Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

in my blood

Bagian 13 |
afraid to be alone again

Maaf ya baru up, aku stuck banget;(
Kangen gak? Kangen siapa nih?

Vote-komen lagi yaaa✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

Kinan meletakkan tas ranselnya ke atas meja setelah Kinan membereskan peralatan belajarnya itu. Dua puluh menit yang lalu Pertiwi membunyikan bel pulang sekolah, tetapi Kinan belum ingin meninggalkan kelasnya ini. Salah satu alasannya laki-laki yang sering mengantar-jemput Kinan belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Di kelas Kinan saat ini masih ada lima murid juga yang belum ingin pulang. Lalu, Kinan melangkahkan kakinya ke luar kelas dan berdiri di depan pagar pembatas.

Kedua tangan Kinan terangkat untuk memegang pagar besi. Kinan agak meringis pelan saat melakukan pergerakkan itu dan mata Kinan kini memperhatikan masih banyaknya murid-murid di bawah sana. Kemudian, pandangannya Kinan alihkan ke arah kirinya. Di sana—lebih tepatnya di parkiran, entah keberuntungan atau apa, terlihatlah seseorang yang berhasil mengganggu pikiran Kinan akhir-akhir ini; Dean.

Senior Kinan itu sedang berkumpul bersama teman-temannya yang lain. Kinan masih mengamati Dean di bawah sana, bersandar pada pintu mobilnya. Mengatakan entah apa kepada Geraldi di depannya. Sesekali merapikan rambutnya dengan jari-jarinya itu. Sesekali juga mengembuskan asap abu-abu dari mulutnya. Dan yang terakhir, kepala Dean mendongak, menemukan Kinan. Mata mereka bersirobok. Kinan mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.

Lalu tak lama Dean merogoh saku hoodie-nya. Kinan juga melihat Dean memainkan ponselnya itu. Dan yang Kinan rasakan, ponselnya bergetar.

Kak Dean : Pulang bareng sama gue?
Read. 15.37 pm.

Setelah membaca pesan singkat itu, mata Kinan melihat ke arah Dean yang sudah lebih dulu memperhatikan ke arahnya. Kinan menggigit bibir bawahnya menahan senyuman lebar yang sebentar lagi akan Kinan perlihatkan. Apa sebenarnya Dean tahu apa yang sedang Kinan rasakan? Apa sebenarnya Dean tahu arti dari senyum Kinan yang dengan mudahnya Kinan perlihatkan untuknya? Apa sebenarnya Dean tahu?

Kak Dean : Apa?
Read. 15.39 pm.

Kinan : Mauuuu.
Tungguin. Kinan mau ke bawah
Send. 15.40 pm.

Barulah senyum lebar yang dari tadi Kinan tahan akhirnya terlihat juga. Semudah itu. Secepat itu.

Dan yang Kinan lakukan adalah berbalik untuk mengambil tasnya. Berpamitan dengan teman-teman di kelasnya juga. Kemudian berjalan menuju ke arah parkiran dengan bayangan-bayangan yang ingin sekali Kinan lenyapkan. Tidak. Dean hanya ingin berbuat baik padanya. Tekan Kinan dalam hati.

Meskipun Kinan sebenarnya tidak boleh berpikir terlalu jauh. Jauh hingga Kinan kira, dirinya hanya akan berada di permukaan yang masih saja terasa mengganjal. Maka, Kinan berusaha untuk menyingkirkan perasaan itu. Lalu, memangnya bagaimana dengan Dean?

Bagaimana dengan Seniornya yang selalu ada di dekat Kinan? Selalu ingin berusaha melindungi Kinan? Selalu bisa membuat degupan jantung Kinan terasa cepat?

Bagaimana?

"Waah ada apa gerangan Kinan dateng ke sini?"

Suara Reksha yang pertama Kinan dengar setelah dirinya sudah berada di parkiran. Teman-teman Dean yang lain mengeluarkan senyumannya menyambut Kinan, kecuali Gerald—tentu saja. Dengan senyum malu-malu, Kinan menjawab, "Kinan mau ketemu sama Kak Dean." Setelah mengatakan itu, Kinan mendekat ke arah Dean yang masih bersandar pada pintu mobilnya.

"Iya juga. Gak mungkin mau ketemu Kak Angga kan, Nan?" Reksha mengeluarkan suaranya lagi yang direspons Angga dengan mengangkat jari tengahnya.

Kinan langsung melihat ke arah Angga yang sedang duduk di samping Geraldi itu. Lalu, senyum lebar Kinan terlihat. Kinan mengingat sesuatu. "Kak Angga yang suka sama Sherly kan ya? Di kantin tadi Kinan liat Kak Angga godain Sherly, tapi Sherly-nya malah keliatan b aja. Maaf ya Kak Angga, Kinan sana Ola tadi ketawa."

Lalu, terdengarlah suara tawa kencang dari Reksha. "Monkey! Ahahahhah. Bener gitu, Nyet?"

Angga mendengus. Ia melihat ke arah Kinan juga. "Nggak usah dijelasin banget kali, Nan. Makin ngenes aja gue keliatannya. Udah ah gue balik duluan."

"Kak Angga, jangan marah dong. Kan tadi Kinan udah minta maaf." Suara Kinan, Kinan buat semenyesal mungkin.

Reksha masih saja tertawa.

Dan yang Kinan lakukan sekarang ialah memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Dean sepenuhnya. Berjinjit juga seraya berpegangan pada bahu Dean, dan membisikkan Dean sesuatu di sana. "Kak Dean, pulangnya nanti aja. Kinan mau makan di kantin dulu. Kak Dean, temenin Kinan ya?"

...

"Inget ini ya, lo bakalan aman sama gue."

Kinan memperhatikan Dean yang sekarang sudah duduk di depannya sambil menerka-nerka ucapan Dean tadi pagi. Mereka saat ini telah berada di kantin. Kinan masih belum mengerti, maksudnya aman dari apa? Aman dari siapa? Di dekat Dean, banyak sekali pertanyaan yang muncul di otaknya. Kinan jadi bingung sendiri.

"Nan, lo jadi makan? Ngelamun terus." Setelah mengatakan itu, Dean dengan jailnya menarik ujung rambut Kinan di depannya. Sebenarnya dari pertama duduk di bangku kantin lantai satu ini hingga makanan—Ayam Bakar Madu, yang Kinan pesan sudah berada di atas meja, Dean sudah memperhatikan Kinan.

Kinan yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Kinan yang mengkerutkan keningnya beberapa detik. Kinan yang seperti ingin bertanya pada Dean, tetapi Kinan urungkan. Kinan yang meringis saat lengan kirinya tak sengaja dia pegang.

Dean mengubah posisi duduknya hingga senyaman mungkin. Mengamati Kinan di depannya itu. "Ada apaan?" Suaranya, Dean buka kembali.

Kepala Kinan menggeleng pelan. "Kak Dean, mau makan juga gak?" Dan yang dilakukan Kinan demi mengakhiri pembicaraan yang Dean mulai adalah menawari Dean makan. Kinan mengigit bibir bawahnya saat melihat Dean malah diam saja masih dengan pandangan yang sama sekali belum Dean alihkan ke mana-mana selain Kinan.

Kemudian, Dean berdeham pelan. Dean sadar, seharusnya Dean tidak perlu terlalu menuntut begini. Kinan yang tidak ingin terbuka padanya—saat kenyaataannya Dean juga justru seperti itu, membuat diri Dean terlihat begitu egois. Maka, Dean memaklumi jika Kinan belum mau bercerita padanya.

Karena saat seseorang ingin terbuka pada diri kita, bukannya harus ada kepercayaan di dalamnya?

Dan Dean tahu apa jawabannya sekarang.

"Gue gak laper. Lo makan aja, gue tungguin di sini." Lalu, Dean bangkit dari bangku menuju stan minuman untuk membeli soft drink dan kembali duduk di hadapan Kinan yang kini sudah mulai menyuapkan makanannya itu ke dalam mulutnya.

"Kak Dean, udah tau belum Kinan juga suka ayam bakar madu?" tanya Kinan dengan senyum yang kini kembali menghiasi wajahnya.

Dean ingin sekali mengatakan kepada Kinan untuk selalu menampilkan senyumannya itu. Dean suka melihatnya. Alis Dean terangkat sebelah, mulai tertarik dengan topik pembicaraan baru ini. "Lo suka.. banget?" Dean bertanya balik dan membuka penutup di kaleng soft drink yang ia pegang itu, kemudian menegaknya.

"Yep. Makanan kedua favorit Kinan setelah pasta buatan Kak Dean." Senyum Kinan terlihat agak lebar saat mengatakan itu.

"Oh ya?"

Kepala Kinan menggangguk dua kali. "Ayam bakar madu-nya Ayah Kinan masih ada di posisi pertama pokoknya."

"Kenapa malah lo makan di sini? Kenapa gak sekalian makan di rumah aja?"

Diberi pertanyaan seperti itu, Kinan sebisa mungkin menyembunyikan raut wajah sedihnya. Kinan terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Ayah Kinan gak pulang hari ini, jadi gak bisa masak buat Kinan." Kinan ingat pagi-pagi sekali Adam masuk ke kamarnya, saat itu Kinan masih tertidur. Lalu membangunkannya, memeluk Kinan dan mengatakan bahwa hari ini Adam tidak bisa pulang ke rumah karena harus keluar kota. Kinan hanya mengangguk.

"Biasanya kalo gak ada ayah di rumah Kinan selalu ditemenin sama Oma, terus Oma selalu masakin Kinan semua makanan yang Kinan suka. Tapi sekarang udah beda banget pas Oma udah jauh dari Kinan," lanjutnya.

Dean di depannya, menghela napas pelan. Dean tahu rasanya jauh dari orangtua. Dean tahu rasanya ditinggal oleh orang yang disayang. "Jadi, lo sendirian di rumah sampe besok?" Dean memberikan pertanyaan baru.

Arah mata Kinan tertuju kepada Dean lagi. Kepalanya menggeleng, tak lupa Kinan selipkan senyum tipis di sana. "Kinan nggak sendirian kan ada Pororo."

Dean manggut-manggut. "Terus kenapa belum pulang?"

"Nungguin Kak Dean buat ngajakin Kinan pulang bareng."

Mendengar jawaban itu, Dean lagi-lagi mengangkat sebelah alisnya. "Beneran?"

"Boong deng." Kinan meralat jawabannya disertai tawanya sekarang. "Kak Rama dari tadi belum bales chat Kinan. Yaudah Kinan tungguin."

Oh.

Dean memutar kaleng soft drink-nya itu di atas meja, pandangannya juga ke arah sana. Dari banyaknya ucapan Kinan ada satu yang dengan bisanya membuat Dean terdiam agak lama. Hingga suara Kinan di depannya berhasil membuyarkan lamunannya.

"Kak Dean, Kinan udah selesai nih. Pulang sekarang yuk!"

...

"Kinan."

Kinan yang sedang membuka seatbellt-nya itu, menoleh ke arah Dean di sampingnya. Mobil Dean sudah berada di depan pagar rumah Kinan. "Apa?"

"Lo punya kotak P3K atau alkohol? Obat merah?" Dean sudah menghadap ke arah Kinan sepenuhnya.

Merespons pertanyaan Dean barusan, kepala Kinan mengangguk pelan. Bingung juga sebenarnya ketika Dean bertanya seperti itu. "Ada di kamar Kinan. Kak Dean, mau ngapain?" Kinan bertanya lagi.

Setelah Kinan mengatakan itu, Dean langsung turun dari mobilnya. Berjalan memutar juga untuk membuka pintu di samping Kinan. Hingga mereka masuk ke dalam rumah Kinan pun, Dean masih berada di sampingnya. Dean menarik lengan kanan Kinan pelan. Kinan menghentikan langkah kakinya.

"Kamar lo yang mana?"

Kinan semakin mengernyitkan dahinya. "Di lantai dua, kamar paling pojok. Ada nama Kinan kok di depan pintunya."

Dan yang Dean lakukan kini adalah menaikki anak tangga. Berjalan menuju ke arah kamar Kinan seperti yang Kinan katakan. Kinan dengan tidak terburu-buru melangkahkan kakinya juga ke dalam kamarnya. Meletakkan ranselnya ke atas meja belajar, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke tepi tempat tidurnya yang nyaman. Dan terlihatlah Dean yang baru keluar dari pintu kamar mandi, membawa kotak obat di tangannya. "Itu buat siapa, Kak Dean?"

"Buat lo. Sini gue liat tangan lo." Dean ikut duduk di samping Kinan dan membawa tangan kiri Kinan mendekat ke arahnya. Menaikkan sedikit lengan seragam Kinan hingga terlihatlah segaris luka di sana dengan darah yang sudah mengering. Benar ternyata dugaan Dean. Ternyata itu alasan mengapa Kinan terlihat agak kesakitan saat dia menyentuh lengan kirinya.

Dan Kinan di hadapan Dean sekarang tidak mengira sebelumnya bahwa Dean mengetahui lukanya juga. Padahal Kinan sudah berusaha menutupi itu. Hanya luka kecil kok.

"Berenti kenapa sih, Nan buat ngelakuin hal ekstrim terus." Dean sedang membersihkan luka Kinan itu. Yang paling masih Dean ingat; kepala Kinan terbentur jendela di kelasnya. Dan yang pasti luka di lengannya sekarang tidak jauh-jauh dari hal konyol yang Kinan lakukan.

Kinan tidak berani melihat ke arah lengannya. Maka, Kinan memperhatikan wajah Dean di hadapannya itu dan sesekali meringis pelan. "Istirahat tadi Kinan main kejar-kejaran doang kok sama Ola terus Kinan baru sadar Kinan kena besi di deket pintu kelas. Jadi, gitu deh."

Tuh kan!

Mata Dean beralih ke arah Kinan sebentar dengan pandangan tidak percaya. Lalu, kembali membersihkan luka Kinan itu. "Main kejar-kejaran kayak anak kecil aja," sindir Dean dengan begitu jelas. Tidak habis pikir juga, Kinan dan temannya melakukan hal itu hingga berakhir melukai dirinya sendiri.

"Kinan mana tau sih ada besi tajem di pintu." Suara Kinan sudah terdengar bergetar sekarang. Membayangkan darah membuat Kinan merasa agak takut. Masalahnya juga saat melihat darah, kilasan-kilasan yang membuat Kinan menjadi takut seperti ini kembali terngiang.

Dean menjauhkan kotak putih dari tangannya dan Dean letakkan di atas nakas. Menurunkan lengan seragam Kinan juga, lalu memperhatikan Kinan di depannya yang saat ini terlihat menundukkan kepalanya. "Hei, gue udah selesai kok," ujar Dean selembut mungkin. Sindiran Dean tadi terlalu kasar ya sampai membuat Kinan begini? Itu yang Dean pikirkan sekarang.

Tetapi Dean langsung mengembuskan napas leganya saat mendengar suara Kinan lagi.

"Makasih ya, Kak Dean." Ucapan Kinan terdengar tulus. Dirinya masih saja menunduk. Selain banyak hal yang Kinan sukai, banyak pula sesuatu yang Kinan takuti. Kinan benci merasa seperti ini. Terlebih seseorang yang Kinan harapkan tidak ada di sampingnya.

Dan yang Kinan tahu Dean membawa tangannya ke sisi wajah Kinan perlahan, Kinan juga merasakan sentuhan di pipinya itu hingga menyentuh telinganya juga. Kinan memegang tangan Dean yang berada di sisi wajahnya. "It's okay, Nan." Kemudian terdengarlah suara Dean lagi. Kinan mengangguk perlahan.

"Kinan baik-baik aja kok."

Dean menganggukkan kepalanya juga, mengerti. "Iya, lo baik-baik aja. Kinan selalu baik-baik aja."

"Kinan cuma takut sama darah aja, jadi Kinan kayak gini." Padahal ada lagi yang membuatnya seperti itu, tetapi Kinan lebih memilih mengungkapkan hal lain.

"Mmh-mm. Gue tau. Mau gue peluk?" Dean mengusapkan lagi ibu jarinya itu di pipi Kinan. Masih tidak percaya juga apa yang baru saja Dean katakan.

Kinan membuka kedua matanya perlahan dan menggeleng pelan. "Nggak."

Mendengar itu, Dean memilih menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Kinan dengan jelas. "Oke, nggak?" tanyanya lagi.

Kinan dengan senyum malu-malunya menggelengkan kepalanya kembali. "Iya, enggak." Dan tangan satunya sudah meremas sisi seragam Dean. Erat. Seperti tidak ingin Dean menjauh dari dirinya.

Seakan tahu, Dean mendekat ke arah Kinan lagi. Membuat jarak mereka menipis dan Dean bertanya, "Iya atau enggak?"

Barulah, Kinan mendongak juga. Melihat mata Dean di hadapannya. Lalu, Kinan memajukan wajahnya dan berbisik di telinga kiri Dean. "Iya, Kak Dean."

Sore itu, di kamar Kinan yang dingin. Dean mendekap Kinan hangat. Dan itu juga pelukan pertama mereka. Begitu hangat sampai ke dalam dadanya.

Part full Kinan-Dean teroos. Suka gak? Wkwkwk

Menurut kalian Kinan suka gak sih sama Dean?🙈🙈

Dean juga suka gak ya sama Kinan? Hm hm

Dipart ini juga aku selipin kode gais, jangan sampe lolos tuh ehe

Jadi, gimana sama Kinan di part ini?

Dean?

Yang mau request untuk part selanjutnya boleh kok ((: kali aja bisa aku bikinin wkwk

Met malming all✨✨

[ Dean ]

[ Kinan yang lagi bingung nich ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro