Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I.L.Y | 29

Tubuh Mika sukses mendarat bebas diatas tanah, saat tanpa sengaja kakinya menginjak tali sepatu yang terurai begitu saja. Bunyi benturan keras tubuh mungilnya segera membuat sosok Haikal berhenti melangkah. Cepat dia berlari kearah Mika yang sudah terduduk diatas tanah seraya mengusap lututnya yang sakit.

"Mi...kamu kenapa? Kok bisa jatuh?" Tepat setelah berjongkok dihadapan Mika, Haikal bertanya dengan raut khawatir.

"Keinjek tali sepatu sendiri." Mika tersenyum lebar diakhir kalimatnya.

"Kok bisa? Sepatunya nggak diiket bener-bener ya." Balas Haikal dengan kening berkerut.

"Tadi pas pergi udah diiket, tapi ngak tahu deh kenapa lepas lagi." Mika masih mengurai senyum cerah, membuat Haikal menggeleng pelan.

"Bisa bangun? Bisa jalan nggak?" Masih ada gurat khawatir diwajah Haikal.

"Bisa." Mika bangun dibantu Haikal.

"Lututnya berdarah, obatin dulu ya." Tukas Haikal saat mendapati luka kecil dilutut Mika.

Mika menatap luka tersebut, lalu menggeleng.

"Nggak usah...nggak apa-apa. Nanti juga sembuh sendiri." Ujarnya ringan.

"Iya kalo sembuh, kalo infeksi?" Sambut Haikal. "Nggak pake protes, kita ke UKS buat obatin lututnya." Pria jangkung berkacamata itu sudah bersiap menarik Mika, namun gadis disisinya itu justru tetap diam ditempatnya.

"Aku ke UKS nya sendiri aja." Menepia pelan tangan Haikal, Mika segera beranjak tanpa menunggu balasan Haikal.

Kembali si gadis manis membuat Haikal menatap punggung nya menjauh. Dengan perasaan yang berubah kacau karena sikap si gadis periang itu.

♡1♡4♡3♡

Keanu memainkan air mineral ditangannya, sambil menunggu seseorang. Dengan mata yang memandang aktivitas beberapa mahasiswa yang mengisi waktu luang bermain basket, Keanu nampak tenang dengan kegiatan menunggunya.

"Nu." Sebuah panggilan lembut, membuat Keanu mengalihkan pandangannya.

Keanu nampak bangkit, dan tersenyum pada sosok cantik yang kini ada disisinya.

"Lama ya nunggunya?" Ucap sosok tersebut yang tak lain adalah mama-nya Keanu.

"Lumayan lama sih tante, tapi ngak apa-apa. Karena sambil lihatin orang main basket juga." Balas Keanu dengan senyum yang tak memudar dari wajahnya.

Mama Kiki sempat melayangkan pandangan ke lapangan baset yang memang ada di halaman kampus tempatnya bekerja, sebelum kembali menatap Keanu.

"Suka banget ya sama basket." Mama Kiki duduk di kursi yang tersedia.

"Iya suka." Jawab Keanu seraya mengangguk. "Tapi sukanya ngak lebih banyak dari rasa suka sama Kiki." Lanjut pria tan itu kemudian.

"Masa'?" Balas mama Kiki seraya menatap lekat Keanu.

Keanu mengangguk, seraya tersenyum lebar.

"Kalo ada pilihan antara ninggalin basket atau Kiki, aku lebih milih ninggalin basket." Ujar Keanu, membuat sosok cantik disisinya mengangguk ringan.

"Terus...kalo sesuka itu sama Kiki, kenapa lebih milih ninggalin Kiki terus datengin Danita?" Senyun Keanu segera memudar karena pertantaan mama Kiki.

"Itu karena Keanu pikir, Danita lebih butuh Keanu daripada Kiki. Tapi ternyata, itu jebakan pikiran Keanu aja. Atau mungkin, karena waktu itu Kiki udah tahu kebohongan yang Keanu tutupin, jadi Keanu jadiin Danita sebagai alasan buat menghindar." Keanu mengaitkan jemarinya, dan menunduk dengan ekspresi muram.

Mama Kiki tak membalas, sosok cantik itu hanya diam memperhatikan sisi wajah Keanu. Membiarkan sang kapten basket memainkan kesimpulan didalam kepalanya sendiri.

"Keanu ngaku salah tante." Keanu memberanikan diri menatap mama Kiki  "sejak mulai hubungan sama Kiki, Keanu mulai-nya dengan bohong ke dia. Tapi perasaan Keanu nggak bohong tante. Keanu beneran serius sama Kiki." Menghadapkan penuh tubuhnya pada mama Kiki, Keanu coba meyakinkan sosok tersebut.

"Dan..." Keanu nampak menelan salivanya dengan wajah yang terlihat gusar. "...Keanu mau minta izin sama tante, buat bawa hubungan Keanu sama Kiki lebih serius lagi." Tatapan bingung mama Kiki adalah balasan ucapan penuh arti Keanu.

♡1♡4♡3♡

Mika meringis pelan, karena luka dilututnya tak sengaka terbentur kaki meja. Segera saja bunyi benturan itu menarik atensi Haikal, yang semula tenggelam dalam bacaannya. Tak memperhatikan sang ketua kelas, Mika meniup luka dilututnya yang terbuka. Membuat Haikal yang mendapati luka itu mengerutkan keningnya, sebelum kemudian menghampiri Mika yang sudah sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Kenapa lukanya dibiarin terbuka?" Sepasang netra Mika segera mengarah pada Haikal mendengar pertanyaan dari sang ketua kelas.

"Tadi plester sama kasa abis, jadinya ngak ditutup." Jelas Mika sebelum sesaat menatap luka dilututnya. "Tapi udah dikasih iodine kok, udah dioles antiseptik juga sama bu guru." Lanjutnya saat mendapat ekspresi tak puas dari Haikal.

"Tetap aja bisa infeksi kalo ngak ditutup. Itu luka ditempat debu sama kuman gampang nempel." Balasan Haikal hanya dibalas senyum tipis Mika.

"Ya mau gimana, kan ngak ada..." Belum Mika melanjutkan kata-katanya, Haikal sudah berlalu ke kursinya begitu saja.

Mika menatap punggung Haikal kini. Sang ketua kelas nampak kembali duduk di kursinya membuat Mika mengendikkan bahu pelan. Baru saja Mika kembali fokus dengan benda mungil ditangannya, perhatiannya kembali dicuri oleh sosok jangkung berkaca-mata yang berjongkok didekatnya. Keningnya berkerut, saat Haikal membuka sebuah plester dan menempelkannya di lutut Mika.

"Lain kali hati-hati kalo jalan. Ikat tali sepatu yang bener, biar nggak jatoh." Setelah selesai dengan kegiatannya yang membuat Mika bingung, Haikal berujar seraya menatap lekat netra Mika.

Mika tak membalas, karena apa yang dilakukan Haikal benar-benar tak pernah dipikirkannya. Terlebih saat sang ketua kelas mengusap pelan puncak kepala Mika sebelum kembali duduk dikursinya.

"Ehhh??" Memegang kepalanya yang diusap Haikal, Mika menatap lurus sang ketua kelas yang sudah memunggunginya.

Sosok berkaca-mata itu sudah kembali tenggelam dalam bacaannya. Membiarkan Mika terus menatap punggung lebarnya dengan perasaan yang berubah kacau karena sikap manis yang Haikal tunjukan.

♡1♡4♡3♡

Pipi chubby Kiki sibuk mengunyah semua sajian serba strawbery yang di bawa oleh Vano. Sang ketua OSIS sengaja datang kerumahnya, membawa banyak sajian manis favorit simungil. Vano tidak datang sendiri, dia datang ke rumah Kiki bersama sang kekasih. Kehadirannya dikediaman sederhana itu atas paksaan Danita. Yang menyeretnya dari rapat rutin dengan beberapa ketua ekskul sekolah. Vano sempat kesal, namun wajah memelas Danita melunturkan rasa kesalnya. Dan dia berakhir diam disisi si mungil, setelah terlebih dulu meminta maaf karena harus membubarkan rapat dengan alasan pribadi.

Terhitung sudah lebih dari setengah jam Kiki menikmati sajian yang dibawa Vano tanpa bersuara. Sosok yang duduk diantara Vano dan Danita itu terus mengunyah dengan pandangan yang mengarah lurus. Layar televisi yang menampilkan sebuah drama remaja menjadi fokusnya. Mengabaikan kehadiran Vano dan Danita yang terlihat saling pandang dan bertukar kode dengan isyarat mata.

"Bicara aja." Bosan dengan Danita yang hanya diam memandang sisi wajah Kiki, Vano berujar tanpa suara.

Hanya bibirnya yang bergerak mengucapkan kata sederhana tersebut. Dan disambut gelengan frustasi Danita.

"Jadi mau terus diam." Masih berujar tanpa suara, Danita kembali menggeleng membalas ucapan tersebut.

"Ya udah...ngomong." Vano melanjutkan aksi bicara tanpa suara.

"Bantuin." Danita melakukan hal yang sama dengan sang kekasih.

Vano menghela nafas berat, sebelum akhirnya buka suara.

"Ki..." Panggilan itu membuat Kiki mengarahkan pandangannya pada Vano. "Pinjem kamar mandinya ya, sakit perut." Tak menunggu balasan, Vano beranjak meninggalkan dua gadis yang mengantar kepergiannya dengan pandangan berbeda.

Kiki dengan wajah bingung, sementara Danita dengan tatapan kesal. Kalau saja dia tak ingat sedang berkonflik dengan Kiki, mungkin cushion yang dipeluknya sejak tadi sudah melayang kearah Vano yang berlalu tanpa menatapnya lagi.

"Kenapa pada bolos ekskul?" Suara si mungil membuat pandangan Danita teralihkan.

Segera dia menatap Kiki, yang bertanya dengan pandangan mengarah ke televisi.

"Kamu sendiri, kenapa bolos sekolah? Udah 4 hari lho." Bukan menjawab, Danita justru balas bertanya.

"Aku nggak bolos. Mama udah permisi ke sekolah kok. Karena aku-nya kan sakit." Kiki masih enggan menoleh pada Danita, Kiki membalas.

"Sakit?? Sakit apa? Kelihatan sehat gini." Ucapan Danita membuat Kiki mengarahkan pandangan padanya. "Sakit hati?" Lanjut si cantik lagi, saat netra bening mereka bertubrukan.

"Itu tahu." Balasan singkat Kiki, membuat Danita menahan nafas beberapa hitungan.

Danita kehilangan kata-kata. Sejenak dia hanya menatap Kiki, sebelum kemudian berujar.

"Maaf." Dengan suara rendah dan tatapan menunduk Danita berujar.

"Kamu minta maaf untuk apa?" Danita kembali mengarahkan pandangannya pada Kiki. "Untuk kesalahan kamu bantuin dia bohongin aku, atau karena kamu monopoli dia." Lanjut si mungil dengan muka datar.

"Buat dua-dua nya." Sambut Danita cepat. "Maaf." Suara Danita sedikit serak, karena si cantik sedang menahan sesak yang menguasai dadanya.

"Harusnya aku inget kalo Keanu itu punya kamu. Harusnya aku tahu kalo aku nggak berhak berharap Keanu selalu ada buat aku. Aku terlalu egois dan nggak mau kehilangan perhatian Keanu yang semula penuh buat aku. Jadinya...aku nyakitin kamu." Danita menunduk menatap jemari lentiknya yang saling bertaut.

"Dan buat kebohongan itu, aku juga minta maaf. Aku terlalu mentingin perasaan Keanu yang bener-bener suka sama kamu. Sampe aku lupa kalo kamu juga temen aku. Dan nggak sadar kalo kebohongan itu bisa nyakitin kamu. Maaf...aku sama bodohnya sana Keanu. Maaf...buat kamu sakit hati sama kebohongan yang aku, Keanu sama Mika buat." Kiki bisa mendengar nada penyesalan Danita yang begitu besar. Membuat Kiki yang semula ingin melanjutkan aksi marahnya, tak bisa melakukannya lagi.

Kiki luluh dengan mudahnya. Melihat Danita yang tertunduk seraya terus memainkan jemari lentiknya.

"Aku atau dia?" Danita memandang bingung Kiki karena pertanyaan itu.

"Huhh??" Danita mengerjap lucu, karena gagal paham dengan maksud Kiki.

"Aku atau Keanu?" Kiki memelankan suaranya saat menyebut nama Keanu. Karena si mungil masih kesal dengan sosok itu. "Yang lebih penting buat kamu." Lanjut Kiki menjelaskan maksudnya.

"Ya kamu lah.." Jawab Danita tanpa rasa ragu.

"Beneran?" Danita mengangguk cepat, membuat Kiki segera memeluk sosok sang sahabat.

"Aku maafin." Mengusap punggung Danita, Kiki berujar. "Tapi jangan diulangin lagi ya." Pinta si mungil membuat Danita kembali mengangguk cepat dalam pelukan Kiki.

"Nggak...nggak bakalan buat Kiki sakit hati lagi." Danita balas memeluk Kiki.

Kiki tersenyum, begitupun Danita. Ada lega dihati keduanya kini. Membuat Vano yang membisu memperhatikan mereka, ikut mengukir kurva yang sama di wajah tampannya.

♡1♡4♡3

Mika melompat keatas ranjang Kiki. Setelah menganti pakaian dengan piayama Kiki yang kependekan untuknya. Si manis nampak menempel plester baru dilututnya. Benda dengan gambar strawbery kini menganti plester cokelat pemberian Haikal. Sementara plester dari pujaan hatinya sudah Mika simpan didalam buku agendanya sebelum si manis membersihkan diri dikamar mandi.

Pulang dari sekolah setelah menyelesaikan ekskulnya, Mika segera datang ke rumah Kiki. Mereka sudah berbaikan. Berbeda dengan Danita yang harus melalui sesi diam-diaman, Mika justru segera berujar panjang lebar saat meminta maaf. Bahkan si manis menyelipkan beberapa kalimat pedas yang nyaris membuat Kiki semakin marah, kalau saja Mika tak berujar bijak kemudian. Pada akhirnya Mika bisa sedikit membuka pikiran Kiki tentang masalah yang dialaminya. Walau tak yakin apa yang diucapkannya itu bisa membantu Keanu mendapatkan maaf dari Kiki.

"Kependekan ya?" Kiki yang baru masuk kedalam kamar, berujar seraya tertawa kecil melihat celana piyama miliknya tak sepenuhnya menutupi kaki panjang Mika.

"Iya...tapi ngak apa-apa, nyaman juga kok pake gini." Balas mika dengan senyum ceria.

Kiki mengangguk, bersama langkah yang mendekati Mika. Menyerahkan susu cokelat yang diminta sang sahabat, Kiki ikut naik keatas ranjang disaat Mika menikmati minuman yang dibawanya dari dapur.

"Makasih Ki." Mika menyerahkan gelas yang isinya tinggal setengah pada Kiki, kemudian membawa tubuhnya berbaring. "Nyaman nyaaaaa...." Ucapnya kemudian seraya merenggangkan badan.

Kiki menatap Mika setelah menyimpan gelas di atas nakas. Lalu ikut berbaring setelah sebelumnya menarik selimut. Keduanya terdiam kini, seraya menatap langit-langit kamar.

"Mi..." Pangilan Kiki hanya dibalas gumam pelan Mika. "Pernah jatuh cinta?" Sosok manis disisi Kiki segera menoleh padanya karena pertanyaan itu.

"Ya pernah lah, aku kan udah pernah pacaran." Kiki mengarahkan pandangan pada Mika, dan mendapati sang sahabat tersenyum padanya.

"Ah...iya." Kiki mengembangkan senyum kaku yang disambut tawa pelab Mika.

"Bohong deh.." Kiki mengerutkan keningnya. "Aku ngak bener-bener jatuh cinta dulu sama Keanu. Aku cuma suka aja. Namanya juga ketemu cowok ganteng kan. Terus cowoknya baik lahi sama aku. Terus nyaman juga sama dia. Jadinya ya gitu, aku ajak pacaran aja. Eeeh....dianya langsung mau." Mika semakin mengurai tawa riangnya

"Huhh??" Kiki menarik bangkit tubuhnya. "Yang ngajak pacaran Keanu itu kamu?" Penuh rasa penasaran, Kiki bertanya.

"Cieee...tadi sore masih ngak mau nyebut namanya, sekarang udah dipanggil namanya." Bukan menjawab, Mika malah menggoda Kiki.

"Ishhh....Mikaaaaa..." Kiki mengembungkan pipinya, membuat Mika semakin senang.

"Iya...aku yang minta Keanu pacaran. Abis gemes sama dia. Baik, pengertian, sabar lagi." Mika ikut membawa tubuhnya bangkit. "Aku bilang sama dia, kalo dia nolak jadi pacar aku. Akunya mau nangis aja. Ehh....malah langsung mau pacaran. Lucu kan Keanu-nya kamu." Mika membawa jemarinya mencubit pipi chubby Kiki.

"Ihhh...kok Keanu-nya aku?" Kiki semakin memasanh wajah kesal.

"Ya terus, mau Keanu-nya siapa? Kan bukan Keanu-nya aku lagi. Bukan Keanu-nya Danita juga." Sambut Mika.

"Kita udah putus Mi." Kiki berujar dengan suara rendah.

"Itu cuma keputusan kamu Ki, bukan keputusan Keanu. Putus itu kayak pacaran, nggak bisa sepihak. Kalian harus sepakat pisah, baru deh dikasih nama putus. Kalo salah satu masih nolak, hubungan kalian nggak bisa dibilang putus. Apalagi yang ngomong putus nggak bener-bener mau putus beneran." Uraian panjang Mika membuat mata Kiki membulat.

"Ihhh...siapa yang bilang. Aku memang mau putus beneran kok." Mika tersenyum tipis mendengar balasan cepat Kiki.

"Kalo beneran mau putus kok pake nangis semalaman?" Pertanyaan itu tak bisa dibalas Kiki. "Kalo memang nggak suka Keanu, terus memang mau putus. Harusnya ngak pake acara nangis, nggak pake marah juga sama dia. Oke Keanu salah karena bohongin kamu. Tapi daripada nangis, harusnya kamu senenh karena punya alasan putus kalo memang kamu nggak suka Keanu. Tapi kamu malah sedih, dan nggak mau ketemu dia. Itu tandanya kamu suka sama Keanu. Kamu sedih karena kamu kecewa. Karena kamu ngerasa Keanu nggak bener-bener suka kamu kayak yang kamu bayangin. Dan kamu takut, sama kayak dia bohongin kamu waktu minta kamu jadi pacarnya. Perasaan suka Keanu ke kamu juga bohongan. Makanya kamu sampe frustasi sendiri. Terus masalahnya jadi kemana-mana." Kalimat panjang Mika membuat Kiki menunduk memaikan selimut bercorak strawbery miliknya.

"Ki...bukan aku mau belain Keanu. Tapi selama aku deket sama dia, aku nggak pernah lihat Keanu seserius ini. Keanu deket sama aku sama Danita. Tapi sikapnya itu beda sama kamu. Sayangnya, perhatiannya, itu nggak sama. Mungkin karena kamu nggak bener-bener kenal Keanu, kamu ngerasa sikapnya nggak beda. Tapi bagi kita yang kenal Keanu pasti udah tahu, kamu itu beda sama temen-temen cewek dia yang lain." Mika meraih jemari Kiki dan mengusap punggung tangannya.

"Keanu punya papa yang keras, yang bakal marah besar sama dia kalo Keanu buat jahat sama siapapun. Itu kenapa Keanu selalu bersikap baik sama siapa aja. Bahkan sama orang yang udah jahat sama dia. Tapi yang diperlakuin special cuma kamu Ki. Karena kamu itu penting buat Keanu. Karena kamu itu posisinya special dihati dan pikiran Keanu." Lanjut Mika membuat netra Kiki mengarah padanya.

"Coba deh pelan-pelan kenal Keanu ya. Sebelum kamu minta putus sama dia. Nggak adil Ki, kalo cuma Keanu yang berusaha buat kamu nyaman sama dia. Kamu-nya juga harusnya berusaha buat nyaman deket sama dia dengan lebih kenal sama Keanu. Aku yakin, kalo kamu udah lihat seluruh sifat Keanu dan paham sama dia. Kamu juga bakal suka sama Keanu, kayak kita suka sama dia. Walaupun nanti akhirnya suka kamu bahkan lebih dari rasa suka kita ke dia." Dengan pandangan lembut, Mika coba meyakinkan Kiki.

Kiki menggigit pelan bibir bawahnya. Sedikit merasa ragu untuk melakukan apa yang diucapkan Mika padanya.

"Pikirin nanti aja kalo kamu nggak yakin." Seolah membaca yang ada didalam kepala Kiki, Mika berujar. "Sekarang kita bobo aja, jangan mikirin apa-apa. Karena nanti mata kamu malah makin jadi mata panda kalo kebanyakan mikir sebelum tidur." Setelah mengusap kepala Kiki, Mika menarik sang sahabat agar kembali berbaring.

"Udah...pejemin matanya, terus itung domba." Mika mengusap lengan Kiki, yang berbaring menyamping menghadapnya.

Memejamkan mata, Mika tak lagi memperhatikan Kiki. Mengabaikan sosok imut itu tenggelam dalam pikirannya, dengan pandangan yang mengarah lurus pada wajah damai Mika, yang perlahan mulai menarik lelapnya.

:::TBC:::

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro