Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

get to know you

Hai pembaca baru..
Vote dan komen kuy. Ramein lines ehe


Bagian 1 |
Dean Genta Prayoga

Udah siap baca part satunya?🙈🙈

Vote dan komen ya hehe
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Halaman lima puluh tujuh."

Kinan mengingat-ingat tugas Matematika yang Bu Nimas sampaikan padanya yang harus dikerjakan oleh anak kelas XI. IPA 4. Itu kelas Kinan. Bu Nimas berhalangan hadir di jam pertama setelah upacara dilaksanakan untuk menghadiri rapat. Dan saat ini dengan membawa teh hangat yang tinggal setengah gelas serta minyak kayu putih, Kinan memasuki UKS.

"Halaman lima puluh tujuh," kata Kinan sekali lagi. Belum sempat Kinan memasukkan kembali minyak kayu putih ke dalam rak—itu sudah dipakai oleh Flora temannya yang pingsan di Senin pagi ini, Kinan mendengar suara orang meringis.

Kinan jadi ikut meringis juga, lalu Kinan menyibakkan gorden biru yang menghubungkan bangkar satu dengan yang lain. Dan di sana lah Kinan tahu bahwa ada anak laki-laki yang berseragam sama dengannya sedang berbaring. SMA Pertiwi memang belum lama menyudahi upacara bendera. Beberapa menit lagi akan masuk pelajaran pertama juga.

Dengan langkah pelannya, Kinan menghampiri anak lelaki itu dan langsung terkesiap juga saat mata tajam laki-laki itu malah memperhatikan ke arah Kinan. "Lo petugas PMR ya?" Suara beratnya terdengar.

Kinan lantas menggeleng. Kinan bukan petugas PMR. Kinan saja belum memilih ia akan masuk ekstrakulikuler apa. Kinan kemudian mengalihkan pandangannya pada badge yang bertuliskan nama Dean G. Prayoga. Oh namanya Dean.

"Bisa pegangin ini?" tanya Dean. Tangannya menunjuk ke arah belakang kepalanya.

Kinan mau tidak mau menurut. Kasian juga sebenarnya. Tangan Kinan menekan sapu tangan biru di belakang kepala Dean. Sebetulnya Kinan sangat-sangat takut melihat darah. Kinan beralih menatap mata Dean. "Kinan gak kuat kalo ngeliat darah, kayaknya sebentar lagi Kinan bakalan pingsan." Dan omongan Kinan memang benar, Kinan tidak bohong sama sekali. Kinan sudah mulai lemas sekarang.

"Seharusnya gue yang pingsan di sini. Masa petugas PMR takut sama darah?"

Kepala Kinan menggeleng lagi. "Kinan bukan petugas PMR, kan tadi Kinan udah bilang." Sebisa mungkin Kinan mengalihkan pandangannya pada tangannya itu, pada belakang kepala Dean. Jika tidak, mungkin sekarang Kinan sudah pingsan.

"Jadi, nama lo Kinan?" Dean mencuri pandang ke arah badge gadis yang sedang melihat ke arahnya juga. Adrianna Kinandita. Dan memperhatikan wajah Kinan lagi. Dean baru menyadari, walaupun belum sempat memperkenalkan diri masing-masing tetapi ternyata dari tadi gadis itu telah menyebutkan namanya.

Kinan mengangguk. "Kak Dean senior Kinan ya? Apa kita sama-sama kelas sebelas?" Dan secepat itu juga Kinan melupakan bahwa ia akan pingsan sebentar lagi karena melihat darah yang di kepala Dean itu. Kinan kini memperhatikan netra abu-abu gelap milik Dean. Kinan baru sadar warnanya bagus.

"Gue senior lo," jawab Dean singkat.

"Berarti Kinan gak salah dong? Yaudah sekarang Kinan manggilnya Kak Dean aja. Jadi, kenapa Kak Dean sampe berdarah-darah kayak gini?" Kinan melihat ke arah tangannya kembali yang pasti sudah akan ada bercak darah Dean di sana. Kinan merasa lemas lagi.

Dean menarik tangan Kinan yang satunya. Kinan agak tersentak. Pergerakkan Dean tadi benar-benar tiba-tiba. Tangan dingin Dean sekarang berada di pergelangan tangannya. "Jangan bilang siapa-siapa dulu ya? Gue gak mau ada guru yang tau gue kayak gini, oke?" Alis Dean terangkat sebelah, menunggu jawaban Kinan.

Tatapan mata tajam Dean membuat Kinan menganggukkan kepalanya dua kali. Kinan memperhatikan wajah Dean, kali ini lebih lama. Kinan mengakui bahwa wajah Dean benar-benar menarik, Kinan saja sampai tidak ingin mengalihkan pandangannya ke mana-mana.

Lalu, setelah dirasakannya tangan Dean menjauh dari dirinya, Kinan mengerjap. "Terus sampe kapan nih Kinan kayak gini?" Maksud Kinan, mau sampai kapan dirinya memegangi sapu tangan di belakang kepala Dean.

Dean bergerak sedikit untuk lebih leluasa memandang Kinan yang sedang berdiri itu. "Tunggu temen gue dateng ya? Bentar lagi kok."

"Oke."

Kepala Dean mengangguk pelan. Hanya itu. Lalu, terlihat Dean memejamkan matanya.

"Kak Dean jangan pingsan dulu ya. Kinan bingung harus ngapain. Kita ngobrol aja dulu."

"Mhmm."

"Kak Dean gak mau nanya apa-apa gitu sama Kinan?"

Dean membuka matanya lagi. Ia memandang Kinan beberapa saat. Bibirnya membentuk garis tipis. Dean ingat sesuatu. "Gue baru inget, jadi elo ya yang ngempesin ban mobil gue?" Tidak salah lagi ini pasti Kinan yang dimaksud teman-temannya.

Mati. Kinan mengigit bibir bawahnya. Ternyata itu bukan mobilnya Gio, itu mobilnya Dean. Duh, Kinan salah dong. Kinan malu, takut juga. Bisa dipastikan Dean itu orangnya galak. Liat saja tatapan matanya. "Kinan cuma ngempesin mobil yang plat nomornya B 3452 JF aja kok."

"Lo inget nomor plat mobil gue?" tanya Dean. Suaranya sudah menunjukkan nada yang kesal.

Tuh kan!

"Iya, Kinan kan emang gampang inget sama sesuatu. Kemarin itu Kinan main Truth or Dare gitu sama temen-temen Kinan."

Dean menarik satu hal dari ucapan Kinan barusan. "Lo gampang inget sesuatu. Lo bisa terus-terusan inget itu?"

Terlihat kepala Kinan mengangguk, bangga. Dengan senyumannya juga Kinan perlihatkan. Entah kenapa semua kekesalan Dean kini menguar melihat wajah senang gadis bermata bulat itu. Dean ingin menyahuti lagi perkataan Kinan, namun setelah mendengar suara teman-temannya itu Dean langsung membatalkan niatnya.

"Makasih, Kinan."

Itu ucapan terakhir Dean kepadanya. Kinan buru-buru melangkahkan kakinya ke kelasnya. Kinan baru saja mencuci tangannya berkali-kali.

Beruntung Kinan tidak jadi pingsan.

Dan baru saja Kinan membuka pintu, anak-anak sekelas justru menyorakinya. Ada yang langsung pindah duduk di tempatnya masing-masing dengan jurus kaki seribunya. Ada yang menegakkan tubuhnya saat tadinya mereka tidur-tiduran.

"Kinan lain kali kalo mau buka pintu di ketuk dulu ya, Sayang."

"Kinan jangan lupa beri salam dulu dong. Kan gue ngiranya lo guru."

"Jangan ngagetin gitu bisa gak, Nan? Kan gue tadi lagi asik tidur."

Kinan lalu menutup pintu di belakangnya itu dan berjalan menuju depan kelas. "Maafin Kinan ya, temen-temen hehe." Tawa gugupnya, Kinan keluarkan.

"Oh iya, temen-temen semuanya, Kinan baru dapet info kalo Bu Nimas gak masuk kelas di jam pertama dan ada tugas yang harus dikumpulin hari ini juga ya. Buku paket matematika halaman 167."

Sebenernya si Kinan ingatannya beneran bagus lho itu karena ketemu Dean aja jadi begitu huhu

Gimana gaiss sama part satunyaa? Mau tau dong pendapat kalian ehhehe biar aku bisa memperbaiki di part2 selanjutnya.

Ngebosenin gak?

Mau lanjut baca gak?

Penasaran gak? Wkwkwkw

Aku tunggu yaa komentarnya meuehhehe

[ dean ]

[ kinan ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro