissue
Lembut Keanu mengusap poni Danita, yg terlihat sedikit berantakan. Memperhatikan mata sembab gadis cantik itu, juga wajahnya yg memerah karena terlalu lama menangis.
"Dan" panggilan Keanu hanya dibalas gumaman pelan Danita "boleh jujur gak?"
Danita menatap lurus Keanu yg sudah memasang ekspresi wajah serius
"Apa yg dibilang ketua OSIS itu bener lho. Maksud aku bukan hal2 jelek yg dia omongin, tapi tentang managemen club cheer" segera Keanu menegaskan maksudnya, sebelum Danita kembali emosi dengan apa yg dia ucapkan
"Jadwal yg konsisten dan teratur yg dia omongin dirapat tadi, kan memang udah seharusnya dimiliki semua Club. Termasuk club cheerleader" Keanu menjeda kalimatnya sesaat
"Kayak club modern dance kita, cheer juga harus punya ruangan. Gak mungkin selamanya-kan cheer numpang sana-sini. Dan juga...gak mungkin cheer itu terus2an latihan dadakan kan?" Kembali Keanu menjeda kata2nya untuk memperhatikan ekspresi Danita
"Aku tahu anak cheer banyak yg berbakat, tapi masa' iya harus latihan dadakan terus. Kalo para anggotanya emang punya jadwal kosong, mungkin gak masalah. Tapi kalo ada jadwal yg tabrakan gimana? Kan latihannya jadi berantakan" lanjutnya saat tak mendapati Danita memperlihatkan ekspresi kesal
"Kan kamu udah tahu aku pernah usaha nyari ruangan, tapi gak ada kan" dengan suara yg masih serak, Danita membalas
"Danita sayang" Keanu meraih jemari Danita dan mengenggamnya "usaha itu gak sekali, tapi berkali2. Kalo sekali itu namanya percobaan, dan kalo percobaan gagal...kamu harus coba lagi dan lagi. Begitu kan aturannya" Danita menatap netra kelam Keanu
"Kamu udah coba lagi belum, waktu kamu bilang kamu gak dapat ruangan setelah guru coba nawarin kamu tempat yg kamu bilang gak cocok? Udah pernah nanya lagi gak sama pengurus ekskul, ruangan yg mungkin bisa kamu jadikan markas team cheer?" Masih menggunakan intonasi yg sama, Keanu berujar
Pelan Danita menggeleng, membuat Keanu menarik senyum hangat
"Jadi...yg salah siapa?" Tarikan nafas berat Danita tertangkap telinga Keanu diakhir kalimat tanyanya
"Aku" berujar rendah, Danita membalas "tapi dia juga salah, kenapa dia bicara kasar gitu dirapat tadi? Kan aku malu Nuuuu" mata Danita kembali berair
"Iya...dia juga salah, nanti aku juga bilangin sama dia. Biar dia juga tahu, kalau dia juga salah" Keanu menarik Danita dalam pelukannya
"Aku benci sama dia Nuuu" Danita membenamkan wajahnya didada bidang Keanu
"Udah dibilangin jangan benci2, nanti suka" mengusap belakang kepala Danita, Keanu kembali bercanda
"Nggak!!" Ketus Danita yg dibalas tawa ringan Keanu
♡1♡4♡3♡
Keanu yg semula menyandarkan tubuhnya di dinding segera berdiri tegak, saat mendapati Kiki keluar dari dalam ruang OSIS bersama Haikal. Sesaat keduanya sempat saling menatap, sebelum kemudian Kiki memalingkan pandangannya menghindari tatapan Keanu.
"Ketua OSIS ada didalam gak Ki?" Menahan langkah Kiki yg akan berayun, Keanu bertanya
Kiki kembali menatap Keanu sesaat, sebelum kemudian mengangguk
"Ada didalam" ujarnya tanpa memandang pria tinggi itu
Keanu mengangguk paham mendapat balasan Kiki
"Boleh masuk kan ya? Ada yg mau dibicarain sama ketua OSIS" izinnya memaksa Kiki kembali menatap Keanu
"Masuk aja" jawab Kiki singkat "yuk Kal, ke ruang musik" ajak Kiki pada Haikal sebelum beranjak
Tak membalas, Haikal mengikuti langkah Kiki berlalu dari sana. Membiarkan Keanu menatap kepergian mereka sesaat, sebelum memasuki ruang OSIS.
"Permisi" mengetuk pelan pintu, Keanu mengedarkan pandangannya
Keanu mematung seraya menelusuri setiap sudut ruangan yg nampak kosong itu. Kemudian bersiap pergi sebelum bunyi pintu yg terbuka menahan gerakan kakinya.
"Kirain gak ada orang" ucapan Keanu membuat Vano yg baru keluar dari ruangan, segera mengarahkan pandangan padanya
"Bisa bicara sebentar" ucap Keanu saat mata keduanya bertemu "masalah cheer, juga masalah Danita" jelasnya mendapati tatapan bertanya Vano
Vano mematung sesaat, sebelum akhirnya mengangguk. Menunjuk kursi kosong, Vano menempati kursi yg berseberangan dengan yg Keanu tempati. Membiarkan senyap menjadi jeda panjang diantara keduanya, sebelum mendengar pria jangkung dihadapannya berujar.
"Masalah cheer, Danita bilang dia akan perbaiki managemen-nya" urai Keanu langsung tanpa berniat basa-basi
"Begitu?" Vano mengangguk pelan "itu bagus" lanjut pria itu kemudian
"Danita juga udah tahu letak kesalahannya, jadi dia akan berusaha yg terbaik buat cheer mulai sekarang" Keanu menatap lekat Vano yg setia memperhatikannya "Dan karena Danita udah sadar dengan kesalahannya, aku harap kamu juga mau menyadari kesalahan kamu" kalimat lanjutan Keanu membuat alis Vano berkerut
"Kamu ngomong terlalu kasar sama Danita. Dan aku rasa...kalimat itu kurang tepat diucapin terlebih dalam rapat. Gimana-pun juga sebagai ketua cheer Danita punya harga diri. Jadi...kalimat2 kamu itu cukup melukai harga dirinya didepan ketua club yg lain" urai Keanu sebelum Vano sempat bertanya
"Aku cuma coba berusaha realistis, apa yg salah?" Balas Vano seraya mengaitkan jemarinya diatas meja
"Salah karena bahasanya menyinggung" sambut Keanu cepat "Danita bukan gadis bodoh, jadi kamu seharusnya bisa membungkus kata2 kamu sebaik mungkin. Gak harus bicara terlalu terus terang, dan akhirnya nyakitin perasaan Danita. Aku pikir kalo ada orang yg bicara jelek untuk managemen yg kamu urus dengan kalimat nggak baik, kamu juga akan marah kan. Jadi...aku rasa sebagai pemimpin, ada baiknya kamu coba menambah bahasa yg lebih halus lagi untuk menghadapi bawahan kamu" urai Keanu panjang
"Tegas boleh, tapi nggak menyinggung. Ada banyak kalimat baik yg bisa kamu pilih buat bicara. Kalimat yg mungkin gak akan nge-lukai orang yg mendengarnya" sambung Keanu kemudian
"Aku datang bukan buat berdebat. Aku cuma mau jelasin, gak cuma Danita yg salah disini. Kamu juga buat kesalahan ke dia. Kalo dia mau menyadari kesalahannya, aku harap kamu juga mau ngelakuin yg sama. Udah sama2 dewasa gini, jadi aku pikir ada bagusnya saling menyadark kesalahan masing2" Vano yg semula akan membela diri terdiam mendengar kalimat panjang Keanu
"Aku cuma mau bilang itu, jadi sebaiknya aku balik sekarang. Maaf sebelumnya kalo udah ganggu waktu kamu" Keanu bangkit dan beranjak tanpa menunggu balasan dari Vano
Menatap datar Keanu, Vano terus mengantar kepergiannya dengan pandangan lurus. Sebelum kemudian menghela nafas kasar.
"Kalo memang sadar dengan kesalahanya kenapa gak datang sendiri? Kenapa malah nyuruh pacarnya yg jelasin semua?" Gumam Vano bernada protes
♡1♡4♡2♡
Langkah Kiki tertahan didepan gerbang sekolah, saat mendengar seseorang memanggil namanya. Sedikit menoleh, Kiki kemudian memutar penuh tubuhnya. Saat mendapati Danita berjalan pelan menghampirinya.
"Pagi" sapaan hangat Kiki hanya dibalas senyum simpul Danita "kenapa mata kamu Dan? Bergadang?" Tanya Kiki segera saat Danita sudah menghentikan langkah tepat dihadapannya
Masih mengurai senyum yg sama, Danita tak menjawab. Dia hanya membuka tasnya, dan memberikan sebuah map pada Kiki.
"Tolong kasih ke ketua OSIS kamu ya" pinta Danita seraya menyerahkan benda ditangannya
Kiki menatap map dihadapannya sesat, sebelum meraihnya
"Itu jadwal cheer, dan juga beberapa planing yg bakal club cheer lakuin. Ada juga anggaran tahun lalu, sama tahun ini. Apapun yg dituntut ketua OSIS kamu udah aku lengkapin semua. Cuma tinggal ruangan yg belum dapat. Rencana hari ini mau cari bareng Mika sama Keanu" terang Danita yg membuat Kiki terdiam sesaat
"Jadi itu mata berkantung karena ngerjain ini?" Tebak Kiki yg dibalas senyum hambar Danita "uhmmm...kasihan kamu Dan" mengusap pipi Danita, Kiki berujar dengan raut khawatir
"Aku baik2 aja kok, gak usah berlebihan deh" meraih jemari Kiki yg mengusap wajahnya, Danita menganti senyumnya untuk sang sahabat
Kiki tak membalas, gadis mungil itu masih memandang khawatir Danita.
"Nanti tolong kasih sama dia ya" Danita mengulang permintaannya
"Iya...nanti aku kasih ke Vano" memeluk map pemberian Danita, Kiki membalas seraya tersenyum
"Kiki baik" Danita memeluk gadis mungil itu sesaat "yuk masuk" merangkul Kiki, Danita menarik sang sahabat memasuki sekolah
Mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Danita, Kiki mengayunkan langkah disisi gadis jangkung itu. Berjalan beriringan dengan sang sahabat, seraya berbincang ringan.
::: TBC :::
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro