Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I.L.Y | 30

Kiki tertengun saat sebuah boneka kucing berwarna pink soft sudah berada dalam lokernya. Melihat ke kiri dan ke kanan untuk sesaat, dengan ragu Kiki meraih boneka itu. Senyum simpul Kiki kembangkan seraya mencubit gemas boneka yang ada ditangannya. Fokusnya pada benda mungil itu membuat Kiki tak mendengar langkah kaki yang perlahan mendekatinya.

"Suka nggak?" Sebuah suara yang cukup familiar tertangkap indra Kiki.

Tubuh Kiki menegang seketika karena suara tersebut. Terlebih sumber suara tepat berada disisinya.

"Ki..." Panggilan itu membuat Kiki menoleh dengan hati-hati pada sumber suara. Menarik wajahnya menjauh, Kiki cepat melangkah mundur saat melihat sosok Keanu berada tepat dibelakangnya.

"Punya kamu?" Tanya Kiki seraya mengarahkan benda imut ditangannya.

Keanu menjawab dengan gelengan seraya tersenyum.

"Punya kamu." Balasan itu membuat kening Kiki berkerut. "Karena aku beliin itu memang buat kamu. Jadi sekarang itu punya kamu." Jelas sang kapten basket segera, karena tak mau sang pujaan hati tenggelam dalam kebingungan.

"Aku nggak mau." Kiki menyerahkan boneka beruang itu pada Keanu.

"Kalo gitu buang aja, tuh...tong sampah deket." Tak memudarkan senyumnya, Keanu membalas.

Jemari sang kapten basket sengaja dimasukkan ke kantong celana. Enggan mengambil kembali benda yang ditolak oleh Kiki.

"Ihhh...kok gitu." Kiki memperlihatkan wajah kesalnya.

"Ya kan kamunya nggak mau, jadi buang aja. Aku udah kasih itu ke kamu, dan itu hak kamu mau kamu buang atau mau kamu simpan." Sambut Keanu.

Kiki memandang sesaat Keanu, sebelum kemudian menatap boneka ditangannya. Benda imut ditangannya itu nampak diusap pelan oleh Kiki. Bibirnya mencebik, seolah tak rela jika harus membuang benda tersebut. Namun untuk menyimpannya, ego Kiki masih menahan hal tersebut. Mengingat dia belum benar-benar bisa memaafkan sosok pemberi.

"Ki..." Sebuah suara lain mengintrupsi kegiatan termenung Kiki dan juga sesi menatap lekat Kiki oleh Keanu.

Kiki menoleh dan tersenyum tipis saat melihat Haikal yang berjalan mendekat.

"Kal..." Kiki mengambil langkah mendekati Haikal dan menyerahkan boneka ditangannya. "Buat kamu, disimpan ya." Selesai mengucapkan itu, Kiki beranjak dengan berlari kecil melewati tubuh Keanu begitu saja.

Dua pasang mata menatap kepergian si mungil, sebelum kemudian saling menatap.

"Hadiah dari kamu?" Tebak Haikal sesaat setelah netra kembar mereka saling bertemu.

Keanu membalas dengan tersenyum tipis, membuay Haikal menemukan jawaban yang bahkan tak diucapkan. Menarik nafas berat, Haikal menuju loker Kiki dan menyimpan boneka tersebut kedalamnya.

"Kiki-kan udah ngasih ke kamu, kok dibalikin lagi." Pertanyaan Keanu membuat Haikal kembali menatapnya.

"Jangan fokus dengan kata 'buat kamu' tapi fokus aja dengan kata 'disimpan ya'." Balas Haikal sebelum kemudian hendak beranjak.

"Kamu udah nyerah?" Langkah Haikal terhenti mendengar pertanyaan itu.

"Mungkin..." Jawab Haikal tanpa menoleh. "Tapi kalo ada kesempatan, mungkin aku bakal berjuang lagi. Aku bakal narik Kiki ke sisi aku, kalau kesempatan itu muncul." Sesaat setelah mengatakan itu, jantung Haikal berdetak tak teratur. Sosok Mika yang sudah ada dibelakang Keanu adalah penyebabnya.

Si manis menatap biasa pada Haikal, namun entah mengapa dia tiba-tiba merasa gusar hanya karena tatapan itu. Keanu yang bingung dengan arah pandangan Haikal segera menoleh kebelakang. Lalu tersenyum tipis saat melihat sosok Mika.

"Mi..." Sapaan hangat Keanu, membuat Mika membuang pandangan dari Haikal.

"Pagi." Tersenyum lebar, Mika menyapa Keanu tak kalah hangat.

Keduanya saling berbalas senyum, membuat Haikal yang tak lagi diperdulikan merasa tak nyaman. Ada sesak yang tiba-tiba bersarang didada pria berkaca mata itu. Memaksa Haikal menarik kakinya beranjak dari sana. Tanpa lagi menoleh dan mendapati Mika memandang lirih punggungnya yang menjauh.

♡1♡4♡3♡

Musik yang lebih dari 30 menit mendominasi ruangan cheer sudah berhenti bernyanyi kini. Dan para gadis yang semula menari penuh semangat dengan iringan musik, terlihat berpencar diseluruh ruangan untuk beristirahat. Danita sang pemimpin juga nampak mendudukkan dirinya di dekat cermin. Sembari melihat hasil rekaman gerakan mereka di ponsel, Danita menyeka peluh yang membanjiri wajah cantiknya.

"Kak." Satu panggilan berhasil membuat Danita mengadah pada sang pemilik suara. "Minum dulu."

Danita tersenyum pada sosok Hana, orang yang memanggil dan juga sedang mengarahkan sebotol isotonik padanya.

"Makasih ya Hana." Meraih botol yang diarahkan Hana, Danita berujar.

Hana hanya tersenyum, seraya duduk disisi Danita yang kembali serius menatap video rekaman diponselnya.

"Kak." Panggil Hana lagi yang hanya dibalas gumaman pelan Danita. "Boleh nanya sesuatu nggak?"

Danita segera menoleh pada Hana dan memandang serius sosok itu.

"Mau nanya apa?" Danita balas bertanya.

"Uhmmm..." Sesaat Hana nampak ragu. "Kakak...beneran pacaran ya sama kak Vano."  Tukasnya kemudian.

Beberapa saat Danita terdiam, sebelum kemudian menarik senyum simpul.

"Memangnya kelihatan bercanda ya?" Sambut si cantik kemudian.

"Nggak kak...cuma kayak aneh gitu." Hana tersenyum kaku.

"Aneh gimana?" Kening Danita dihiasi kerut samar.

"Yaaa....aneh aja. Kan...kakak pernah kelihatan kayak nggak tertarik sama kak Vano. Pernah bertengkar juga kan." Hana masih setia dengan bentuk kurva yang sama diwajahnya.

Tawa kecil Danita terurai karena balasan sosok disisinya.

"Jadi kalo orang yang pernah bertengkar nggak boleh saling tertarik gitu?" Balas Danita kemudian, masih dengan derai tawa yang terurai.

"Boleh sih." Hana mengigit pelan bibir bawahnya.

"Kalo boleh, terus kenapa kamu nanya gitu?" Ucapan Danita hanya dibalas tawa canggung Hana.

"Habisnya penasaran kak." Danita menggeleng pelan karena jawaban yang diurai Hana setelahnya.

"Kak." Hana kembali memanggil sosok cantik disiainya.

"Apa?"

"Jadiannya gimana sih? Kak Vano...nyatain cintanya ke kakak itu gimana?" Hana menunjukkan wajah antusias kini, sementara yang ditanya membisu seraya berpikir.

"Ya gitu..." Jawab Danita sekenanya, karena tak begitu ingat jika sosok Vano pernah menyatakan cinta padanya.

"Gitu gimana kak?" Hana masih nampak penasaran.

"Ya kayak orang pacaran biasa." Seulas senyum Danita kembangkan untuk menutupi pikiran kacau yang tiba-tiba melintas di kepalanya.

"Uhmmmm..." Hana tak puas dengan balasan itu, namun masih terlihat mengangguk seolah paham. "Romantis nggak kak?"

Danita mengurai tawa kecil, lalu mencubit hidung bangir Hana.

"Mau tahu aja sih kamu, kayak wartawan." Danita bangkit setelahnya, lalu beranjak meninggalkan Hana dan rasa ingin tahu gadis itu.

"Kaaaaaaak..." Suara protes itu adalah hal terakhir yang Danita dengar saat sudah menutup pintu ruangan cheer.

Menatap studio musik tempat biasa Vano berada, Danita mematung sejenak. Memikirkan kembali hubungannya dengan sang ketua OSIS, si cantik menarik nafas berat kemudian. Kenangan pernyataan cinta yang tak dia temukan dalam ingatannya adalah alasan dada Danita tiba-tiba terasa sesak.

♡1♡4♡3♡

"Kamu kenapa ngajak aku pacaran sih?" Pertanyaan Danita itu membuat Vano yang semula fokus dengan beberapa proposal ditangannya segera menoleh pada sang kekasih.

"Kenapa kok tiba-tiba nanya gitu?" Vano balas bertanya membuat Danita memasang wajah kesal.

"Pertanyaan aku di jawab Vano, bukan balik nanya." Tukas Danita kemudian.

"Pertanyaan kamu aneh, ya wajar dong aku nanya balik." Sambut Vano.

"Aneh apanya?"

"Ya aneh aja." Vano kembali sibuk dengan kegiatan awalnya.

Danita berdecak sebal, lalu mendorong menjauh tumpukan kertas dihadapan Vano.

"Dan..."

"Jawab aku No." Danita menatap tajam Vano saat sang ketua OSIS akan menyuarakan protes.

Vano terdiam sesaat, sebelum kemudian mengarahkan tubuhnya penuh menghadap Danita.

"Kamu mau jawaban yang gimana?" Dengan wajah serius Vano bertanya.

"Jawab aja...kenapa kamu ngajak aku pacaran. Jawab sesuai dengan perasaan kamu." Tukas Danita.

"Bukannya pertama pacaran aku udah jelasin ya, kok sekarang nanya lagi." Kening Vano berkerut samar.

"Itu nggak jelas bagi aku, jadi jelasin sekarang." Balas Danita lengkap dengan nada memaksa.

"Kamu kenapa sih? Ada masalah apa?" Merasa sosoj dihadapannya sedikit aneh, Vano berujar tenang seraya meraih jemari Danita.

"Jawab aja Vanoooo...nggak usah balas nanya bisa nggak." Suara Danita sedikit bergetar karena perlakuan lembut Vano.

"Bilang dulu sama aku kamu kenapa, baru aku jawab pertanyaan kamu." Danita berdecak pelan karena itu, dan menarik tangannya kasar dari Vano.

Segera Danita bangkit dari duduknya, dan beranjak. Namun baru beberapa langkah gerakan kakinya segera ditahan oleh Vano.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Vano setelah lebih dulu mengarahkan tubuh Danita menghadapnya.

Danita tak menjawab pertanyaan itu. Si cantik memilih diam dengan pandangan yanh tertunduk.

"Dan..."

"Aku perlu jawaban kamu No, bukan pertanyaan kamu. Tapi kalo kamu nggak mau jawab biarin aku pergi." Balas Danita tanpa menatap Vano.

Suasana seketika senyap, karena Vano tak juga memberi jawaban yang diharap Danita. Membuat si cantik segera menatap Vano, yang hanya memandang lurus padanya.

"Nggak punya jawabannya ya." Danita mengukir senyum tipis, dan beranjak setelah menarik pelan tangannya dari Vano.

Sang ketua OSIS tak lagi mencoba menghentikan sosok cantik yang berlalu meninggalkannya. Dia hanya menatap lurus punggung Danita yang menjauh. Dan menghembuskan nafas pelan setelah sosok indah itu tak lagi tertangkap matanya

♡1♡4♡3♡

Danita tengah menikmati musik yang mengalun melalui speker sekolah. Saat itu club siaran sedang menyajikan acara musik untuk mengisi waktu istirahat. Dengan pandangan yang menerawang lurus, Danita terus termenung. Hingga beberapa detik kemudian si cantik mengakhiri sesi termenungnya dengan menghela nafas berat.

"Nu..." Danita memanggil sosok Keanu yang sibuk bermain game di ponselnya.

"Uhmmm..." Tanpa memandang Danita, Keanu menjawab.

"Boleh nanya ngak?" Menghadapkan tubuhnya pada Keanu, Danita berujar.

"Boleh." Keanu masih belum mengalihkan atensinya dari layar ponsel.

Danita diam sesaat, nampak ragu untuk bertanya pada sang kapten basket. Mendapati kediaman sang sahabat cantik, Keanu-pun menghentikan kegiatannya bermain game. Pria berkulit tan itu terlihat sudah menatap Danita yang nampak tertunduk seraya memainkan jemari lentiknya.

"Mau nanya apa?" Pertanyaan Keanu membuat Danita mengarahkan pandangan padanya.

Danita masih terlihat ragu, sebelum kemudian berujar setelah menarik nafas dalam.

"Kalo seandainya suatu saat Kiki nanya ke kamu, kenapa kamu ngajak dia pacaran. Kamu bakal jawab gimana?" Danita menatap dalam netra kelam Keanu.

"Karena aku sayang sama Kiki." Tanpa banyak berpikir, Keanu membalas.

"Kamu bakal langsung jawab kayak gini?" Memastikan balasan itu, Danita kembali bertanya.

"Iya." Keanu mengangguk pelan.

"Bakalan jawab secepat ini? Nggak pake banyak mikir?" Keanu tersenyum simpul karena dua kalimat tanya sosok cantik didepannya.

"Kenapa aku harus mikir? Jawabannya kan udah pasti." Balas sang kapten basket membuat Danita kembali menghela nafas berat.

"Kenapa?" Senyum Keanu memudar, berganti raut khawatir mendengar helaan nafas berat Danita.

"Dia...bener-bener suka aku nggak sih Nu?" Dengan raut wajah sedih, Danita kembali melayangkan pertanyaan.

"Siapa? Vano?" Danita mengangguk lemah membalas pertanyaan dari Keanu. "Kok tiba-tiba nanyain itu?" Dengan raut bingung, Keanu kembali bertanya.

"Abisnya...waktu aku nanyain alasan dia pacaran sama aku, dia-nya nggak jawab. Aku-nya kan jadi ragu sama perasaan dia ke aku." Danita kembali menunduk seraya memainkan jemarinya.

Keanu termenung mendengar itu, kemudian nampak meraih jemari Danita untuk mengenggamnya.

"Memangnya bilang sayang atau suka sesulit itu ya Nu?" Dengan pandangan yang semakin sedih, Danita membawa tatapannya lagi bertemu dengan Keanu.

"Bagi beberapa orang itu nggak sulit, tapi...mungkin bagi beberapa orang itu sulit Dan." Menarik senyum tipis, Keanu membalas.

"Kenapa bisa sulit sih, tinggal bilang suka atau sayang aja." Suara Danita mulai terdengar bergetar.

Keanu tak segera menjawab, sang kapten basket memilih diam seraya memandang lekat sosok cantik dihadapannya.

"Kamu sendiri...pernah bilang sayang atau suka nggak sama dia?" Kalimat tanya Keanu membuat Danita terkejut.

"Kenapa harus?"

"Ya harus dong, kayak kamu...pasti ada waktu dimana Vano juga pengen tahu perasaan kamu ke dia." 

"Tapi aku kan cewek Nu, masa' cewek harus bilang sayang duluan." Danita nampak keberatan.

"Memangnya ada peraturan ya, kalo semua hal harus dimulai dari cowok?" Danita mengigit bibir bawahnya karena balasan Keanu.

"Nggak sih, tapi kan..."

"Kalo sayang nggak ada alasan Dan. Kalo mau bilang perasaan kamu, ya bilang aja. Nggak usah ditahan, nggak usah dipendam. Bilang sebanyak yang kamu mau, tapi kalo kamu memang merasa berat bilangnya kamu juga berhak diam. Tapi..." Keanu diam sesaat untuk menarik nafas dalam.

"...Kamu nggak berhak nuntut pasangan kamu ungkapin perasaannya, kalo kamu sendiri nggak mau ungkapin perasaan kamu. Karena kamunya sendiri juga susah buat nyatain perasaan kamu ke pasangan kamu." Lanjut Keanu kemudian

"Masalah suka atau sayang, orang punya masing-masing cara buat nunjukinnya. Ada yang selalu ungkapin perasaannya, ada yang nunjukin dengan sikapnya. Kita nggak bisa maksa orang lain buat nunjukin rasa cintanya kayak yang kita mau. Karena setiap kepribadian punya cara sendiri buat mengekspresikan perasaannya ke orang lain. Yang paling penting dari sebuah hubungan dua orang yang saling sayang itu keyakinan. Kamunya yakin dia sayang sama kamu, dan dianya yakin kamu sayang sama dia. Itu udah lebih dari cukup Dan, dan kamu nggak harus banyak nuntut kalo hati kamu udah cukup yakin dengan perasaan suka dia. Tapi kalo dihatinya kamu ada ragu, kamu harus tanyain lagi ke diri kamu. Kamu bener-bener sayang sama dia nggak? Karena...yang namanya bener-bener sayang, kamu nggak akan pernah ngeraguin pasangan kamu apapun alasannya. Kamu bakal yakin sama dia, walaupun kamu nggak pernah dengar pernyataan cinta dari pasangan kamu" Keanu berujar panjang pada Danita.

Danita kembali menunduk dalam, tak memiliki satu kata-pun untuk membalas ucapan Keanu padanya.

"Sebelum kamu minta kepastian dari dia, coba pastiin dulu perasaan kamu ke dia. Kamu udah bener-bener sayang ngak sama Vano. Kalo jawabannya iya, kamu nggak harus nanyain hal itu lagi sama Vano. Atau nuntut Vano buat ungkapin perasaannya ke kamu. Karena aku yakin, Vano bukan tipe orang yang bakal main-main sama sebuah hubungan yang dia mulai. Gimana dia serius di OSIS, gitu juga dia serius sama hubungan kalian. Jadi kamu nggak harus ragu sama dia, kamu cuma harus yakinin perasaan kamu ke dia." Keanu mengusap sayang puncak kepala Danita.

Ada tenang yang hadir dihati Danita mendengar kalimat bijak Keanu. Walau perasaan tenang itu tak sepenuhnya mengusir sesak yang diciptakan oleh pikiran negatif-nya sendiri.

"Aku..." Kalimat Danita terpenggal, karena suara dari speker sekolah.

Segera mata indahnya menatap benda yang terpasang di sudut ruangan, begitupun dengan Keanu. Nama Vano yang disebut Mika salam siarannya yang tiba-tiba mengalihkan pandangan keduanya yang semula saling terkunci.

"Jadi tamu kita ini, bakalan live bawain lagu ciptaannya sendiri. Dan lagu ciptaan ini dipersembahkan buat orang special katanya. Kalo warga sekolah boleh tahu, Siapa sih pak orang specialnya?" Kalimat lugas Mika dari pengeras suara, membuat Danita dan Keanu berpandangan sesaat.

Hening membalas pertanyaan Mika, yang dibalas tawa ringan sang penyiar.

"Yaudahlah ya...bukan rahasia umum lagi kan, kalo orang special bapak ketua OSIS kita itu ketua team cheer yang bernama Danita." Mika masih setia mengurai tawanya.

"Teruntuk Danita cantik, ini persembahan langsung dari kekasih tercinta. Dan buat yang masih sendiri seperti saya, ayo nikmatin saja keromantisan bapak ketua OSIS. Jangan sampe iri atau kejang ya." Keanu tersenyum lebar karena candaan Mika sementara Danita sudah menunduk dengan wajah memerah.

"Kepada bapak ketua OSIS, mike dan waktu saya berikan buat bapak." Kembali tak ada sahutan. Hanya bunyi petik gitar beberapa saat setelahnya membalas kalimat dari Mika.

Nada manis-pun mulai terdengar nyaris disetiap sudut sekolah, sebelum kemudian suara merdu Vano mulai mengimbangi permainan gitarnya.

"Masih ragu sama perasaanya Vano?" Danita yang semula menikmati suara Vano dalam diam menatap sosok Keanu didekatnya.

"Kalo aku jadi kamu, aku nggak punya alasan buat ragu lagi." Senyum merekah dibibir Keanu, begitupun dengan Danita.

"Nggak..." Danita menggeleng pelan. "Aku udah bener-bener yakin sekarang." Balas Danita dengan senyum yang kian mengembang.

Keanu kembali membawa jemarijya mengusap puncak kepala Danita, melihat ekspresi wajah si cantik.

"Romantis banget sih pacarnya kamu. Buat iri aja." Ujar Keanu yang membuat Danita tertawa pelan.

"Mau minta diajarin buat lagu sama Vano boleh ngak sih. Buat aku hadiahin sama Kiki."  Tawa Danita semakin berderai karena itu, membuat Keanu melakukan hal yang sama.

:::TBC:::

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro