I.L.Y | 31
Danita sedang sibuk merapikan barang-barang miliknya, ketika sebuah teriakan dari salah satu teman sekelasnya membuat kegiatan sang kapten cheer berhenti.
"DANITA!!! PANGERANNYA DATANG JEMPUT NIH." Segera setelah itu sang pelaku teriakan berlari menarik siswa lain dari kelas tersebut. Meninggalkan Vano -sosok pangeran yang dimaksud- mematung sejenak didepan pintu kelas Danita sebelum kemudian bergerak masuk.
"Mau jemput aku ya." Mengambil langkah setengah berlari kecil, Danita berujar seraya mendekati Vano.
Vano tersenyum, sebelum kemudian menggeleng.
"Nggak...mau jemput Keanu." Balasnya, membuat senyum yang sempat Danita kembangkan memudar. "Yuk Nu." Vano mengarahkan tangannya pada sosok Keanu yang melangkah mendekat.
"Yuk." Keanu yang memang berniat menggoda Danita, terlihat akan menerima uluran tangan Vano.
"Ishhhh....apaan sih?" Belum jemari keduanya bertaut, Danita sudah menepis kasar tangan Keanu. Membuat sang pemilik tangan meringis pelan.
"Sakit Dan." Keluh Keanu seraya mengusap punggung tangannya.
"Biarin...siapa suruh nakal." Bibir Danita mengerucut lucu.
Keanu tersenyum tipis melihat itu, begitupun Vano.
"Udah cepet rapiin barang-barangnya sana." Menggusak rambut Danita, Vano berujar.
Menoleh pada sang kekasih, Danita mengangguk pelan kemudian.
"Tungguin ya, bentar lagi selesai beres-beresnya." Wajah Danita terlihat kembali ceria.
Vano mengangguk, lalu membiarkan Danita beranjak untuk kembali merapikan barang-barangnya.
"Kalo komposer beda ya." Ucapan Keanu membuat Vano melepaskan pandangannya dari sang kekasih. "Cara buat yakinin pasangannya langsung buat tersentuh." Lanjutnya yang dibalas tawa pelan Vano.
"Kayaknya biasa aja deh." Giliran Keanu yang tertawa pelan mendengar itu.
"Yang biasa aja bisa buat Danita meleleh, gimana lagi yang luar biasa." Keanu masih setia mengurai tawanya.
"Nggak usah berlebihan deh Nu. Kuping aku udah panas dari tadi ini karena digodain mulu. Jadi jangan ikut-ikutan lah." Tawa Keanu semakin berderai.
"Tapi beneran bagus kok lagunya. Danita tadi kelihatan tersentuh sama lirik lagunya." Puji Keanu tulus.
"Masa'?" Vano nampak tak begitu yakin.
"Serius..." Keanu mengangguk pasti. "Kalo dia nggak tersentuh, apa mungkin bakal nyambut kamu dengan wajah sumringah kayak tadi."
Vano memperhatikan Danita sesaat, lalu mengangguk kemudian.
"Bener juga sih." Akhirnya sang ketua OSIS membenarkan. "Kamu..."
Keanu menatap lekat Vano yang tiba-tiba menahan kata-katanya.
"...masalah sama Kiki udah selesai." Raut wajah Keanu berubah seketika karena pertanyaan itu.
"Belum." Keanu berujar seraya menghela nafas berat.
Vano mengangguk paham, lalu nampak mengusap bahu Keanu.
"Tetap semangat ya." Tukas sang ketua OSIS. "Kiki memang kayak gitu kalo udah marah. Tapi lama-lama dia juga bakal luluh kok kalo kamu nunjukin penyesalan kamu. Ya...walaupun mungkin bakal lama. Berhubung Kiki itu paling nggak suka dibohongin." Lanjutnya kemudian.
"Pastilah...pasti selalu semangat kok. Namanya juga mau yakinin masa depan kan, jadi harus semangat." Kata-kata Keanu membuat Vano tertawa.
"Ketawain apaan sih?" Danita yang sudah berada diantara keduanya bertanya.
"Bicarain cewek yang tadi galau." Goda Keanu membuat Danita segera menghadiahkan cubitan di pinggangnya.
Ringisan lolos dari bibir sang kapten basket. Yang justru disambut tatapan tajam dari sang pelaku penyubitan.
"Sakit Dan." Seraya mengusap pinggangnya, Keanu meringis.
"Rasain." Danita tak terlihat bersalah. "Yuk No...pulang, tinggalin aja Keanu. Lama-lama nyebelin, pantes aja diputusin Kiki." Danita sudah menggandeng Vano.
"Ehhh.....mulutnya." Danita nampak menjulurkan lidahnya membalas kalimat bernada protes tersebut.
"Dah Keanuuuuu...." Menarik Vano dari sana, Danita nampak tertawa pelan kemudian.
"Awas kamu ya, kalo nyari aku lagi nanti waktu kamu lagi galau." Ancaman Keanu semakin membuat tawa Danita berderai.
Seolah tak menganggap ancaman itu, si cantik terus menarik menjauh kekasihnya meninggalkan kelas.
"Balik ya Nu." Pamit Vano sebelum benar-benar meninggalkan kelas tersebut, yang dibalas anggukan Keanu.
Tersenyum menatap kepergian keduanya. Keanu menggeleng pelan sesaat, dan kemudian ikut beranjak meninggalkan kelas itu.
♡1♡4♡3♡
Kiki menatap lurus boneka hadiah dari Keanu yang kembali ada di lokernya. Menghela nafas berat, jemari mungilnya-pun meraih benda itu kemudian.
"Ini." Sebuah suara menyenyak Kiki, membuat si mungil menoleh cepat pada sumber suara.
"Haikal." Entah untuk alasan apa, Kiki nampak lega mendapati kehadiran Haikal.
Haikal tersenyum, lalu nampak mengarahkan paper bag ditangannya pada Kiki.
"Simpan disini aja, biar 'dia' ngak tahu kalo kamu bawa pulang bonekanya." Kiki membawa pandangannya pada paper bag ditangan Haikal, sebelum kemudian menatap lekat netra sosok dihadapannya.
"Aku kan udah kasih ke kamu, kenapa..."
"Karena kamu nggak bener-bener mau ngasih itu ke aku." Haikal memutus cepat kata-kata Kiki.
Kiki menunduk seraya memainkan benda imut ditangannya.
"Simpen aja disini, terus bawa pulang." Haikal menyerahkan paper bag itu ke tangan mungil Kiki.
Masih dengan menunduk, Kiki meraihnya. Membuat Haikal mengusap lembut surai merah muda-nya.
"Sebelum kamu nuntut orang lain buat jujur ke kamu, ada baiknya kamu jujur sama diri kamu sendiri Ki." Ucapan lembut Haikal, memaksa Kiki mengarahkan pandangan padanya.
"Jujur sama apa yang hati kamu mau. Karena...bukan aku, bukan sahabat-sahabat kamu, dan bukan Keanu yang sekarang lagi kamu bohongin, tapi diri kamu sendiri. Kamu...sedang bohong sama diri kamu. Karena itu kamu ngerasa lebih sakit." Kiki tak membalas, si mungil memilih untuk membisu.
"Aku tahu...nggak ada kebohongan yang bisa dibenarkan. Tapi bukan berarti kebohongan tidak bisa dimaafkan. Asalkan orang yang berbohong udah jujur, dia berhak menerima maaf. Jadi kamu nggak punya alasan buat nahan maaf kamu." Kiki bisa melihat senyum tipis yang Haikal kembangkan.
"Sekarang saatnya berdamai sama diri kamu sendiri. Tekan ego kamu, dan maafin semua kesalahan dia. Dia berhak punya kesempatan, dan kamu berhak buat punya perasaan sama dia. Jangan tahan hati kamu buat balas perasaan dia, karena hati kamu bebas nentuin buat jatuh cinta sama siapapun. Termasuk jatuh cinta sama orang yang nggak pernah sekalipun ada dalam logika kamu." Haikal kembali membawa jemarinya mengusap surai Kiki.
"Kalo kamu sayang sama dia, jangan gengsi. Dia aja selalu coba nunjukin rasa sayangnya ke kamu. Kamu juga jangan mau kalah. Tunjukin kalo kamu juga punya sayang yang sama kayak dia. Jadi dia-nya bakal mikir puluhan kali kalo mau nyakitin kamu." Senyum diwajah Haikal semakin mengembang, menghadirkan perasaan hangat dan tenang dihati Kiki.
"Makasih Haikal." Ucap Kiki pada akhirnya, membalas kalimat panjang sosok berkacamata dihadapannya.
"Iya...sama-sama." Balas Haikal.
Kiki ikut tersenyum kini, membuat Haikal yang semula mencemaskannya sedikit merasa senang.
"Kiki pulang duluan ya." Pamit Kiki yang dibalas anggukan pelan Haikal.
Si mungil terlihat memasuk-kan boneka hadiah dari Keanu kedalam paper bag, lalu nampak melambaikan tangan pada Haikal
"Bye Kal." Ucap si mungil lengkap dengan senyum manis.
"Bye." Balas Haikal seraya menatap sosok Kiki yang sudah berbalik dan melangkah meninggalkannya.
"Haikal keren ih...bikin makin suka." Sebuah suara membuat Haikal yang semula mengantar kepergian Kiki dengan tatapannya berbalik menatap sosok yang berujar.
"Mika." Haikal nampak sedikit terkejut.
Mika tersenyum lebar, seraya melangkah mendekati Haikal.
"Traktir pizza dong." Tepat setelah ada didepan Haikal, Mika berujar.
Haikal yang sempat terkejut, menatap lekat Mika yang masih setia merekahkan senyumannya. Lalu nampak tertawa pelan kemudian.
"Ayok." Ucapnya seraya beranjak mendahului Mika.
"Yeaaay." Mika melangkah riang menyusul Haikal, lalu berjalan disisi sosok itu seraya menggandeng lengannya.
♡1♡4♡3♡
Terlalu tidak fokus dengan langkahnya, Kiki nyaris terjatuh saat menuruni bus. Kalau saja sebuah tangan kekar tidak sigap memeluk pinggangnya, bisa dipastikan si mungil akan terjun bebas ke atas aspal. Dengan jantung yang berdegup kencang karena kaget, Kiki menoleh menatap sosok yang membantunya. Dan seketika jantungnya semakin berdegup kencang saat mengetahui sosok itu adalah Keanu.
"Nggak apa-apa kan?" Pasti Keanu lengkap dengan raut khawatir.
Kiki hanya bisa mengangguk pelan sebagai balasan. Membuat Keanu perlahan menarik tangannya dari Kiki. Kesempatan itu digunakan Kiki untuk membawa tubuhnya menjauh. Karena si mungil tak mau Keanu mendengar suara jantungnya yang sudah begitu ribut.
"Maaf...bukan sengaja, tadi reflek aja pas lihat kamu mau jatuh." Salah mengartikan sikap Kiki, Keanu coba memberi penjelasan tentang tindakannya.
Kiki tak berujar apapun, si mungil memilih diam seraya menatap ujung sepatunya sendiri. Mendapati itu, membuat Keanu merasa canggung. Sempat mengantar kepergian bus yang semula mereka tumpangi, Keanu membawa matanya kembali menatap Kiki.
"Ki..." Panggil Keanu membuat Kiki ragu-ragu mengangkat wajahnya.
"Rumah kita kan nggak searah." Ucapan Kiki membuat Keanu memandang bingung padanya.
"Huhh??"
"Kenapa kamu naik bus itu? Arah rumah kita kan beda." Kiki segera menjelaskan maksudnya.
"Aaah...itu." Keanu mengusap belakanh kepalanya. "Nggak tahu." Sang kapten basket tertawa pelan kemudian.
"Tadi waktu lihat bus itu, tiba-tiba aku pengen naik aja. Nggak tahunya, kamu juga naik di bus itu nggak lama setelah aku naik." Terangnya yang membuat Kiki berkedip lucu.
"Jadi waktu aku naik bus, kamu udah disana?" Pasti Kiki.
"Iya." Keanu mengangguk.
"Berarti..."
"Iya...aku lihat waktu kamu cubit-cubitin pipi boneka yang aku kasih." Keanu tersenyum simpul, sementara sosok mungil didepannya udah tersipu malu.
"Ishhh..." Kiki mendekap paper bag ditangannya, menenggelamkan wajah memerahnya disana.
Keanu nyaris saja tertawa pelan karena tingkah Kiki. Namun sadar kalau sikapnya itu akan membuat daftar baru alasan Kiki marah padanya, Keanu berusaha menahan tawa tersebut.
"Ki..." Kembali Keanu memanggil si mungil, namun sekali lagi dia tak mendapat balasan dari sosok imut itu.
"Boleh aku nyimpulin sesuatu nggak?" Dengan gerakan ragu Kiki menjauhkan paper bag dari wajahnya, untuk menatap Keanu.
"Bisa aku nyimpulin sikap kamu dibus tadi tanda kalo kamu udah maafin aku." Keanu berujar dengan suara rendah.
Kiki masih setia membisu, membuat perasaan Keanu kacau. Demi apapun, Keanu lebih suka Kiki memukulnya, atau memarahinya. Daripada harus menyaksikan si mungil diam tak berujar apapun seperti sekarang.
"Aku nggak suka dibohongin." Dengan suara rendah yang sedikit bergetar, Kiki berujar.
"Maaf." Keanu menunjukkan wajah menyesal.
"Karena kalo seseorang udah bohongin aku, aku jadi susah percaya sama dia dan aku nggak suka itu." Kiki menunduk memainkan tali paper bag ditangannya.
"Maaf."
"Jadi nanti..." Kiki menarik nafas pelan di jeda kalimatnya. "...jangan pernah bohongin aku lagi." Lanjutnya membuat Keanu menatap lekat Kiki.
"Huhh??" Wajah bingung Keanu adalah hal pertama yang Kiki dapati saat memberanikan diri untuk membawa kembali pandangannya bertemu dengan netra kelam sang kapten basket.
"Jangan pernah bohongin Kiki lagi ya." Sedikit ragu, Kiki meraih ujung kemeja Keanu. "Untuk alasan apapun." Pinta Kiki
"Kiki nggak mau denger kamu bohong demi kebaikan Kiki atau apapun. Pokoknya jangan pernah bohong, karena Kiki nggak suka." Ucapan itu membekukan lidah Keanu.
Sang kapten basket yang biasa sigap, nampak tercenung kini. Sedikit lambat menangkap maksud ucapan sosok mungil dihadapannya.
"Kalo orang yang aku benci ngelakuin apa yang aku benci, aku nggak bakalan kesel. Tapi...kalo orang yang aku suka ngelakuin hal yang aku benci, aku jadi kesel. Jadi...jangan pernah sekalipun bohong lagi. Karena sekali kamu bohong, aku ngak akan mau kenal sama kamu lagi." Keanu merasakan cengkraman kuat Kiki di ujung kemeja miliknya.
Menatap jemari mungil itu sesaat. Keanu membawa matanya bertemu dengan manik teduh Kiki. Senyum dikembangkannya dibibirnya kini, setelah menalar semua dengan baik.
"Boleh peluk nggak." Keanu merentangkan tangannya.
"Ini dijalan tahu." Kiki menunduk menyembunyikan wajah merahnya.
"Cuma peluk Ki." Ucap Keanu yang membuat Kiki berjalan mendekatinya.
Keanu segera menangkap tubuh mungil itu, dan memeluknya erat. Membiarkan Kiki menyembunyikan raut wajah yang memerah didadanya.
"Berisik banget sih Nu, jantung kamu." Suara Kiki sedikit terhalang dada bidang Keanu.
"Memang selalu gitu kalo didekat kamu Ki." Balas Keanu seraya mempererat pelukannya.
Kiki tersenyum dalam pelukan Keanu, seraya menyamankan tubuhnya disana.
"Makasih ya Ki." Ucapan itu dibalas anggukan pelan Kiki.
"Aku nggak akan janji bakal selalu bahagiain kamu. Tapi aku janji aku akan selalu jujur sama kamu." Kiki sedikit menarik tubuhnya menjauh, untuk menatap Keanu yang sudah menunduk memandangnya.
"Janji." Kiki mengarahkan jari kelingkingnya pada Keanu.
"Janji." Keanu mengaitkan kelingkingnya pada jari si mungil.
"Kalo kamu ingkar janji, berarti kamu bukan laki-laki." Keanu tertawa pelan mendengar ucapan Kiki.
"Lucu banget sih pacar-nya Keanu." Keanu kembali memeluk erat tubuh mungil Kiki.
Kiki tertawa pelan dalam pelukan Keanu, seraya membalas pelukan sang kapten basket di tubuhnya.
♡1♡4♡3♡
Tatapan kesal Kiki, Keanu dapatkan saat sang kapten basket baru tiba didepan loker miliknya. Senyum yang sejak awal dipersiapkan Keanu-pun segera memudar. Saat melihat tatapan tajam sosok manis dihadapannya.
"Kamu bilang apa ke mama?" Tanya Kiki segera setelah sebelumnya menutup pintu rumah.
Kerut samar tergambar di kening Keanu, tanda jika sosok tinggi itu tak mengerti dengan maksud pertanyaan Kiki.
"Kamu kalo mau bercanda, jangan kelewatan dong. Candaan kamu ngak lucu tahu ngak." Kesal si mungil menambah kebingungan Keanu.
"Memangnya aku bercanda apa Ki? Aku nggak ngerti?" Mencoba mencari tahu sebab kekesalan Kiki, Keanu bertanya.
"Kemaren udah aku bilangin ya, aku nggak suka kalo kamu bohong. Jadi jangan mulai lagi deh." Mika yang baru tiba bersama Danita juga Vano nampak dibuat membeku karena kekesalan Kiki.
"Aku nggak bohong Ki, aku memang nggak ngerti." Balasan Keanu membuat Kiki menghela nafas berat seraya memejamkan mata beberapa saat.
"Kamu bilang ke mama, kalo kamu nanti mau nikah sama aku." Tepat saat netranya kembali membentur manik kelam Keanu, Kiki berujar.
Seketika Danita, Vano dan Mika yang mendengar itu membulatkan mata. Sementara Keanu hanya mengangguk pelan.
"Iya." Jawab Keanu santai.
"Ishhh....Keanu...bercanda kamu nggak banget tahu nggak." Kiki memukul keras bahu Keanu, membuat sang kapten basket sempat meringis pelan sebelum berujar.
"Aku nggak bercanda Ki, aku memang serius mau nikah sama kamu. Memang nggak sekarang, tapi nanti pasti aku bakal nikahin kamu." Dengan jemari yang mengusap bahunya, Keanu berujar pasti.
Haikal yang menjadi penonton baru, nampak terkejut mendengar itu. Sama seperti penonton yang lain, tubuhnya membeku mendengar kalimat yang diucapkan Keanu.
"Kita masih SMU Keanuuuuu~" Kiki nampak frustasi.
"Ya terus? Memangnya aku ngajak nikah kamu sekarang? Kan aku bilang ke mama aku mau nikahin kamu nanti." Masih tanpa beban, Keanu berujar.
"Nggak tahu ah, Keanu nyebelin. Nyesel aku maafin kamu. Aku marah sama kamu, jangan ngomong sama aku lagi." Kiki beranjak dengan langkah yang disentak meninggalkan Keanu juga para penonton yang membeku melihat drama pagi mereka.
"Ehhh...Ki....jangan dong, jangan marah lagi sama aku." Keanu ikut berlalu dari sana.
"Kayaknya si Keanu mulai gila." Danita adalah penonton pertama yang berkomentar.
Mika menoleh pada sahabatnya, lalu mengangguk.
"Iya...setuju, udah gila emang dia." Sambut Mika
"Yang buat gila kan temen kalian." Mika dan Danita kompak menatap Vano kini.
"Temen kecil kamu tuh, bawa virus." Sambut Mika sebelum berlalu.
"Aku aduin ke Kiki kamu, biar di amuk." Balas Vano.
"Tukang ngadu." Sungut Mika tanpa menoleh pada Vano.
Vano tersenyum, lalu meraih jemari Danita untuk membawa sang kekasih berlalu dari sana. Selepas kepergian mereka, Haikal membeku sendiri ditempat itu dengan senyum yang merekah getir.
"Aaah....dari awal memang kamu bukan lawan aku Nu. Pengecut kayak aku nggak bakal bisa bertarung sama kamu buat ngerebut hati Kiki." Helaan nafas berat terdengar dari Haikal, sebelum kemudian dia-pun membawa langkah beranjak dari sana.
♡END♡
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro