Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I.L.Y | 28

Langkah Keanu tertahan diruang tengah keluarganya, saat mendapati Kiki dan ibunya juga kedua orang tuanya nampak berkumpul disana. Mematung sesaat, Keanu memandang Kiki yang menunduk dalam disisi mama nya. Sementara kedua orang tua Keanu hanya menatap Kiki lekat tanpa berujar apapun.

"Udah pulang Nu?" Mama Kiki adalah orang pertama yang menyadari kehadirannya dan menyapa sosok yang masih nampak tercenung ditempatnya.

Semua yang berkumpul disana segera menatap Keanu, kecuali Kiki. Si mungil semakin menundukkan pandangannya, saat mendengar sang mama menyebut nama Keanu.

"I...iya.." Jawab Keanu terbata karena tatapan kedua orang tuanya yang nampak tak bersahabat.

"Duduk." Titah papa Keanu pada putranya yang dibalas anggukan kaku sang kapten basket.

Melangkah pelan menuju sofa ruang tengah. Keanu duduk sedikit menjauh dari orang tuanya, dan cepat menatap Kiki yang ada didepannya.

"Kamu apain Kiki?" Tanpa berniat berbasa-basi, sang papa segera mengintrogasi Keanu.

"Huhh??" Keanu menatap bingung kepala keluarga dirumah itu.

"Kamu apain Kiki? Kata mama kamu, Kiki nangis karena kamu." Jelas sang papa membuat Keanu mengusap tengkuknya gusar.

"Itu..."

"Kamu mainin Kiki ya?" Tukas pria yang mewariskan tatapan tegasnya pada Keanu.

"Ngak Pa, Keanu..."

"Terus kenapa Kiki nangis gara-gara kamu?" Keanu diam tak mampu menjawab, dengan jemari yang saling berkait pria tan itu ikut menundukkan pandangannya.

"Kalo cuma buat mainin Kiki, harusnya dari awal ngak usah pacaran sama dia Nu." Kali ini sang mama yang buka suara.

"Nggak ma...Keanu ngak pernah niat mainin Kiki." Sanggah Keanu.

"Terus...Kiki nangis gini karena putus sama kamu, kalo bukan mainin apa namanya?" Bisa Keanu lihat tatapan kesal sang mama padanya.

"Mbak..." Mama Kiki akan buka suara namun ucapan mama Keanu cepat menahannya.

"Jelasin Nu!." Kata-kata tegas itu membungkam semua yang disana.

Senyap mendominasi sesaat. Membuat sisa isak kecil Kiki terdengar ditelinga semua yang berkumpul disana.

"Keanu salah. Keanu nggak dengerin Kiki. Keanu juga udah bohong ke Kiki. Tapi...Keanu ngak maksud jahat. Keanu cuma mau Kiki jadi pacar Keanu." Dengan nada rendah akhirnya Keanu menjelaskan.

Mama Keanu menghela nafas berat mendengar penjelasan yang tak menjawab pertanyaan dibenaknya. Namun setidaknya penjelasan singkat itu lebih baik, karena sosok Kiki bahkan enggan menjelaskan apapun semenjak si mungil dibawa ke rumah itu

"Minta maaf sama Kiki!" Giliran Keanu menghela nafas berat, sebelum kemudian menghampiri Kiki dan berlutut tepat dihadapan si mungil.

"Maaaa.....pulang yuk." Kiki segera memeluk sang mama, tak ingin menatap Keanu saat pria tan itu sudah ada dihadapannya.

"Ki...ngak boleh gitu. Masalah itu diselesain, bukan di hindarin." Jemari lembut sang mama, mengusap surai Kiki.

Kiki tak membalas, isakan nya kembali terdengar jelas membuat semua yang ada disana kembali terbungkam.

"Ki.." Panggil Keanu lembut.

Kiki menenggelamkan wajahnya dibahu sang mama karena panggilan itu. Membuat mama Kiki menatap lurus Keanu yang nampak putus asa.

"Ki...Keanu-nya mau bicara itu." Mama Kiki berusaha mendorong tubuh Kiki menjauh, namun si mungil justru semakin mempererat pelukannya. "Ki...jangan gitu dong, kasihan Keanu-nya kan."

Kiki tak merespon, dia masih terisak dalam pelukan mamanya.

"Ki...kamu mau mama marah ya." Kiki cepat mengendorkan pelukannya, membuat mama Kiki segera meraih bahu putrinya dan membawa tubuh si mungil menjauh. "Mama nggak pernah ngajarin kamu ngindarin masalah kan?"

Gelengen Kiki membalas ucapan sang mama. "Jadi sekarang ngomong, selesain masalahnya!" Kalimat tegas itu akhirnya membuat Kiki mengarahkan tubuhnya menghadap Keanu.

"Ki..." Keanu meraih jemari Kiki, namun si mungil cepat menarik tangannya dari genggaman sang kapten basket.

Menunduk dalam menghindari kontak mata dengan Keanu, Kiki membuat sang kapten basket lagi-lagi menarik nafas berat.

"Maaf ya...aku bener-bener ngak maksud buat kamu sedih." Dengan nada rendah dan lembut, Keanu berujar.

"Aku jujur sama perasaan aku ke kamu Ki. Ya...memang waktu aku minta kamu jadi pacar aku, aku pake cara salah. Karena aku mamfaatin khawatirnya kamu, dan bohong sama kamu. Tapi aku bener-bener sayang sama kamu Ki. Aku bener-bener mau kamu jadi pacar aku. Perasaan aku nggak bohong Ki, aku serius." Semua orang dewasa disana bisa lihat bagaimana merahnya telinga Keanu saat dia mengucapkan kalimat panjang tersebut.

"Ki...jangan marah dong, jangan minta putus ya. Keanu ngaku salah, karena ngak dengerin kamu. Udah jahat juga bohongin kamu. Tapi Keanu masih mau jadi pacar Kiki. Keanu sayang Kiki, jadi kita jangan putus ya Ki." Kembali Keanu meraih jemari Kiki.

"Bohong...kamu cuma sayang Danita. Kamu cuma perduli Danita. Jadi jadian aja sama Danita sana." Kiki membalas dengan suara rendah.

"Sayang nya kan beda Ki..." Keanu semakin mempererat genggaman tangannya dijemari mungil Kiki. "Aku sayang kamu sebagai pacar. Kalo sayang Danita sebagai adek aku Ki."

"Bohong..." Kiki nyaris terisak lagi.

"Aku jujur Ki...ngapain aku bohong. Ada mama kamu disini, ada orang tua aku juga. Jadi ngapain aku bohong sama kamu." Tukas Keanu dengan nada nyaris putus asa.

"Lagian Danita udah ada Vano. Jadi buat apa lagi aku sayang lebih ke dia. Aku mau nya kamu Ki, Keanu mau nya jadi pacar Kiki. Bukan jadi pacar Danita. Jadi kita jangan putus ya. Kita baikan ya, Kiki jadi pacar Keanu lagi ya." Keanu menumpukan dagunya di lutut Kiki.

"Nggak! Nggak Mau!!." Kiki mendorong Keanu menjauh.

"Ki...Keanu ngaku salah. Keanu tahu Keanu jahat sama Kiki. Keanu janji ngak bakalan ulangin kesalahan Keanu lagi. Jadi jangan marah lagi...ya...ya...maafin Keanu. Kiki boleh hukum Keanu apa aja, asal jangan minta putus. Keanu ngak mau putus sama Kiki. Keanu sayang sama Kiki." Kiki merasakan rasa sesak dan hangat didadanya bersamaan.

Otaknya berhenti bekerja karena kalimat manis Keanu. Namun ego-nya membungkam Kiki. Alhasil si mungil hanya diam, dan kembali menangis karena tak tahu apa yang harus dilakukannya. Air mata Kiki-pun jatuh di punggung tangan Keanu, membuat pria tan itu panik seketika.

"Ki...jangan nangis lagi dong. Nanti aku dimarahin papa mama kalo kamu nangis. Mama papa aku lebih sayang kamu Ki, daripada aku. Jadi jangan nangis dong, ntar aku nya diusir dari rumah." Ucapan itu justru membuat Kiki semakin mengurai isaknya.

Kiki menutup wajahnya dengan telapak tangan, membuat Keanu menggaruk kepalanya frustasi.

"Tante...izin peluk Kiki ya." Ujar sang kapten basket yang disambut anggukan pelan mama Kiki.

Cepat Keanu meluk kiki erat, setelah dapat izin dari mama nya. Diusapnya lembut punggung Kiki, coba membuat gadis mungil dalam dekapannya itu berhenti menangis.

"Keanuuuu jahaaaat." Kiki memukul dada Keanu berkali-kali.

"Iyaaaa...iyaaa...Keanu jahat, Keanu nakal ke kamu. Maaf ya...maaf buat Kiki nangis." Balas Keanu semakin mempererat pelukannya ditubuh Kiki.

"Kikiii benci Keaaaanuuuu....."

"Jangan dong...nanti akunya sakit kalo kamu benci aku." Hampir saja orang-orang dewasa disana tertawa, karena balasan Keanu pada Kiki.

"Keanu jahat!!!" Kiki kembali memukul dada Keanu.

"Iya...Keanu jahat sama Kiki." Keanu tak berusaha menyangkal. Dia masih memeluk erat Kiki yang terus terisak.

♡1♡4♡3♡

Mika yang semula bersandar nyaman disisi pintu ruang musik, segera menegakkan tubuhnya saat sosok Haikal keluar. Tatapan bingung pria tinggi berkacamata itu adalah hal pertama yang Mika dapati. Namun dengan santainya Mika mengabaikan tatapan tersebut.

"Gimana?" Tanyanya segera pada Haikal.

"Apanya?" Haikal balik bertanya.

"Tes musik nya." Jelas Mika.

"Batal...kan ngak ada teman duet." Jawab Haikal.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Nilai kamu?"

"Ya ngak ada, kan ngak ikut tes." Haikal tersenyum tipis.

"Yaaah...ngaruh sama nilai ekskul dong." Wajah Mika nampak sedih.

"Mau gimana lagi." Haikal mengusap tengkuknya pelan.

"Nggak minta dispensasi?"

"Udah." Haikal berujar seraya mengangguk singkat.

"Terus?"

"Ngak dikasih."

"Kenapa?" Kening Mika berkerut.

"Kayak ngak tahu bu Yana aja." Haikal mengurai tawa getir.

"Tapi kan bukan sepenuhnya salah kalian. Bu Yana sendiri yang mundurin jadwal tes musik nya kan." Sambut Mika

"Itu ngak bisa dijadiin alasan Mika, dan bu Yana juga ngak mau denger alasan itu." Haikal beranjak meninggalkan Mika yang mematung ditempatnya.

Memandang punggung Haikal, Mika terus tenggelam dalam kebisuan. Sebelum kemudian netranya mendapati Haikal yang berbalik dan memandangnya.

"Laper ngak?" Ucap Haikal sesaat setelah netra mereka bertemu.

"Huhh??" Mika terlihat bingung.

"Temenin makan pizza mau ngak?" Haikal tersenyum tipis, nyaris tak terlihat kalau saja Mika tidak hapal dengan setiap ekspresi pria itu.

"MAAAUUUU!!!" Membalas semangat, Mika segera berlari kearah Haikal dan memelul lengan pemuda tampan berkacamata itu.

"Semangat banget sih." Haikal tertawa ringan seraya menggusap sayang puncak kepala Mika.

"Ehh??" Mika menatap heran Haikal.

"Apa?" Haikal ikut heran melihat ekspresi Mika.

Mika menatap dalam netra kelam Haikal, lalu tersenyum manis.

"Lapeeeeer....yukkk." menyeret sosok tinggi disisinya, Mika mengayun langkah semangat.

"Pizza...pizza....pizza....pizza..." Ucap Mika bersama senyum yang terus berkembang diantara langkah yang diayunnya bersama Haikal.

♡1♡4♡3♡

Tangan Keanu saling terkait, dengan siku yang berada diatas lutut. Pandangannya tertunduk, tak berani menatap sang papa yang sejak kepulangan Kiki terus diam dihadapannya. Keanu yang akan kembali ke kamarnya setelah mengantar Kiki dan mamanya sampai ke depan rumah, dipanggil sang papa. Sehingga disinilah dia berakhir. Tepat didepan sang papa yang memilih jurus diam sejak memanggilnya.

"Jadi...seberapa serius kamu sayang Kiki?" Keanu membawa pandangannya mengarah pada sang papa.

"Se-serius perasaan papa ke mama." Jawab Keanu pasti.

"Jangan bercanda, kamu masih sekolah. Masih juga kelas dua, nggak mungkin perasaan kamu se-serius itu." Papa Keanu terlihat tak yakin.

"Itu hak papa kalo papa nggak percaya sama keseriusan Keanu. Keanu nggak bisa paksa papa percaya 100% dengan apa yang Keanu bilang." Keanu membawa pandangannya kembai tertunduk.

"Apa itu artinya kamu siap bawa Kiki ke hubungan yang lebih serius lagi kalo kalian udah lulus sekolah?" Selidik sang papa.

"Hubungan yang lebih serius?" Ulang Keanu dengan wajah bingung. "Maksud papa, nikah?" Keanu memperjelas maksud papanya.

"Memangnya ada hubungan yang lebih serius dari pacaran selain nikah?" Papa Keanu membalas dengan bertanya.

"Tunangan?" Dengan nada ragu, Keanu membalas.

"Tunangan itu bukan sesuatu yang serius menurut papa. Tunangan sama pacaran hubungannya sama. Bukan hal yang bisa dianggap sebagai keseriusan." Tegas papa Keanu

Keanu mengangguk pelan mendengar ucapan sang papa padanya, sebelum kemudian berujar.

"Kalo Kikinya mau, kalo papa mama kasih izin. Dan kalo mama Kiki restuin, Keanu siap nikah sama Kiki." Kembali Keanu mempertemukan netranya dengan tatapan tegas sang ayah.

"Pernikahan bukan bahan mainan Keanu!" Sang papa mengingat.

"Yang mau main-main sama pernikahan siapa sih pa? Keanu serius kalo memang udah ngantongin restu bakal nikahin Kiki." Keanu menunjukkan keseriusannya.

"Nikah itu bukan hal gampang Nu, kamu tahu kan tanggung jawab-nya besar."

"Papa juga tahu kan gimana Keanu? Saat Keanu serius sama sesuatu, Keanu bakal tanggung jawab penuh dengan hal yang Keanu seriusin. Semuanya...semua yang harus Keanu hadapin saat buat keputusan pasti Keanu hadapin. Mau itu kesulitan, mau itu kemudahan. Semuanya bakal Keanu hadapin sepenuhnya pa." Tegas Keanu membuat sang papa menarik nafas dalam sesaat.

Papa Keanu sangat hapal sikap putranya. Itulah kenapa sang papa hanya terdiam saat mendapati keseriusan dimata Keanu.

"Kalo gitu belajar yang baik. Mulai berlatih lebih kuat dan lebih tegas lagi. Kalo memang kamu udah final sana keputusan kamu. Kamu harus bener-bener berusaha keras. Karena kepala keluarga yang baik, harus punya mental dan tanggung jawab yang baik." Papa Keanu bangkit, dan nampak beranjak.

"Jadi Keanu dapat restu papa?" Senyum diwajah Keanu terkembang.

"Minta restu dulu sama mama Kiki. Dan yakinin Kiki-nya dulu. Restu papa sama mama nyusul." Jawab papa-nya sambil terus beranjak.

"Siap pak bos!!" Jawab Keanu semangat.

Papa Keanu hanya bisa tersenyum, meninggalkan putranya yang sudah melompat kesenangan diruang tengah.

♡1♡4♡3♡

Mika dan Haikal tengah menikmati ice cream di taman tak jauh dari kedai pizza yang sempat mereka hampiri. Sajian manis dan dingin ditangan keduanya, mereka jadikan desert setelah perut mereka terisi penuh. Sebenarnya mereka ingin meniknati sajian manis itu di kedai pizza, tapi berhubung banyak pengunjung yang datang dan memerlukan kursi. Pada akhirnya mereka membawa sajian itu keluar. Dan disinilah mereka berakhir. Duduk tanpa berujar apapun, seraya melihat kebdaraan dan juga orang-orang yang melintasi tempat itu.

"Kamu...." Haikal menjeda panjang ucapannya saat memutuskan membuka percakan setelah hanya duduk diam menikmati ice creamnya. "....pernah ngak sih berpikir buat berhenti suka sama aku?" Tepat sesaat ketika Mika menoleh, Haikal menanyakan sesuatu yang menganggunya selama dirinya membisu disisi Mika.

Mika tak segera membalas pertanyaan tersebut. Si manis nampak mengunyah ice creamnya pelan, sebelum kemudian berujar.

"Kamu sendiri...pernah ngak kepikiran berhenti suka sama Kiki?" Mika justru balas dengan bertanya.

"Pertanyaan aku dijawab Mi, bukan balik nanya kamunya." Mika bisa melihat ekspresi kesal yang Haikal tunjukan karena tak menerima balasan yang diinginkannya dari si manis.

"Kalo kamu jawab pertanyaan aku, kamu bakal dapat jawaban pertanyaan kamu ke aku Kal. Makanya aku balik nanya ke kamu. Karena alasan kita dan jawaban kita itu sama." Dengan tersenyum, Mika membalas ucapan Haikal.

Haikal membisu karena balasan itu. Kemudian melempar pandangannya lurus. Mengabaikan tatapan lekat yang Mika arahkan padanya.

"Kamu merasa terbebani ya sama perasaan aku ke kamu?" Haikal kembali mengarahkan pandangannya pada Mika karena ucapan tersebut.

"Maaf ya." Tukas Mika kemudian dengan mata yang menatap lekat Haikal. "Maaf karena ngak bisa handle perasaan aku, harusnya..."

"Udah nggak apa-apa." Haikal cepat memutus kata-kata Mika. "Siapa sih yang bisa ngatur sama siapa dia jatuh cinta." Sempat menatap ujung sepatunya, Haikal kembali membuang pandangan lurus kemudian.

"Suka ya suka aja, cinta ya cinta aja. Hati yang milih, jadi pikiran nggak bisa ngatur itu. Dia bisa nekan ego buat memiliki cinta, tapi bakal susah menekan perasaan suka itu sendiri. Jadi jangan merasa bersalah. Kamu dengan rasa suka kamu sama sekali nggak salah." Haikal menoleh dan memberi senyum tulusnya pada Mika.

Mika ikut menarik senyumnya, sebelum kemudian bangkit.

"Mau kemana?" Haikal ikut bangkit.

"Mau pulang." Jawab Mika

"Aku antar." Mika mengggeleng menolak ide itu.

"Jangan...nanti aku makin suka sama kamu." Jelasnya cepat saat Haikal akan protes.

"Makasih pizza sama ice creamnya ya Haikal. Good night." Mika melambai, dan segera berlari menjauh meninggalkan Haikal yang mematung menatap punggung Mika yang menjauh.

:::TBC:::

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro