Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

Dalam bar yang penuh sesak dengan asap rokok yang mengepul di setiap sudut dan beberapa wajah yang tidak asing.

'Aku mengingatnya! Tempatku saat ini, suasanya, bahkan pakaian yang aku kenakan, semua sama persis!'

Suna menyisir sekitar dan apa yang ditangkap manik olive itu semakin meyakinkannya.

Menarik pandangan, manik itu kini tertuju pada alkohol di meja, menarik kembali alasan dirinya datang ketempat ini. Bukan untuk reuni dan mengenang masa lalu melainkan lari dari masalah. Berusaha melupakan semua masalah yang tengah mencengkeram dalam tiap tegukan alkohol.

"Halo semua...!" suara yang tidak asing memasuki pendengaran. Dengan susah payah dia berusaha menoleh untuk memastikan tapi, tubuhnya sama sekali tidak mau mengikuti perintah. "minuman yang biasa!"

Ada rasa ingin berlari dari tempanya, mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini membuat Suna takut tapi, tubuh itu sama sekali tidak merespons rasa takutnya dengan baik.

Selain dari tubuh yang tak lagi dapat di kendalikan, semua indranya bekerja dengan baik. Suara bising di sekitar pun dengan baik memasuki pendengaran.

Dan berkat kebisingan itu, tubuhnya merespons dengan meraih botol alkohol yang nyaris kosong dan berencana untuk membantingnya -berusaha menarik perhatian semua orang sebelum meminta semua mulut untuk diam.

Sayangnya rencana itu tidak berjalan mulus seperti pemikirannya. Hal itu memang menarik perhatian orang banyak tapi, hal buruk yang terjadi adalah ... botol itu tidak pecah di permukaan lantai.

Disaat tubuh tak lagi mematuhi perintah dan mata yang terbuka lebar serta pendengaran yang menangkap jeritan histeris, Suna berharap tidak pernah ada di tempat ini dan saat ini.

'Tidakkah membunuh orang yang sama untuk yang kedua kalinya terlalu mengerikan?'

Matanya terbuka lebar kala menangkap pemandangan mengerikan itu. Atsumu yang tengah meregang nyawa di antara genangan cairan merah masih bisa menatapnya sengit sebelum perlahan lahan kehilangan kesadaran.

Seakan menjadi pemicu, Suna akhirnya berhasil mengambil alih tubuhnya. "Atsumu!" tanpa pikir panjang dia bersimpuh di samping lelaki itu, tak lagi menghiraukan bau anyir darah yang menusuk.

Panik, dia tak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. 'Apakah sempat jika menunggu ambulance datang? Apakah jika menghentikan pendarahan di kepala dengan kain akan berhasil menyelamatkan nyawanya?'

"Atsumu bangun!" pekiknya nyaring. "gua gapernah ada niatan buat ngelakuin ini! Jangan bikin gua jadi pembunuh lu lagi!"

Seakan mendengar ucapannya, Atsumu dengan susah payah membuka mata dengan mulutnya yang berusaha mengucapkan sesuatu.

Suara bising di sekitar dan suara Atsumu yang terlalu lemah saat ini menyulitkan Suna mendengar kata yang keluar dari mulut temannya itu. Karna hal ini Suna memutuskan untuk sedikit mendekatkan wajahnya pada Atsumu.

"Sun..."

"...Na.."

"Su... na..."

"Suna!"

Yang di panggil segera membuka mata dengan susah payah. Matanya terlihat sayu dengan nyaris tidak ada kehidupan di sana.

(Y/n) yang berdiri di samping ranjang itu terlihat menampakkan wajah cemasnya, kembali teringat sang kakak yang juga berada di posisi orang di depannya ini. dia bertanya tanya, apakah sang kakak juga sama seperti Suna? Apakah mata sang kakak juga menampakkan kesedihan seperti dia?

"Suna, lu gapapa?" tanya (Y/n). "lu dari tadi ngelindur gajelas jadi, gua bangunin lu. Lu mimpi buruk?"

Mendengar pertanyaan yang tidak ingin dia dengar dari orang yang berusaha dia hindari membuat sakit kepala dari efek mabuknya terasa dua kali lipat dari yang seharusnya. Pikirannya pun masih belum bisa dibilang jernih saat ini, dia belum sepenuhnya lepas dari kekangan alkohol.

"Diem!" kata Suna setelah dengan kasar duduk di sisi ranjang. Beberapa kali kepala terantuk layaknya orang yang dilanda kantuk berat.

"Suna, lu-"

"Gua bilang diem!" lanjutnya tak kalah kasar dari yang pertama. "apa lu mau jadi kek kakak lu itu?!"

(Y/n) yang mendengar ucapan itu langsung terdiam dengan alis yang bertaut satu sama lain, benar benar tidak paham apa yang di maksud orang di depannya.

Bawaan mabuk, makanya dia ngomongin hal yang nggak jelas? Batin (Y/n).

"Suna, denger-"

"Lu sama Atsumu bener-bener kakak adek," lanjutnya. "sama sama berisik, sama sama suka ganggu hidup orang!"

Kak Sumu?! Mendengar ucapannya kali ini, rasa penasarannya langsung meningkat drastis.

Pertanyaan sudah membanjiri kepala dan mulutnya pun sudah siap melontarkan hal mengganjal perasaannya. Namun, Suna sudah terlebih dahulu membuka suaranya.

"Lu mau apa ke sini, ha?!" kata Suna nyaris menjerit. "lu minta gua ngelakuin hal yang sama ke elu, kayak apa yang udah gua lakuin ke kakak lu? Iya?!"

Mendengar ucapan Suna, jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Dengan napas pendek, mata yang terbelalak sertas kaki pun nyaris tak dapat lagi menahan bobot tubuhnya.

Selangkah demi selangkah Suna berjalan menuju (Y/n), dengan cukup kasar mendorong perempuan itu mundur.

(Y/n) yang masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar hanya bisa pasrah dan berharap tidak kehilangan keseimbangannya.

Melangkah melewati pintu kamar, cepat cepat Suna membanting pintu di depan wajah si perempuan sebelum akhirnya memuntahkan sisa makanan yang belum tercerna sempurna dan kembali ke ranjang dengan langkah limbung.

Lain halnya dengan (Y/n) yang masih berdiri memandang pintu yang tertutup itu dengan tatapan kosong.

Saat semua puzzle di kepalanya telah utuh, dia pikir semua akan menjadi lebih baik tapi, nyatanya semua hal justru semakin tidak karuan, layaknya benang kusut yang akan semakin kusut saat salah satu sisinya tertarik.

Seakan puas memandangi pintu kamar itu. (Y/n) segera beranjak dari tempatnya dengan langkah limbung dan keluar dari rumah yang seakan telah menarik semua oksigen yang ada di sekitarnya.

Dengan langkah kecil dan pikiran yang membebaninya, dia benar benar bingung apa yang harus dia lakukan saat ini. Ingin menangis tapi, air mata seakan telah habis saat ini, menyisakan rasa yang menyesakkan dadanya.

Dia tidak pernah tahu jika pundaknya sangatlah kuat di mata Tuhan, sampai-sampai dia diberikan masalah yang silih berganti tanpa waktu diberi jeda sedikit pun.

.

.

.

.

.

"Kamu udah mendingan, Samu?" tanya sang ayah dari meja makan.

"Lumayan, yah." Jawab Osamu sembari duduk di depan pria paruh baya itu. "(Y/n) kemana?" dia sama sekali tidak mendengar suara apapun dari kamar adiknya itu.

"Tadi pagi dia ke kampus." Kata sang ayah. "ayah yang nganter."

"Terus belum pulang?" tanya Osamu lagi, dengan matanya yang menatap jauh ke luar jendela, langit sudah gelap dan tak ada satu pesan pun dari sang adik. "tapi ini dah malem."

"Dia udah gede, biarin aja."

Dengan cepat Osamu beranjak dari tempatnya, tak menghiraukan ucapan sang ayah dan segera menghubungi ponsel sang adik.

"Dia kemana, lagi?!" bisik Osamu dengan jari yang sibuk berdansa di atas papan ketik ponselnya.


_____

From: Osamu
To: Tsukishima

(Y/n) ada sama lu? Dia belum balik dari tadi pagi. Katanya dia ke kampus tapi, sampe sekarang dia nggak ngasih kabar.

Send

_____

Sukses mengirimkan pesan pada orang yang bisa dia percaya tapi, hatinya sama sekali belum merasa lega, justru dia semakin khawatir pada sang adik.

Bagaimana jika (Y/n) tidak bersama Tsukishima? Bagaimana jika adiknya kenapa kenapa? Pikiran negatif pun segera menghantuinya.

Dengan cepat dia menyambar kunci mobil di atas meja depan dan segera beranjak dari tempatnya.

"Gausah kemana mana dulu, Osamu!" kata sang ayah dengan sedikit keras berharap sang anak akan mendengarnya. "kamu abis mabuk."

Namun, sayang sekali teguran seperti itu tidak berarti apapun untuk Osamu.

.

.

.

.

.

"Kak samu tumben ngirim pesan." Gumam Tsukishima yang masih berkutat dengan alat lukisnya.

Dengan enggan dia mencuci tangannya yang penuh dengan cat, sebelum mengambil ponsel di atas ranjang.

Baru saja menghidupkan ponsel, Pop up pesan dari Osamu langsung membuat matanya terbelalak. Apa lagi yang dibuat sahabatnya ini?

"Sehari nggak bikin orang khawatir gabisa ya?" gumamnya setelah membaca seluruh pesan dari Osamu tadi. "kebiasaan."

Berbanding terbalik dengan ucapan pedasnya, sikap Tsukishima yang langsung menyambar kunci mobil sangat menggambarkan betapa pedulinya dia pada (Y/n).

"Dia kira bikin gaduh kek gini nggak nyusahin orang, apa?" dengan langkah lebar yang membawanya pada mobil di garasi. Tsukishima pun langsung tancap gas, meninggalkan garasinya terbuka.

Langsung bergerak, bukan berarti Tsukishima sudah tahu arah mana yang akan dituju. Sebaliknya, pikirannya benar benar buntu saat ini, tidak ada satu tempat pun yang terlintas.

"Lagi lagi nyari orang yang gapernah bisa di tebak pikirannya, sial." Gumam Tsukishima memaki kesialannya. "keknya ke kampus dulu, deh."

Setelah memutuskan arah mana yang akan di tempuh, Tsukishima langsung membagi fokusnya pada jalanan dan sekitarnya.

Karna jam operasional kampus sudah berakhir beberapa waktu yang lalu, jalanan menuju ke sana pun sangat sepi dan cukup gelap walau di sepanjang jalan berjejer lampu jalanan.

Tak jauh dari tempatnya, di bawah sinar lampu. Matanya menangkap sosok yang ia kenal tengah terduduk di bangku taman sendirian.

Itu (Y/n)! dengan cepat dia bergegas keluar dari mobilnya. Ngapain dia di sini?

Langkah demi langkah membawa Tsukishima mendekat pada sosok itu. semakin dia mendekat, sosok itu pun semakin jelas dan segera menampilkan orang yang tengah ia cari cari.

Baru saja dia bersiap memberikan beberapa ceramah untuk temannya itu, Tsukishima justru menghentikan langkah kala melihat wajah (Y/n) yang menunduk dengan tatapan kosong, tak ada sedikitpun emosi di wajahnya.

Seketika ingatan akan pertengkaran mereka pagi tadi menghantam ingatannya. Dia merasa bersalah setelah melihat apa yang ada di hadapannya.

Selama ini dia selalu dihadapkan pada (Y/n) yang keras kepala dan berisik sehingga dia hampir tak pernah menemukan sang sahabat menampakkan sisi lemah. Dan saat waktu menunjukan sisi itu padanya, dia sama sekali tak tahu harus merespons seperti apa.

"(Y/n)..." panggil Tsukishima lembut.

Berkat suasana hening di sekitar, suara yang nyaris seperti gumaman itu pun terdengar jelas di telinga (Y/n). Dengan gerakan lambat, perempuan itu mengangkat kepalanya dan menangkap sosok Tsukishima tak jauh darinya.

Perlahan lahan matanya memanas, sesak di dada pun semakin menyakitkan sebelum perlahan kabut dalam pikiran menghilang dan air mata yang seakan tertahan entah karna apa segera tumpah tanpa bisa di kenalikannya.

Dengan pijakan lemah, (Y/n) berusaha berdiri dari tempatnya. "Tsukki...!" Dengan suara bergetar.

Yang di panggil pun langsung bergegas menghampirinya dengan merentangkan tangan, siap jika sahabatnya itu tak lagi dapat berdiri dengan kedua kakinya.

Benar saja, baru selangkah (Y/n) maju, kakinya sudah tak dapat lagi menahan bobot tubuhnya.

"(Y/n)...!" dengan setengah memekik Tsukishima segera menangkap tubuh mungil itu sebelum membawanya kedalam dekapan.

"Lu kenapa?" tanya Tsukishima dengan nada paling lembut yang bisa ia berikan tapi, yang ditanya hanya menggeleng. "yaudah, pulang ya?" lagi lagi (Y/n) menggeleng.

Dengan satu tangan menopang punggung (Y/n), tangan yang lain segera meraih ponsel di kantong celananya.

_____

From: Tsukishima
To: Osamu

Kak, (Y/n) udah sama aku tapi, dia bener bener keliatan nggak baik baik aja dan juga gamau pulang.

Jadi untuk sekarang (Y/n) ke rumahku dulu ya, kak. Kak Osamu juga langsung ke rumahku aja.

Send

_____

Dan kembali memfokuskan diri pada perempuan di dalam dekapannya ini

"Ke rumah gua, ya?" tanya Tsukishima lagi. Namun, kali ini tidak langsung terdengar jawaban dari (Y/n), ada jeda beberapa saat sebelum dia mengangguk.

Melihat persetujuan (Y/n), Tsukishima dengan perlahan membantunya berjalan menuju mobil sebelum menutup pintu dan kembali ke belakang setir.


_____

Anjir gua nge up ini jam 03.45 wib. SAIA BEGADANG?! anjrot

Ngantuk banget, ngetik ini aja mata tinggal 5 wat nih. wkkk

btw PPL w jamnya nambah lama njer, dari pagi sampe jam setengah tiga. capek aiiiiingggg, biasanya aing bisa begadang tapi, ini jam 7 aja dah tidur njer. aing jadi susah mau ngetik TT_TT

kebetulan aja ini tadi bikin materi trus gabisa tidur lagi jadi nulis aja, ngelanjutin.

Oh ya, Moga suka sama bab ini eaaaaaaaa....

Tsukishima makin ngeluarin jiwa-jiwa boyfriend material njer, hwehwehwe >:)

Onghe, Arigathanks buat yang udah baca, vote and komen. lope lope segentong untuk kalyan <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro