Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

meet me in the hallway

Bagian 2 |
Adrianna Kinandita

Hai hai selamat sabtu malam. Lines datang nih. Siapa yang menunggu?🙃🙃

Tetep vote dan komen yaw ehehe
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Lo gak salah, Nan. Udah jangan sedih. Bu Nimas juga gak marah kok. Kan udah dijadiin PR." Flora mengusap punggung Kinan yang sedang menunduk itu. Pertiwi sudah dari beberapa menit yang lalu membunyikan bel istirahat mereka, namun sedari tadi Kinan malah tidak ingin beranjak dari bangkunya.

Flora sedang membahas perihal ucapan Kinan yang salah menyebutkan halaman tugas Matematika yang mesti dikerjakan. Yang seharusnya halaman 57 tetapi justru Kinan malah menyebutkan halaman 167. Mengingat itu, Flora menahan tawanya. Kinan lagi kenapa sih? Haha. Flora membatin. Tidak mungkin juga berbicara langsung yang ada nanti Kinan malah ngambek. Ribet.

Kinan menoleh ke arah Flora, keningnya berkerut. "Apaan sih, Ola? Emang Kinan lagi sedih? Orang Kinan lagi seret gara-gara makan kuaci." Setelah mengatakan itu, Kinan memperlihatkan kulit kuaci di tangannya pada Flora, lalu memegang tenggorokkannya itu dengan tangan yang lain. Kepalanya clingak-clinguk mencari teman untuk dimintai air mineral.

Oh, jadi sekarang Flora yang Kinan kerjai? Flora langsung menjauh dari Kinan. Wajahnya sudah menunjukkan ekspresi bete. Dan yang Flora lakukan kini adalah memainkan ponselnya.

"Ole, punya minum gak?" Suara Kinan terdengar lagi. Di meja pojok sana Viorent terlihat sedang membolak-balik kertas di buku tulisnya. Lalu, Kinan terkekeh sebentar saat mengingat sesuatu. "Eh kok lucu ya Ola Ole kayak lagu hehe tinggal ditambahin La aja di belakangnya," lanjutnya.

Mendengar itu, Flora memutar kedua bola matanya sedang Viorent mendengus. "Aku gak mau nengok ah kalo Kinan masih manggil aku kayak gitu." Viorent melanjutkan lagi membolak-balik kertas, kali ini sengaja lebih kasar. Biar Kinan tahu, Viorent sebal di panggil seperti itu.

"Emang Ole mau Kinan panggil apa?"

Masih berusaha untuk tidak menengok ke samping kirinya, Viorent menjawab, "Nama aku aja."

Kepala Kinan manggut-manggut. "Oh yaudah. Viorentina, Kinan mau minta minum dong. Kinan seret nih abis makan kuaci rasa green tea." Tangan kanan Kinan kini memegang tenggorokkannya lagi. Memberitahukan temannya itu betapa hausnya ia.

Barulah setelah Kinan berkata seperti itu, Viorent melihat ke arahnya. Ia lalu menggeleng. "Aku gak punya minum."

Kinan kemudian tersenyum, Flora tertawa. Tak lama Kinan cemberut. Impas deh semuanya. Kinan menoleh ke arah Flora lagi yang masih menutupi mulutnya itu. Kinan memegang lengannya. "Ola, temenin Kinan ke kantin yuk. Sekalian Kinan mau ketemu sama Kak Dean," katanya. Ekspresinya dibuat semelas mungkin.

Flora menghentikan tawanya itu. Langsung menengok ke arah Kinan. "Kak Dean yang anak baru itu?" Keningnya berkerut.

"Kak Dean anak baru?"

"Eh enggak deng, udah lama dia pindahannya hehe." Hanya itu yang Flora tahu.

"Kok Kinan baru sadar ada Kak Dean di sekolah ini ya?" Kinan lalu berdiri dari bangkunya. Tak lupa memasukkan ponselnya yang berada di atas meja ke dalam saku seragam.

Flora ikut berdiri. "Makanya bergaul jangan ngintilin gue mulu ke mana-mana." Flora hanya bercanda saat mengatakan itu. Karena dari suaranya dibuat tidak serius mungkin.

"Ola bakalan kehilangan sosok Kinan lagi kalo Kinan gak ngintilin Ola. Mau?"

Yang dilihat Kinan kini, dengan semangatnya Flora menganggukkan kepala. Flora berjalan lebih dulu. Kinan mengikuti di sampingnya. "Kinan baru tau ternyata Ola jahat banget sama Kinan."

"Baper. Baper. Baper." Flora merangkul pundak Kinan kali ini. "Jadi, mau ngapain nih ketemu Kak Dean? Eh bentar-bentar, lo kok gak cerita-cerita sama gue sih, Nan?"

"Kinan ceritanya nanti aja, Kinan udah aus banget."

...

"Yang mukulin lo temennya si Sean lagi?"

Reksha, laki-laki yang baru saja meletakkan makanannya ke atas meja langsung bertanya. Kaget juga sebenarnya melihat luka di kepala Dean tadi pagi. Dan hanya nama Sean memang yang ada di pikirannya saat ini.

Dean di hadapannya mengangkat bahu. Tidak tahu juga. Lalu, Dean mengubah posisi duduknya hingga senyaman mungkin. Dengan kedua tangan yang kini ia masukkan ke saku hoodie hitamnya. Sengaja memakai penutup hoodie juga di kepalanya untuk menutupi luka yang telah diobati oleh Geraldi.

Angga yang mendengar itu, langsung melihat ke arah pojok kantin. Di sana ada Dimas yang sedang duduk di atas meja dan juga Reza yang sedang tertawa-tawa. Mereka temannya Sean. "Noh, lo liat temen-temennya. Kayaknya bukan Sean." Lalu, Angga melihat ke arah Reksha, Geraldi dan Dean secara bergantian.

Reksha yang mendengar itu, langsung menjitak kepala Angga dengan tidak berperi. "Temennya Sean banyak bukan mereka doang, cluk!" sangkalnya.

"Lo punya musuh baru kali." Itu Geraldi yang mengeluarkan suaranya. Pandangannya belum juga teralihkan dari ponselnya sedari tadi.

Alis Dean terangkat sebelah. Seingat Dean, ia tidak pernah berbuat yang macam-macam sampai Dean mendapatkan musuh baru seperti yang Geraldi ucapkan barusan. Dean ingin menyangkal, tetapi saat lengan hoodie-nya ditarik-tarik oleh tangan lain, ia mengurungkan itu. Dean melihat ke arah kanannya. Di sanalah Kinan terlihat.

"Bener ternyata ini Kak Dean." Suara Kinan terdengar riang sekali saat mengatakan itu. Karena Kinan juga tidak menyangka akan langsung menemui Dean di kantin lantai satu, membuat Kinan tidak perlu repot-repot untuk mencari Dean ke lantai atas. Tetapi tak lama raut wajahnya berubah menjadi tidak nyaman.

Dean masih memperhatikan Kinan. Ah iya, Kinan yang Dean temui di UKS sebelum akhirnya teman-temannya datang. "Kinan?"

"Bentar deh Kak Dean, Kinan mau pipis dulu udah di UI nih." Setelah mengatakan itu, Kinan langsung berlari ke arah kamar mandi yang beruntungnya tidak jauh dari kantin.

Reksha yang menyadari ucapan Kinan tadi langsung saja tertawa. Menjauhkan piring yang masih berisi tiga siomaynya itu. "Anjir juga tuh anak!" katanya seraya menggeleng-gelengkan kepala.

"UI apaan dah?" Dengan mengernyit, Angga bertanya.

"Pura-pura gak tau lo! UI itu Ujung It— eh gak boleh gue terusin, jatohnya jorok." Reksha sudah lama tidak mendengar itu, sekalinya mendengar kembali dan itu Kinan yang mengatakan menjadi benar-benar lucu. "Siapa tadi namanya Kinan ya? Lucu juga." Masih dengan sisa tawanya, Reksha berucap.

Tak lama, Kinan kembali dengan perasaan yang benar-benar lega. Flora masih menunggu di depan kantin, tidak ingin ikut katanya. Entah karena apa. Kinan lalu berdiri lagi di samping Dean. "Kak Dean, Kinan boleh ngomong sebentar gak?" tanyanya. Tak lupa Kinan mengeluarkan senyumannya itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Kinan, Dean justru bangkit dari bangkunya. "Duduk," ujarnya kemudian. Memang tidak ada lagi bangku yang kosong. Kinan menurut. Dan memperhatikan satu per satu teman-teman Dean. Walaupun Kinan tidak mengenali nama-nama mereka tetapi Kinan pernah melihat mereka semua. Ya, setidaknya.

"Nggak mau kenalan dulu nih, Kinan? Eh, bener kan ya namanya Kinan?"

Menjawab pertanyaan Angga tadi, Kinan mengangguk hingga poninya ikut bergerak lucu. Kinan mengulurkan tangannya. "Adrianna Kinandita, panggil aja Kinan."

Reksha yang pertama menanggapi uluran tangan Kinan. "Reksha Dirgantara, panggil aja Reksha."

Kinan manggut-manggut.

"Angga." Senyum tipisnya, Angga perlihatkan.

Dan yang paling tidak merasa antusias sama sekali, "Gerald." Itu tanpa menyambut uluran tangan Kinan juga.

Oke, demi membuat suasana tidak kaku lagi karena perkenalan Kinan dengan Geraldi barusan, Reksha berdeham. "Kalo sama yang itu udah kenalan belum, Nan?" Tunjuk Reksha ke arah Dean dengan dagunya.

Lagi-lagi Kinan menganggukkan kepalanya. "Kinan hapal nama Kak Dean. Dean Prayoga." Saat mengatakan itu, Kinan mendongak ke arah Dean tepat saat bersamaan Dean juga melihat ke arahnya.

Dean beralih melihat ke arah teman-temannya. Menyadari sorot mata itu, mereka semua lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Tadi lo bilang mau ngomong, kan? Mau ngomong apa?" tanya Dean, matanya sudah melihat ke arah Kinan lagi.

"Kak Dean tinggi banget, leher Kinan pegel dongak terus."

Mengetahui itu, tanpa Kinan duga Dean beralih menyandarkan belakang tubuhnya pada meja di belakangnya itu, menunduk juga agar Kinan tak perlu mendongak lagi. Posisi mereka sekarang berhadap-hadapan. "Jadi, apa?" Dean membuka suaranya kembali.

Kinan mengerjap melihat mata abu-abu gelap milik Dean di hadapannya persis. Jika mata bisa menenggelamkan dirinya, mungkin sekarang Kinan sudah berada di dalam sana. "Eh? Itu... Kinan mau ngambil gelang Kinan," jawabnya. Berhasil juga mengatakan apa yang sudah Kinan inginkan sejak tadi.

"Gelang?"

Kepala Kinan dengan cepatnya mengangguk. "Iya, gelang dari Oma. Kinan gak mau kehilangan gelang yang ada nama Kinan sama Oma. Kinan suka banget gelang itu." Dan karena memang Oma-nya yang memberikannya kepada Kinan. Jika memang benar hilang mungkin Kinan akan merasa sedih berhari-hari karena hanya gelang itu yang menjadi kenangannya bersama Oma-nya.

Dean memperhatikan Kinan sebentar dan memang benar, ada raut sedih yang berusaha Kinan tutupi. "Dari mana lo tau kalo gelangnya ada di gue?"

"Kinan inget pas Kak Dean pegang tangan Kinan di UKS tadi pagi. Terus juga Kinan udah cari di mana-mana tapi gak ketemu. Jadi, gelangnya ada di Kak Dean, kan?" Kinan bertanya dengan penuh pengharapan.

Di hadapannya, kini Dean berdiri. "Temuin gue di parkiran pulang sekolah nanti. Masih inget kan nomor plat mobil gue?" Setelah mengatakan itu, Dean menarik langkah menjauh dari kantin.

...

"Kak Rama!" Panggilan Kinan di lapangan basket indoor dan juga lambaian tangannya berhasil membuat laki-laki tinggi itu menoleh. Kinan menggoyang-goyangkan kedua kakinya ke kanan dan ke kiri seraya menunggu Rama untuk medekat ke arahnya. Bangku nomor tiga dari bawah.

Dengan rambut yang sudah basah hingga ke punggungnya yang kini tercetak jelas oleh keringat, Rama mendekat ke arah Kinan. Sebelumnya, Rama mengambil handuk serta minuman isotoniknya. Meninggalkan teman-temannya yang masih semangat bermain di bawah sana. "Ada apa, An?" tanyanya dan duduk di samping Kinan. Rama kini sedang mengatur napasnya yang agak tersengal.

"Ini ada titipan donat satu lusin dari Kak Lira anak kelas tiga IPS empat. Yang rambutnya lurus banget." Kinan memberikan kotak berwarna orange itu ke Rama dengan senyum lebarnya. Tuh kan, untung Kinan ingat nama sama rambutnya Lira, Kinan yakin Rama pasti tahu ciri-ciri yang Kinan sebutkan tadi.

"Buat Anna aja semuanya. Atau enggak bagiin ke temen-temen sekelas. Ada rasa green tea juga kan, kesukaan Anna?"

Kinan menganguk. "Yeay, uang jajan Anna bisa ditabung deh. Kebetulan Anna belum makan juga. Eh udah deng, makan kuaci hehehe."

"Itu bukan makan namanya, An. Yaudah makan sekarang donatnya Kak Rama tungguin di sini." Setelah mengatakan itu, Rama menegak air di botol yang ia pegang hingga setengahnya. Tatapannya memperhatikan ke arah bawah sana.

"Satu buat Ola, satu buat Viorent, satu buat ketua kelas si Bagas, satu buat bendahara si Fika, sisanya buat Anna deh!"

Rama menoleh lagi ke arah Kinan. "Lah? Sekretarisnya kok gak disebut?"

"Sekretaris di kelas Anna gak masuk. Lagi sakit. Jadi, Anna gak sebut deh." Dan Kinan kini mulai memakan donat dengan taburan kacang almond. Matanya juga mengarah ke arah bawah sana. "Kak Rama, Anna boleh masuk eskul basket gak?" tanya Kinan dengan topik pembicaraan baru.

"Kemaren kayaknya Anna mau masuk eskul padus. Kenapa kok gak jadi?" Rama bertanya balik. Ia lalu menyendarkan punggungnya pada sandaran kursi. Memperhatikan Kinan dari samping.

"Anna masih bingung. Tapi nanti aja deh Anna pikir-pikir lagi. Eh ya Kak Rama, nanti pulang Anna mau ketemu seseorang dulu ya. Tungguin aja langsung di mobil." Kinan lalu menutup kotak donat di hadapannya itu. Dan kini bangkit dari bangku.

Rama langsung menahan pergelangan tangan Kinan. Setelah mendengar itu. Ada yang membuatnya tertarik. Dengan dinginnya Rama bertanya, "Siapa?" Suara Rama dengan cepatnya berubah sedikit tidak suka. Terbukti dari raut wajahnya juga. Rama menatap Kinan yang masih berdiri itu.

"Kak Rama gak kenal, kayaknya."

"Masa?" Alisnya terangkat sebelah, menunggu jawaban Kinan.

"Dia Kak Dean."

Dipart ini kenalan dulu ya dengan para cast hehe

Gimana sama part duanya gais?🙈🙈

Sparkel di sini memang bener-bener receh banget dibanding di ilusi wk

Oh yaa, tinggal Gio nih yang belum keluar hm hm

Masih mau lanjut?

[ Kinan ]

[ Rama ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro