Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

just friends

Bagian 50 |
if i can't have you, no one can

Kamu udah makan belum?

Vote dan komen lagiii bisa kan ya
biar up cepet lagi ehe✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Lo gak akan bisa."

Gio memandang remeh murid perempuan yang ia temui di belakang sekolah. Rokok di belakang punggungnya Gio hancurkan pada tembok, lalu Gio bersandar. Hanya ada dirinya dan perempuan itu di sini sekarang. Pertiwi juga sudah membunyikan bel pulang beberapa menit yang lalu.

"Kinan bisa tau!"

Oh, namanya Kinan.

Gio manggut-manggut. Kinan mengangkat roknya. Gio memperhatikan itu. Berpura-pura tidak peduli. Kinan akan jatuh sebentar lagi. Gio bisa memastikan itu.

Kinan sedang berada di dekat kolam yang lumayan besar. Ada kura-kura di sana dan Kinan akan mengambilnya dengan tangan kosong. Kinan menoleh ke arah Gio dengan takut-takut. Murid laki-laki yang Kinan temui itu sudah berada di list yang tidak boleh Kinan dekati. Lihat saja penampilannya. Urakan. Berani-beraninya merokok di belakang sekolah lagi!

"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" Gio mengernyit. Anehnya, Gio belum ingin beranjak dari tempatnya berdiri.

Kinan mengulurkan tangan kanannya. "Tolong pegangin tangan Kinan." Tatapan memohonnya Kinan keluarkan. Semoga saja Gio akan iba terhadapnya.

Dan terbukti, Gio melangkah mendekat ke arahnya. Memegang tangan Kinan begitu erat. Kinan mendongak untuk melihat wajah Gio yang berdiri menjulang di sampingnya. Kinan menarik kedua sudut bibirnya ke atas, mulai menggapai kura-kura kecil itu.

"Seharusnya lo jangan terlalu percaya sama orang. Dan gue bisa aja sekarang ngelepasin tangan lo biar lo kecebur ke nih kolam. Kalo gue mau." Smirk Gio terlihat.

Kinan menengok ke arahnya secepat yang Kinan bisa. "Jangan ya? Kinan gak bisa berenang."

Ketakutan sudah terlihat di wajah Kinan. Gio hanya mengangguk. Kinan melanjutkan aksinya. Entah sebenarnya Kinan itu bodoh atau apa, dia seharusnya bisa menggunakan ranting untuk membuat kura-kura kecil itu mendekat kepadanya. Tetapi, Gio tidak akan memberitahukan itu. Dan Gio perlahan melihat tangannya yang menggenggam tangan mungil Kinan.

"Bantuin Kinan berdiri dong. Kinan udah dapet nih kura-kuranya."

Mengerjap, Gio menarik tangan Kinan. Gadis itu berhasil bangkit. Gio melihat Kinan begitu senang karena sudah ada kura-kura kecil di tangannya kini. Jika diperhatikan lebih intens lagi, Gio bisa melihat freckles di sekitar pipi Kinan yang agak memerah. Ditambah kedua mata bulatnya itu membuat Kinan benar-benar.. lucu.

Kinan mendongak. Gio sudah lebih dulu memerhatikan dirinya. Kinan memperlebar senyumannya. Dari jarak sedekat ini Gio benar-benar terlihat menarik ya? Kinan beralih melihat ke arah badge-nya kali ini. "Makasih ya, mm.. Kelvin."

"Nama gue Gio," ralat Gio dengan cepat.

"Iya, kan namanya Gio Arkelvin. Kelvin itu menurut Kinan nama yang ganteng tau." Iya deh, kayak orangnya.

Untuk kesekian kalinya Gio mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas. Kemudian Gio meraih tas ranselnya yang tadi sempat Gio lempar ke sembarang arah. Siap untuk pulang jika suara Kinan di belakangnya tidak terdengar.

"Kelvin, Kinan baru inget kalo ternyata kita sekelas. Nama Kinan, Adrianna Kinandita. Karena kita sekelas berarti kita temenan kan ya?"

Gio berbalik. Pantas saja wajah Kinan tidak asing. "Iya, kalo lo manggil gue Gio." Dan melanjutkan langkah kakinya lagi. Beberapa detik kemudian Gio berhenti kembali.

"Gio."

Panggilan pertama Kinan menyebut namanya dengan benar. Gio berbalik. Kinan menggigit bibir bawahnya. "Apaan lagi?"

"Karena kita temenan, Gio bantu Kinan lagi ya? Kinan takut jatoh."

Mendengar itu, Gio menghela napas pelan. "Kinan, lo lagi berdiri. Lo gak ngapa-ngapain. Lo gak akan jatoh."

"Tali sepatu Kinan lepas." Kinan menunduk dan menggerakkan kakinya pelan. Kinan pernah jatuh di tengah lapangan karena tali sepatunya lepas dan Kinan tidak akan mau kejadian memalukan itu terulang.

"Ya, terus?" Gio menjadi tidak sabaran.

"Gio, tolong iketin tali sepatu Kinan ya?"

Gio berdecak. Melihat Kinan tidak percaya. "Kayak gitu doang masa lo gak bisa?"

"Kinan beneran gak bisa. Plis, kita kan temen."

Akhirnya Gio berjalan mendekat. Dan langsung berjongkok juga dengan satu kaki yang Gio tekuk. Kinan menunduk, Gio mendongak. Mata mereka bersirobok.

"Temen gak nyusahin temennya sendiri."

"Bukan temen kalo gak nyusahin temennya! Ola aja gitu kok. Kinan sama Ola sama Vioren juga gitu. Eh, Gio gak boleh ngintip!" Kinan merapatkan kedua kakinya. Memegang ujung rok abu-abunya juga.

"Lo pikir gue ngintip apaan? Udah rapi tuh tali sepatu lo." Gio bangkit.

Kinan tersenyum lagi. "Makasih lagi ya, Gio. Besok kita ketemu di kelas! Dah, Kinan pulang duluan." Dan Kinan melupakan ucapannya sendiri.

Gio mengangkat sudut bibirnya sedikit. Dan mengetukkan jari telunjuknya pada kaca akuarium. Ada Pororo di dalamnya. Pasti sekarang Kinan sedang panik karena Pororo tidak ada di kamarnya. Iya, Gio mengambilnya malam-malam saat Kinan pergi.

Kinan sudah menyukai kura-kura sejak pertemuan pertama mereka. Dan Gio benar-benar tidak bisa menahan untuk tidak memiliki gadis itu secepatnya. Kinan terlalu lucu. Gio juga mau tahu mengapa Kinan dengan mudahnya mengeluarkan senyumannya diberbagai keadaan. Gio mana bisa.

"Kita backstreet aja ya, Ki?"

Kinan yang mendengar itu langsung saja menghentikan kegiatannya yang sedang mengerjakan tugas Matematika. Soalnya lumayan susah dan ucapan Gio tadi menambah pusing di kepalanya. Kinan mendongak. Gio sedang duduk di meja tepat di depannya. Kinan menggerakkan pensil di tangannya kini. "Karena?"

Ditanya seperti itu, Gio menangkat kedua sudut bibirnya dan menjawab, "Musuh gue banyak, Kinan. Lo bakalan baik-baik aja kalo kita begini." Dan mengusak rambut Kinan itu.

Pulang sekolah, Kinan meminta ditemani oleh Gio untuk mengerjakan PR yang bu Nimas berikan. Tetapi jika akhirnya begini, Kinan akan memilih untuk langsung pulang. "Bukan karena Gio malu punya pacar kayak Kinan?" Karena bisa saja seperti itu. Kinan tidak sepopuler Gio di Pertiwi. Teman-teman Gio rata-rata mempunyai paras menarik. Contohnya Sandra. Cantik banget. Pertama bertemu dengan gadis itu, Kinan mengira Sandra barbie hidup.

Seakan tidak percaya Kinan mengatakan itu, Gio justru tertawa. "Malah gue pengen banget ngenalin lo ke temen-temen gue." Kemudian senyumannya perlahan-lahan hilang. "Tapi yang kayak gue bilang di awal. Lo bakalan baik-baik aja kalo kita begini. Gue gak akan main di belakang lo. Jangan takut."

Meskipun ada sebagian dirinya yang ingin menolak itu, tetapi Kinan memangnya bisa apa? "Kalo berani, Kinan langsung putusin Gio." Kinan menunjuk wajah Gio dengan pensil di tangannya. Ekspresinya, Kinan buat seserius mungkin.

Gio lebih dulu menyingkirkan tangan Kinan dan membungkuk. Mencium pipi Kinan sekali. "Jangan dong. Jangan pernah putus sama gue, oke?" Ditatapnya netra cokelat Kinan lekat-lekat.

Seperti tersihir oleh tatapan Gio yang persis di hadapannya, Kinan mengangguk dan mengubah posisinya hingga ia bisa menarik leher Gio untuk ia peluk.

Gio melirik ke arah layar ponselnya yang kini sudah menunjukkan pukul 01.23 am. Dan dirinya sudah berada di dalam mobilnya. Melihat arena balap yang sudah dipadati oleh banyaknya orang-orang. Sean sudah terlihat di sana bersama dengan teman-temannya yang lain. Padahal sudah banyak chat Kinan yang masuk, tetapi Gio tidak akan membalas itu. Dan memilih untuk mengetikkan pesan singkatnya pada Dava, temannya yang akan memantau.

"Jangan-jangan emang Gio udah dari dulu suka sama Sandra makanya Gio mau Sandra jadi pacarnya Gio!" Kinan cemberut jika memang benar semua yang ia pikirkan. Lalu, Kinan melihat Gio yang sedang mengemudi itu. Tatapannya fokus ke depan.

Dengan santainya Gio menjawab, "Yaelah cuma pura-pura ini." Iya, Rama sepertinya sudah menaruh curiga pada Gio. Dan Gio akan membuat Rama percaya jika Gio tidak ada lagi hubungan dengan Kinan dengan menjadikan Sandra pacarnya. Semoga itu berjalan dengan yang sudah Gio rencanakan.

Kinan menggigit bibir bawahnya. "Tapi kalo Gio jadi beneran suka sama Sandra gimana?" Suaranya pelan. Tidak ada yang Kinan takutkan selain itu. Selain Gio menyukai orang lain.

"Gue sukanya sama lo, Kinan. Udah jangan dipikirin. Sekarang yang harus lo pikirin kita mau makan apa?"

Kinan memilih untuk tidak menyahuti pertanyaan Gio dan mengeluarkan ponselnya dari saku seragam. Memainkan game bagaimana menyamakan gambar-gambar buah.

Dan usapan di kepalanya kini Kinan rasakan. Lalu turun ke pundaknya. "Jangan ngambek dong, Ki. Lo mau terus di deket gue gak? Kalo iya, nurut sama gue. Gak ada yang perlu dikhawatirin gue bakalan suka sama orang lain."

"Kalo bohong, Kinan yang gak ketemu sama Gio lagi."

"Beneran emangnya lo mau kayak gitu?" tanya Gio jail.

"Enggak lah! Ish. Buat Kinan kesel aja sih. Tuh kan Kinan kalah."

"Nanti gue yang mainin. Gue udah jago."

"Buat sampe level 100. Gak mau tau!"

Tidak pernah Gio duga, Kinan malah menelponnya. Di jam satu lewat begini. Kinan kenapa belum tidur juga sih? Gio mau tidak mau menerima panggilan Kinan itu.

"Kok tumben belom tidur, Ki?"

"Kinan boleh ketemu sama Gio sekarang?" Dengan pelannya Kinan bertanya seperti itu. Gio mengetuk-ngetukkan jemarinya pada kemudi. Pandangannya lurus ke depan sana.

"Kinan emangnya gak ngantuk?" Gio memberikan Kinan pertanyaan lain.

Kinan terdengar menghela napas jengkel. "Kak Rama ngasih tau Kinan kalo Gio malem ini balapannya! Kenapa gak bilang sama Kinan sih? Pulang aja ya, Gio?"

Rama? Gio langsung mengalihkan pandangannya ke segala penjuru. Rama sudah memberitahukan Kinan dan pastinya akan menceritakan pada Kinan lebih detailnya jika memang benar-benar Gio menuruti perkataan Sean itu. Gio mendengus. "Iya, sebentar lagi gue pulang sama Pororo nih."

"Jahat banget gak bilang-bilang Kinan kalo Pororo ada di Gio. Pokoknya anterin Pororonya sekarang!"

Gio memilih diam. Dan Kinan kembali berujar,

"Gio, pulang aja ya? Nanti Kinan yang bilang baik-baik sama Kak Sean kalo Gio gak mau balapan lagi. Kinan yang sekarang takut Gio yang kenapa-kenapa. Nanti Gio diomelin Mamah Anneth lho."

Tetapi, Gio mana bisa kabur jika sudah berada di lingkaran yang harus Gio selesaikan? Gio membuka pintu mobilnya dan keluar dari sana. Berjalan mendekat ke arah Sean yang sudah menunggunya. Duduk di atas kap mobil sedan hitam, persis seperti yang pernah ia pakai dan merenggut nyawa Juli.

"Lo gak akan menang lawan Matthew." Itu suara Abra. Tidak ada tatapan meremehkan. Ia hanya memberitahukan Gio apa yang akan dihadapinya.

Sean melempar kunci mobil itu pada Gio dan ditangkap Gio dengan baik. Sean tersenyum lalu menepuk pundak Gio dua kali. "Jangan dengerin si Abra, Yo. Lo harus dapetin mobil yang gue pengen, oke?"

Gio memilih untuk tidak menyahut dan bersandar pada pintu mobil di belakangnya. Melihat dari sudut matanya ada Flora di sana. Oh sekarang Rama malah mengajak pacarnya. Gio juga melihat Abby yang sedang berbicara pada Rama. Terlihat marah.

Pandangannya lalu teralih pada kunci mobil yang sekarang Gio pegang. Dan di hari itu Gio tahu ada banyak hal yang akan Gio hadapi karena dia tidak berhasil mendapatkan apa yang Sean mau.

Iya, Gio kalah.

Gio kalah ternyata;( ngamuk deh nanti tuh anak hm..

Suka gak flashback Kinan-Gio? Wkwkwkw

Sengaja buat Kinan-Gio gak ketemu dulu. Biar kangen aja gitu nanti lol

Next part ada yang..............

Lanjut gais?

Eh ya, readernya lines udah baca cerita aku yang lain belum?🙈🙈🙈

Aku buat cerita baru, kalo mau mampir boleh banget. Siapa tau suka ye kan eheheh

Sory typo

Besok masuk, liburannya udah abis dong😭😭

🚭🚭🚭🚭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro