Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

i swear i'll never leave again

Bagian 48 |
I'd give it all to go back

Happy new year🎉🎉
Apa keinginanmu di 2020?

Vote dan komen lagi yaw✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Ki."

Gio baru saja membuka pintu kamarnya dan melihat Kinan yang sudah berada di dalam sana—duduk di lantai dengan bersandar pada tempat tidur Gio, membelakangi dirinya. Masih mengenakan seragam sekolah. Gio menghela napas pelan dan berjalan mendekat. Duduk di samping Kinan yang kini sedang tersenyum ke arahnya. Gio membalasnya dengan senyum singkat.

Dan belum sempat Gio keluarkan pertanyaan untuk Kinan, Kinan yang lebih dulu bertanya, "Gio, tadi main dulu ya?"

Dengan anggukkan kepala, Gio menjawab, "Iya." Atau lebih tepatnya bermain ke tempat yang tak pernah ingin Gio datangi lagi. Sean memaksa, Gio menurut. Malam ini di jam tujuh lewat di dekat Kinan, Gio mati-matian menahan semua yang ingin Gio keluarkan saat dirinya sudah sampai di kamarnya. Kinan tidak boleh melihat Gio kalap... iya, 'kan?

Semua keberanian yang Kinan kumpulkan berhasil membuat tangan kanannya mendekat ke arah Gio. Menyisir rambut Gio yang jatuh ke dahi. "Sampe berantakkan banget gini—"

"Pulang sekolah tadi sama siapa?" Raut wajah kekhawatiran Gio tidak bisa ditutupi lagi. Terlihat begitu jelas. Gio tidak dapat memerhatikan Kinan lebih lama karena Sean sudah menunggu dirinya.

Kinan yang merasa masih diperhatikan oleh Gio karena pertanyaannya tadi, menyembunyikan senyumannya. Tangannya turun. "Dijemput sama Ayah. Terus pulangnya Kinan bikin cookies gitu. Saking senengnya mau anterin Gio ini, Kinan jadi gak ganti seragam. Nih cookies-nya! Ada yang bentuk kura-kura juga."

Tangan Gio menerima tempat makan transparan yang Kinan berikan padanya. Dirinya merasa lega sekarang. Sudah mengetahui Kinan tidak apa-apa. Mengetahui Kinan juga terlihat begitu senang. Gio mengamati Kinan kembali. "Thanks, Ki. Nanti gue makan. Lo ke sini sama siapa?" Dan mengambil tangan Kinan yang bebas untuk Gio genggam erat-erat.

"Siapa lagi kalo bukan abang gojek? Eh ya, Gio harus tau tadi abangnya baik banget sama Kinan, karena abangnya udah baik jadi Kinan kasih abangnya cookies yang Kinan buat dua."

Gio melihat Kinan yang sedang bercerita padanya dengan mata bulatnya yang agak melebar. Lucu. "Lo ngasih abangnya cuma dua aja?" Bahkan karena melihat wajah Kinan seakan Gio lupa kekesalannya beberapa menit lalu. Bagaimana jika Kinan tidak ada di dekatnya? Gio pasti sudah menghancurkan barang-barang di kamarnya tadi.

Kepala Kinan mengangguk. Membuat poninya ikut bergoyang. "Kalo kebanyakan nanti Gio cuma makan dikit. Ini kan Kinan bikin buat Gio. Semoga Gio suka ya!"

Melihat senyum lebar Kinan, Gio tidak bisa menahan untuk tidak mencium pipi gadis itu. Menjatuhkan kepalanya pada bahu Kinan dan sesekali mengecup garis rahang wajah Kinan. Kemudian, tatapannya mengarah pada balkon kamarnya di depan sana. Dan merasakan tangan mungil Kinan memeluk lehernya. "Gue mau cerita sama lo, Ki."

Kinan menundukkan kepalanya untuk dapat dengan jelas melihat wajah Gio itu. "Apa tuh?" Hal yang benar-benar Kinan tunggu dari Gio; menceritakan apa yang Gio alami. Gio rasakan.

"Tapi nanti abis lo mandi terus kita makan. Gue tau lo laper."

Ketika dirasakannya Gio akan menjauh dari dirinya, Kinan mengeratkan pelukannya itu. "Jangan bergerak, Gio!" Nadanya tahu-tahu sudah terdengar kesal.

Gio memperlihatkan senyum lebarnya. "Kenapa sih?"

"Mau kayak gini dulu di deket Gio. Sebentar ajaaaa."

Jika Gio bisa melihat wajah Kinan sekarang, Kinan sedang cemberut. Masalahnya detik ini mood Gio sedang bagus. Kinan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan juga. Sebenarnya saat melihat Gio muncul, Kinan sudah punya firasat bahwa dirinya akan diusir oleh Gio. Wajah Gio terlihat kesal sih!

Tetapi... untung saja tidak ada adegan seperti itu. Kinan menggerakkan kepalanya agar terasa nyaman di posisi seperti ini. Gio diam, Kinan ikut diam juga. Tangan Kinan mulai terangkat lagi, mengusap belakang kepala Gio hingga ke punggung laki-laki itu berkali-kali.

"Udah lo pikirin omongan gue kemaren?"

Kinan menggigit bibir bawahnya. "Ngapain mikirin omongan kayak gitu!"

Kekehan Gio terdengar. "Kalo gue bisa gue bakalan bawa lo pergi yang jauh kayaknya."

Dan Gio yang lebih dulu bangkit. Dengan satu tangannya yang ia ulurkan di depan Kinan. Membantu Kinan untuk berdiri diterima baik oleh gadis itu.

"Gio, Kinan gak bawa baju ganti. Kinan gak usah mandi ya? Gio cerita sekarang aja ya? Ya? Ya?" Dengan kedua tangannya yang memegang tangan Gio erat-erat, Kinan berujar. Tatapan memohonnya juga Kinan keluarkan.

Respons Gio adalah gelengan kepala. "Lo buka lemari gue, terus pilih baju yang lo suka. Gue juga mau mandi di lantai bawah, oke?" Tidak menunggu jawaban Kinan, Gio langsung keluar dari kamarnya setelah membawa baju ganti.

"Ish!" Kinan melihat kepergian Gio dengan pandangan sewotnya. Pasti Gio tidak tahu betapa inginnya Kinan mendengar cerita Gio itu. Karena juga Kinan lelah bertanya-tanya sendiri pada dirinya; Gio kenapa? Kenapa Gio beda dari biasanya?

Untuk seseorang yang sudah cukup lama bersama dengan Kinan, Kinan tahu apa yang berbeda dengan Gio.

Kinan memilih untuk berendam sebentar di bathtub. Memejamkan kedua matanya sebelum akhirnya memenggelamkan dirinya ke dalam air. Jika berada di dekat Dean membuat Gio sakit, bagaimana dengan Kinan yang juga sakit saat menjauh dari Dean? Pikiran yang terlintas itu berhasil membuat Kinan mengangkat kepalanya ke permukaan. Napasnya tersengal. Diusap wajah memerahnya berkali-kali.

Egois.

Banyak menuntut.

Tidak ingin terluka.

Membuat orang lain menderita.

Definisi seorang Kinan. Kinan ingin merasakan bagaimana rasanya baik-baik saja. Kinan mau merasakan bagaimana di dekat Oma Shellyn selamanya. Kinan menginginkan Ayah terus ada bersamanya. Kinan ingin Bundanya memperlakukan Kinan dengan baik.

Jika permohonan Kinan itu sangat sulit untuk terwujud, jadi bisa tidak Kinan menghilangkan segala beban di pundaknya?

Kinan mau Gio baik-baik saja, tetapi Kinan juga tidak ingin meninggalkan hal yang membuat Gio terpuruk. Kinan tidak ingin juga memilih, karena Kinan akui dirinya begitu bodoh sudah menciptakan satu garis yang salah.

Cara menghapusnya bagaimana?

Meninggalkan semuanya kah?

Kinan mengangkat tangannya. Kulit di jari-jarinya mengerut. Kinan memilih untuk menyudahi acara berendamnya. Dan membersihkan dirinya dengan air yang terasa begitu dingin di kulitnya.

Dan yang Kinan rasakan saat sudah mengenakan hoodie Gio yang tentu saja kebesaran di tubuhnya ialah menggigil. Satu, karena Kinan mandi dengan air dingin dan dua, karena malam ini ternyata hujan. Kinan menbuka gorden di jendela Gio dan hujan terlihat sudah turun dengan derasnya.

"Kinan tadi lupa, Kinan ke sini juga mau ngambil iket rambut Kinan." Telunjuk Kinan mengarah pada pergerlangan tangan Gio. Itu ikat rambut favorit Kinan sebenarnya. Kinan menyusul Gio yang terlihat berdiam diri di depan meja bar dapur.

Gio melepaskan ikat rambut hitam itu, memberikannya pada Kinan yang sudah berdiri di depannya. Rambut panjangnya terlihat basah.

"Kita makan apa, Gio?" Seraya memasangkan ikat rambut di pergelangan tangannya, Kinan bertanya.

"Mm, sebenernya—"

"Gio, liat deh Kinan menggigil!" Bibir Kinan bergetar, tubuhnya juga. Ditambah Kinan malah memakai rok pendeknya.

Kedua sudut bibir Gio terangkat perlahan. Dirinya mendekat ke arah Kinan. Terkekeh pelan juga setelah mencapai Kinan, membawa Kinan ke dekapannya. "Sori-sori gue ketawa. Kenapa gak mandi pake aer anget aja sih tadi?" Alasan Gio tertawa ya karena Kinan terlihat lucu di matanya.

"Tadi tuh.. Kinan. Gio, ngapain sih nempelin pipi Gio ke pipi Kinan?"

Gio memang melakukan itu. Pipi Kinan dingin. "Ki, tadi gue sok-sok an mau masak, tapi ternyata gue gak bisa. Lo aja yang masak ya? Nasi goreng juga gak kenapa-kenapa kok."

Kini gantian Kinan yang tertawa. "Jadi, tadi Gio bengong karena mikirin gak bisa masak?"

Mendengar itu, Gio menjauh dari Kinan. Menyandarkan tubuhnya pada meja. Menganggukkan kepalanya juga.

"Oke, Kinan masak nasi goreng. Abis itu tapi gak ada acara kalo Gio lupa mau cerita apa sama Kinan. Janji?" Kinan mengulurkan jari kelingkingnya di hadapan Gio.

Gio mengernyit.

"Pinky swear?"

Menyetujui itu, Gio mengaitkan jari kelingkingnya juga. "Pinky swear."

...

"Jadi, apa?" Kinan menggerakkan kakinya. Memerhatikan Gio yang baru saja menutup pintu lemari pendingin. Kinan kini sedang duduk di atas counter seraya menggigit sendok kecil yang berlumuran cokelat itu ke dalam mulutnya. Enak banget!

Gio berdiri di sebelah Kinan, menegak air mineral dingin yang tadi ia ambil. Lalu, meletakkan botolnya di samping Kinan. Senyumnya terlihat.

Kinan mengernyit. Meletakkan punggung tangannya pada dahi Gio. "Ngapain sih, Gio senyam-senyum sendiri?" Kinan ikut tersenyum juga.

"Lo makan cokelat belepotan banget kayak keponakan gue."

Dan Kinan tidak tahu harus melakukan apa ketika dirasakannya bibir Gio sudah berada di ujung bibirnya. Menghapus sisa cokelat yang tertinggal di sana. Jika sudah begini Kinan mau tidak mau membuat Gio berpikir yang lain lagi tentang dirinya. Kinan mendorong dada Gio pelan, tapi kali ini Gio tetap memperlihatkan senyumannya. Tidak ada tatapan kecewanya.

"Jangan ngelakuin itu lagi ya, Gio?"

Sebelum Gio akan bertanya kenapa, Kinan sudah menjawabnya terlebih dahulu. "Kinan deg-deg an. Banget." Setelah itu Kinan menggigit bibir bawahnya. Meletakkan sendok kecil itu ke dalam jar penuh cokelat.

"Beneran karena itu?" Gio bertanya, memastikan.

"Mhmm."

"Bukan karena yang lain?" tanya Gio lagi.

Kinan menahan senyumannya dan menggeleng pelan. Mengangkat kedua tangannya dan memeluk leher Gio. Menyembunyikan senyumnya di sana. "Ayo cepetan Gio ceritaaaaa."

"Iya, nih gue mau cerita." Pelan-pelan, kedua tangan Gio menyelusup ke dalam hoodie putih yang Kinan kenakan. Permukaan kulit Kinan terasa hangat di telapak tangannya yang sudah bergerak perlahan menelusuri punggung Kinan. Lalu, turun lagi ke pinggang gadis itu.

Kinan menahan napasnya. "Mamah Anneth ke mana?" Kinan pikir setelah bertanya seperti itu, Gio akan menghentikan aksinya. Tetapi malah Gio semakin menjadi.

"Pergi. Besok.. baru balik." Gio menjawab. Tangannya sudah bergerak ke mana-mana begitu pun dengan bibirnya.

Kinan semakin pening. "Gio sendirian di rumah sampe besok?"

"Iya, Kinan. Gue nginep di rumah lo ya?" Gio tidak serius mengatakan itu.

"Tapi jangan sampe ketauan Ayah ya, Gio."

Sudut bibir Gio terangkat. "Kalo ada cowok yang ngomong kayak gitu, jangan di iya-in ya, Ki?" Kedua tangannya berhenti di atas paha Kinan.

"Cuma Gio yang pernah nginep di kamar Kinan."

Gio mengangkat kepalanya. Merapikan rambutnya terlebih dahulu. Menatap mata Kinan lurus-lurus. Lalu, mengusap tangan Kinan yang berada di lehernya. Entah sudah berapa kali di hari ini Gio memperlihatkan senyumannya. "Gue mau cerita sekarang. Jangan motong omongan gue sampe gue selesai ya, Ki?"

Kinan mengangguk.

"Tadi pulang sekolah gue nemuin Sean di tempat tongkrongan gue dulu. Ketemu temen lama gue juga yang gak pengen banget gue liat. Mereka ngejar-ngejar gue karena gue punya 'utang' sama Sean, Ki."

Kinan menurunkan kedua tangannya yang sekarang Kinan genggam erat-erat.

"Gue udah ngumpulin duit. Tabungan gue juga gue udah ambil buat gantiin mobil Sean yang rusak."

Dan saat Gio melihat Kinan ingin mengeluarkan suaranya, Gio menggeleng. "Sstt. Gue selesaiin dulu ya. Mobil Sean rusak karena dulu gue pake buat gue balapan. Lo inget pas ada kabar gue masuk RS? Iya, karena balapan itu."

Semoga Kinan tidak bertanya tentang Juli.

"Sean marah sama gue, Ki. Dia gak terima kalo mobil kesayangannya malah ancur karena gue. Gue bilang gue bakalan gantiin mobil dia. Kemaren tuh anak udah setuju tapi tadi malah si bangsat bilang dia mau gue gantiin mobil dia sama balapan satu kali lagi. Musuhnya bakalan ngasih Sean mobil yang Sean mau kalo gue menang. Anjing banget kan tuh anak?!" Gio tidak bisa menahan untuk berkata seperti itu di depan Kinan.

Fak! Fak! Fak!

"Gio, udah coba nolak?"

Kepala Gio mengangguk. "Gue gak mau lagi nyakitin orang yang gue sayang, Ki. Gue gak mau." Suara Gio sudah mulai serak.

Kinan tidak mengerti apa yang Gio maksud. "Kalo gitu, Gio gak usah dateng aja. Gio sama Kinan aja ya?"

Kalo aja gue bisa. Gio memilih untuk memeluk tubuh mungil Kinan terlebih dahulu sebelum akhirnya mengatakan,

"Ki, gue gak bisa nolak apa yang Sean minta. Lo jangan temuin gue dulu ya?"

...

Dean duduk seraya mengamati mobil sedan hitam di depannya. Malam ini Dean memustuskan untuk tidak ikut berkumpul dengan teman-temannya dan memilih untuk ke bengkel. Memerhatikan mobil itu. Lama. Seketika itu bayangan mengerikan itu berputar di kepalanya. Begitu saja.

Di antara banyaknya kesalahan yang Dean perbuat, ini yang paling fatal.

"Bisa kamu dengerin aku dulu? Sebentar aja."

"La, lo lagi mabok. Omongan lo ngelantur. Sini, biar gue aja yang nyetir."

"Aku gak mau pulang dulu, Dean. Lagian nanti aku pulang bareng Abby kok."

"Abby udah pulang sama Rama. Gue yang ngeliat sendiri tadi. Lo gak bisa boong. Masuk sekarang, La."

"Papa aku lagi pergi. Ini kesempatan aku juga bisa keluar malem kayak gini tau."

"Besok-besok perginya sama gue aja ya?"

"Dean—"

Brak!

Dean mengerjapkan matanya yang kini sudah memerah. Dean pernah bercerita pada Kinan bahwa dirinya mengalami kecelakan, iya itu semua terjadi begitu saja, bersama dengan Mikayla yang malah meninggalkan dirinya sendiri. Dean belum bisa untuk menceritakan detailnya pada Kinan meski pun Dean begitu ingin.

Dengan seseorang yang disayang, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi, 'kan?

Contohnya saja dengan Mikayla dulu. Dean tidak bisa langsung membuka diri dan ketika Dean mengatakan pada Mikayla kalau Dean sudah menyukai Kinan, Mikayla dengan pelan menggelengkan kepalanya. Dean hanya akan membuat Kinan bertanya-tanya tentang dirinya sedangkan Dean selalu berusaha menutupi.

Sebenarnya dari lubuk hatinya yang paling dalam, Mikayla tidak menyetujui itu. Mereka belum resmi berpisah. Tidak ada kata putus di antara mereka berdua juga.

Bagaimana Dean memberitahukan pada Mikayla, semuanya sudah tidak sama lagi berkat kepergian gadis itu juga?

Tangan Dean merogoh saku jaketnya. Langsung menghubungi Mikayla yang beruntungnya cepat diterima. Tanpa membalas sapaan dari gadis itu, Dean mengatakan, "Bisa lo ambil mobil lo sekarang, La? Gue tunggu di bengkel."

Dan sambungan terputus. Semoga Mikayla tidak menyadari suara serak Dean.

Mungkin dengan menjauhkan mobil itu dari dekatnya, Dean akan merasa lebih baik. Iya, mungkin saja saat kenyataannya bayangan itu masih melekat ke kepalanya. Dean tersenyum masam.

Karena Ibunya—Aubrey, orang yang sangat berpengaruh, mempunyai apa pun yang hanya tinggal bilang akan langsung ada, secepat itu berita kecelakaan yang Dean alami tidak terdengar lagi ke permukaan.

Tetapi Dean sendiri tidak tinggal diam. Dean mencari penyebabnya. Tidak mungkin ada mobil yang langsung menghantam mobil mereka. Dean menggelengkan kepalanya.

"Dean, hei."

Suara Mikayla tidak membuat Dean mengalihkan pandangan dari mobil di depannya itu. Mikayla berjalan mendekat. Ikut duduk di sebelah Dean dengan mata yang sudah memerah. Perlahan, Mikayla memeluk tubuh Dean itu. Dean tidak bereaksi apa-apa.

"La, bawa pergi mobilnya sekarang. Gue udah males banget ngeliatnya."

Mikayla mengangguk. "Kamu keinget lagi ya? Aku minta maaf banget karena udah ninggalin kamu."

Sebagai anak penurut, Mikayla hanya bisa menyetujui apa pun yang Papanya ucapkan. Meninggalkan Dean tanpa kabar bukan pilihannya.

"Gue udah gak mau ngeliat mobilnya lagi, La." Dean berujar.

Pelukan Mikayla mengerat. "Iya, nanti aku bawa mobilnya pergi, tapi kita tunggu—ah itu dia. Kinan, sini."

Mendengar nama itu disebut, Dean mengalihkan pandangannya. Melihat Kinan yang sudah berdiri di sana dengan tatapan yang sulit Dean baca.

Keras banget gais kodenya! Kuy lah tebak2an bakalan gimana konfliknya meuehehehe.

Gimana sama part ini?

Suka gak?

Keliatannya sih Gio-Kinan belum putus ya hm hm

Yep! Mikayla sama Kinan bakalan ketemu secara langsung nich.

Ayo pilih next part mau full

Gio-Kinan

Atau

Dean-Kinan?

SORI TYPO. SEKALI LAGI SPARKEL MENGUCAPKAN HAPPY NEW YEAR🎉🎉🎉

PADAHAL BELOM JAM 12 TAPI YAUDAH LAH YA WKWKWKW

YANG LAGI DI LUAR HAVE FUN YA DAN TETEP HATI2 GAIS✨✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro