Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

📌 ::: 06. hate at the first sight.

.

.

.

.

.

Pertama kali [Name] dan Kaiser ketemu adalah ketika mereka nggak sengaja tabrakan di lorong stadium waktu ada turnamen besar antara Bastard München dan tim sepak bola lain. Kesan pertama [Name] ke Kaiser nggak sebaik yang kalian kira dan begitupun sebaliknya, karena waktu itu mereka nggak sengaja tabrakan dan Kaiser dengan segala sikap arogannya bikin [Name] mau ngehajar cowok itu.

Kira-kira, begini perbincangan mereka berdua;

"Kalau jalan tuh lihat-lihat."

"Lo kali yang jalannya harus lihat-lihat."

"Yang nabrak gue siapa coba?"

"Dasar cewek gila."

"Lo lah yang gila."

"HAH?!"

Kaiser pikir, [Name] adalah cewek pertama yang bisa setenang itu setelah menyumpahi dia kayak gitu, apalagi sorot nggak tertarik dan dingin itu adalah sesuatu yang nggak familiar buat Kaiser⸺dia udah biasa banget dipandang dengan sorot penuh cinta dan puja oleh para cewek.

Itu juga adalah pertama kalinya Kaiser nggak merasa tertarik sama seorang cewek yang memperlakukan dia berbeda; nggak, Kaiser rasanya benci banget sama [Name] waktu itu.

[Name]? Nggak usah ditanya, kalau dia bawa senjata tajam waktu itu, kayaknya Kaiser udah masuk rumah sakit dengan luka tusuk di tubuhnya, deh.

Banyak hal yang terjadi setelah itu karena [Name] selalu menemukan dirinya terus ketemu sama Kaiser dalam situasi dan kondisi apapun⸺dan itu sama sekali nggak baik karena nggak ada sekalipun mereka damai, pasti ada aja sumpah serapah yang keluar dari mulut mereka berdua.

Bahkan Erika yang jadi teman [Name] sejak SMP masih nggak menyangka kalau semua pertemuan nggak disengaja yang penuh sama sumpah serapah itu bakalan diakhiri dengan [Name] dan Kaiser yang tiba-tiba jadian.

Erika heboh.

Orang-orang kampus heboh.

Bastard München heboh.

Dunia sepak bola apalagi; heboh banget.

Sementara yang bikin heboh? Mereka sibuk mesra-mesraan dan nggak peduli sama dunia luar.

Emang ya, takdir nggak ada yang tahu.

.

.

.

.

.

"Lo kalau mau pdkt sama crush lo, nggak usah ajak-ajak gue."

"Iri, ya?"

"Kepala lo mau gue jedotin ke dinding, kah?"

Erika menyengir dan mengacungkan dua jarinya membentuk peace sign, "Gimana ya, [Name], lo terlalu nolep."

[Name], cewek bersurai [h/c] itu memutar bola mata bosan, melipat lengannya di depan dada dan mengerutkan kening ketika semakin mereka dekat dengan pintu masuk, makin kencang suara para suporter bola di stadium itu. Erika yang menyadari temannya kayak gitu cuman bisa cekikikan pelan, yang kemudian dihadiahi sorot tajam dari [Name].

"I swear to every god out there, Erika," tangan cewek itu sekarang udah ada di leher belakang Erika, "kalau lo ngajak gue sekali lagi, gue patahin leher lo."

"Gue obrak-abrik hubungan lo sama crush lo itu."

Erika ketawa, "Iya, deh. Iya. Nggak bakal gue ajak lagi."

Setelah itu, [Name] menjauhkan tangannya dari Erika dan mengikuti cewek itu naik ke tribun untuk menemui cowok yang jadi alasan Erika pengin banget nonton bola. [Name] menghela napas panjang setelah duduk di kursinya, matanya memandang ke bawah sana, ke lapangan terbuka itu.

"Hari ini yang main PxG sama Manshine City. Terus nanti dilanjut sama Bastard München."

[Name] mengangguk pada kalimat Erika, dia lumayan tahu tentang tiga tim besar itu. Selain karena dia emang sering nonton siaran bola kalau lagi gabut, Erika juga sering ngoceh ke dia soal sepak bola⸺itu karena crush cewek itu yang suka banget sama sepak bola.

45 menit duduk di sana dan menonton pertandingan yang intens bikin [Name] rasanya encok dan memutuskan untuk berdiri dari duduknya. Erika menoleh, "Mau ke mana?"

"Encok. Mau beli minum. Nitip, gak?"

"Nitip. Beliin apa aja deh."

[Name] mengacungkan ibu jarinya dan melangkah turun. Ia keluar dari sana dan bergegas menuju mesin minuman yang nggak jauh dari sana. Lorong menuju tribun saat break pertandingan agak sedikit sepi, cuman beberapa orang yang ada disana dan suasananya juga lumayan, meskipun sorakan-sorakan dari dalam tribun masih bisa kedengeran, tapi selebihnya tempat ini cukup nyaman.

Di depan mesin minuman, [Name] menekan tombol minuman yang mau dia beli buat dia sama Erika. Nggak perlu waktu lama, akhirnya dia mendapatkan minuman yang dia mau dan dengan segera membuka salah satunya untuk dia minum. Karena lagi asik minum, [Name] nggak sempat melihat sekitar waktu dia balik badan dan akhirnya tabrakan sama seseorang.

Dan kalian pasti tahu apa yang bakal terjadi semenit setelah kejadian itu.

Yep, [Name] adu mulut sama orang itu yang kalau dia lihat adalah salah satu pemain dari Bastard München⸺nggak tahu lah namanya siapa, [Name] nggak ngurus.

"Kalau jalan tuh lihat-lihat."

Lawan bicaranya menukik alis, "Lo kali yang jalannya harus lihat-lihat."

[Name] memberikan ekspresi yang sama, "Yang nabrak gue siapa coba?"

"Dasar cewek gila."

[Name] makin bingung, ekspresinya bingung banget, "Lo lah yang gila."

"Orang waras mana yang nyalahin orang lain padahal dia sendiri yang nabrak???"

"HAH?!"

"Periksa tuh telinga lo ke THT."

Setelah mengatakan hal itu, [Name] berlalu pergi karena nggak mau urusannya makin panjang. Ngeladenin orang kayak gitu cuman bakal menghabiskan energi dia doang, sedangkan dia masih perlu energi buat ngeladenin tingkah laku Erika yang bakal diluar nalar sama crush-nya itu.

Sambil menggelengkan kepala dan naik masuk lagi ke area tribun, [Name] menggumam, "Semoga kaki lo cedera, deh."

"Dasar cowok gila."

And who's gonna tell her that crazy boy will be her boyfriend?

Definitely not me.

Dan setelah kejadian hari itu, banyak hal yang bakal berubah dari kehidupan [Name]. Cowok gila yang dia sumpahin kakinya bakal cedera itu adalah salah satu yang bakal menjadi bagian baru dari hidupnya, sumpah serapahnya yang selalu keluar waktu dia nggak sengaja ketemu sama cowok itu bakalan jadi sesuatu hal yang akan selalu dia ucapkan setelahnya.

Dan segala hal aneh yang pada akhirnya membawa dia pada cowok itu adalah hal yang bakalan jadi sesuatu paling berharga dalam hidupnya.

Kalau kata orang sih, "Takdir nggak ada yang tau, ya."

Ih, lucunya mereka berdua~.
















"Aku dulu pernah doain kaki kamu cedera."

"Jangan bilang waktu pas kita pertama ketemu itu...."

"Iya. Soalnya kamu nyebelin. Yang salah kamu, kok malah ngatain aku cewek gila."

"Maaf, sayangku. Aku kayaknya emang tolol waktu itu, hehe."

.

.

.

.

.

tbc! halo~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro