Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Insecure P.2

Ojiro Mashirao

It was just a memories, don't even mind it

Angin yang berdesir lembut sesekali membawa dedaunan berdansa dengannya. Sinar mentari dengan malu-malu mengintip dari balik dedaunan. Duniapun seakan membisu, menyempurnakan kenyamanan kali ini.

Dibawah pohon rindang, sesekali mataku menatap lurus kedepan hanya untuk menyadari betapa indahnya koridor U.A. bersinar layaknya berlian dengan cahaya keemasan, membawa perasaan kagum.

Tak lama mataku menangkap sosok yang kukenal. Dibawah sinar mentari, dirinya seakan menjadi poros dunia, dengan matanya yang berkilau di bawah bulu mata lentiknya serta senyum yang menawan. Apa dia memang selalu semenawan ini sebelumnya?

Perlahan senyum terkembang kala teringat waktu yang kuhabiskan dengannya, senyumnya, tatapan hangat dan kepeduliannya masih teringat jelas. Sangat sempurna, terlalu.

Namun, tak lama aku menyadari jika dia tidaklah sendiri. Ada seorang di sampingnya, seorang gadis, Hagakure. Dapat aku rasakan senyum manis gadis itu.

Perlahan mataku kembali beralih pada Ojiro, di bawah lembutnya sinar mentari dia terkekeh, membuat bahunya sedikit terguncang, sangat bahagia. Aku bahkan tak pernah melihatnya terkekeh sebahagia itu saat bersamaku.

Aku terdiam dengan tatapan yang tak pernah lepas darinya. Aku merasa ada sekat tak kasat mata hingga membuatnya sama sekali tak menyadari keberadaan ku. Perlahan-lahan jarak diantara kami melebar hingga akhirnya sosoknya tak lagi dapat kutangkap.

Kembali aku teringat saat-saat bersama dengannya, dibandingkan dengan bersama denganku, Ojiro terlihat lebih bahagia saat bersama dengan Hagakure. Aku memang tak seharusnya mengenalnya dan kurasa masa-masa saat bersamanya tak berarti apapun karena dia bisa lebih bahagia tanpaku.

Huh, aku terlalu bodoh jika berpikir dia senang bersamaku. Seakan kata-kata itu menjadi belati tajam, dadaku terasa berdenyut karenanya tapi, aku hanya bisa tersenyum getir.

"Apa yang kau harapkan juga bodoh, sudah cukup tahu sekarang posisimu bukan?" Ucapku, menyumpahi kebodohan diri sendiri.

_____

Monoma Neito

I'll pretend that nothing happened

Bel pulang telah terdengar sejak tadi, sudah tidak banyak orang yang terlihat di sekitar. Dengan ditemani keheningan dan berkas cahaya yang menyelinap melewati dedaunan, aku melangkah perlahan tanpa tahu tujuan. Langkah demi langkah kujalani dengan banyaknya hal yang membebani pikiranku, tetapi tak ada satupun yang dapat aku sendiri uraikan.

Angin lembut perlahan menghampiriku, menggelitik sembari membawa pesan kedatangan sang malam. Dengan lemas aku mengangkat kepalaku. Dapat kulihat mentari yanng perlahan tergelincir turun, kemudian gerbang U.A yang sudah berada dalam jarak pandang dengan seseorang yang bersandar di sana.

Dengan diselimuti cahaya hangat senja dan angin yang sesekali memainkan anak rambutnya membuat sosok itu terlihat begitu sempurna.

Langkah yang sebelumnya terhenti kembali bergerak selangkah demi selangkah dengan perlahan, seakan takut keindahan itu akan menghilang kapan saja.

Semakin mendekat dan siluet pun mulai terbentuk menjadi wajah seseorang yang tak asing. ‘Monoma?’ bisikku.

Dengan raut wajah yang tak terbaca, dia menunduk seakan menyembunyikan semua kesempurnaannya, memandang bumi yang tengah ia pijak yang lebih menarik dari semua yang ada sekitarnya.

Langkahku pun terhenti, tak sanggup melangkah mendekat. Monoma yang saat ini ada di sana seakan bukan Monoma yang aku kenal. Dia sangat jauh dan tak mudah untuk digapai layaknya rembulan nan jauh di langit, indah namun sukar digapai.

Tanpa disangka seseorang datang dan langsung meruntuhkan tembok yang tak sanggup kulewati itu kemudian ikut melebur dalam kesempurnaannya.

Dengan mudahnya orang itu, Kendo-san mengacak-acak rambut Monoma, sempat tercetak raut tak nyamannya tapi, segera menghilang dan tergantikan dengan rona merah padam di wajahnya. Entah apa yang tengah mereka katakan tapi Kendo-san terlihat ikut tersenyum karenanya.

Aku yang masih berdiam diri tak jauh dari mereka segera merasa berada di dunia yang berbeda dengan mereka. Jika mereka seakan dunia hanya milik berdua maka berbanding terbalik denganku yang terasa begitu sesak, berbagi dunia dengan milyaran orang yang nyaris tak dikenal.

Tanpa membuang waktu, aku segera mengambil rute lain yang tentu saja jaraknya lebih jauh dari asrama. Tapi itu lebih baik daripada mengganggu. Aku sudah cukup paham tempatku.

_____

Tokoyami

You are her Hero

Napas tersengal, tubuh limbung, sakit di sekujur tubuh. Badanku terasa remuk redam saat ini, bahkan untuk berdiri saja sudah menjadi tantangan besar. Dengan langkah terseok lemah, dan tembok sebagai alat untuk merambat aku berusaha mencari keberadaan yang lain.

Beberapa waktu yang lalu UA masihlah menjadi tempat yang aman hingga entah bagaimana caranya villain bisa dengan mudah menembus pertahanan UA. Anggaplah kelasku sedang tidak mujur karena menjadi yang pertama mendapat sapaan dari mereka.

Suara ledakan saat itu masih terdengar jelas di telingaku, pun dengan reruntuhan yang dengan mudah menguburku di dalamnya. Aku tak tahu bagaimana keadaan yang lain tapi setelah berhasil lolos dari reruntuhan, aku disambut hangat oleh salah satu villain yang berada di sana.

Memberi perlawanan sebentar dan aku dibuat bingung bagaimana villain lemah seperti ini bisa menembus pertahanan UA. Bahkan jika mereka berjumlah seratus pun aku yakin tak akan berhasil membobol pertahanan UA.

Aku yang kini nyaris tak kuat untuk bergerak dengan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuh berusaha meneriakkan satu persatu nama yang terlintas di pikiran. Mataku sudah basah dengan air mata yang terus merembes dan tubuh yang lengket dengan darah.

Dari tempatku berada terlihat ruang terbuka jauh di depan. Aku yakin pasti ada seseorang yang bisa dimintai pertolongan. Dengan susah payah aku mendekat, selangkah demi selangkah sembari menekan rasa sakit yang mulai menggerogoti.

“To-Tokoyami-san,” bisikku dengan penuh syukur bersamaan dengan air mata yang semakin menjadi. Akhirnya aku bisa menggantungkan harapan pada seseorang.

Aku benar-benar merasa menjadi manusia paling beruntung saat ini karena bisa melihat Tokoyami-san dalam mode bertarungnya. Sosoknya yang bersama dengan Dark shadow terlihat begitu bersinar dimataku. Bercak darah yang menghiasi wajahnya sempat membuatku khawatir tapi, semua lenyap kala melihat wajah yang penuh keteguhan itu.

Seketika pikiranku meneriakkan agar tubuh ini bergerak dan membantu Tokoyami-san tapi, saat ini dapat berdiri dengan kaki bergetar saja sudah menjadi sebuah keberuntungan bagiku. Sejenak ada rasa kecewa yang menggerayangi pikiran, aku kesal dengan diri ini yang begitu lemah.

Tak berselang lama, sosok yang kukenal datang ke sisi Tokoyami-san. Keduanya saling melindungi dari musuh yang ada di depannya. Dengan cairan asam nya dan Dark shadow milik Tokoyami-san mereka menghajar penjahat itu.

Mataku mengikuti setiap pergerakan mereka, rasa remuk di sekujur tubuhku semakin menjadi saat ini.

Siapa aku Berharap bisa berada di sisi Tokoyami-san untuk melawan villain? Rasa sakit seperti ini saja sudah membuatku menangis.

Hembusan angin kuat yang mendadak datang itu nyaris menerbangkanku jika saat itu tangan tidak sigap berpegangan erat pada tembok.

Dengan menyipitkan mata, kucoba menelusur tempat mereka bertarung. Semua terlihat begitu mengerikan dengan puing-puing bangunan yang berserakan di setiap sudut dan Ashido-san yang tergeletak di pojok dengan bekas benturan yang terlihat sangat mengerikan.

Tak jauh dari sana, Tokoyami-san terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dengan wajah penuh amarah dan Dark Shadow yang tak jauh berbeda dengan pemiliknya.

Ah... Tokoyami- san marah. Karena apa yang mereka lakukan pada Ashido-san? Karena itu kah?

Ashido-san ya... Ashido-san...Tokoyami-san marah karena Ashido-san....

Apa aku bisa menjadi Ashido-san suatu saat nanti?

Aku...tak mengerti, sesaknya makin menjadi.

Dan di detik berikutnya hembusan angin kencang yang datang tak dapat lagi ku tahan. Yang aku ingat hanya puing-puing bangunan yang diterbangkan bersama dengan diriku yang tak sadarkan diri setelahnya.

_____

Hitoshi Shinso

I'll leave you with them

Bel istirahat berdering memenuhi U.A, banyak dari penghuni kelas sudah terlebih dahulu pergi ke kantin karena jam kosong sebelumnya dan aku pun yang hanya wakil ketua kelas tak bisa menandingi suara siswa lain yang telah bersekongkol dengan ketua kelas tak bertanggung jawab itu!

Saat kelas telah kosong aku baru beranjak dari bangku dan melangkah keluar. Keheningan kelas perlahan-lahan berganti dengan suara bising samar yang nyaris menyerupai bisikan.

Cuaca hari ini terbilang kelewat cerah. Mentari yang tengah berjaya di langit tanpa ampun menghantam bumi dengan panasnya hingga aku yang berada dalam bayang pun merasakan kehangatan berlebih ini. Ingin rasanya kembali ke kelas yang sejuk dari pada melewati cobaan seperti ini tapi, sayang sekali aku melupakan bento hari ini.

Kurang lebih semingu sudah aku membuat bento untukku sendiri. Jujur, aku melakukan ini bukan karna ingin mengasah kemampuan, melainkan menghindari Shinsho.

Semenjak perpindahan Shinso, dirinya terlihat begitu cemerlang, sangat berbeda dengan dia yang dulu. Jika dulu dirinya terlihat seperti villain yang berada di wilayah para hero, maka kini dirinya telah bermetafora menjadi seorang calon hero yang tengah mengejar mimpinya.

Tak ada lagi Shinso yang penyendiri, yang ada hanyalah Shinso yang dikelilingi rekan rekannya.

Aku sempat berpikir jika Shinso tetaplah Shinso yang aku kenal, bahkan setelah perpindahannya aku pikir tak akan ada yang berubah. Dari mulai dia yang memperkenalkanku dengan temannya hingga kebiasaan makan siang bersama yang tak terganti.

Sayang sekali, aku yang bukan merupakan siswa kelas hero hanyalah akan menjadi lembaran usang yang bisa kapan saja terlupakan.

Dengan langkah perlahan, Aku yang sedari tadi menunduk segera mendongak kala mendengar suara lelaki yang tak asing di telinga. Dan benar saja, tak jauh di depan sana Denki, Shinso dan Midoriya tengah berjalan memunggunginya. Dapat dia tebak jia ketiganya pun akan ke kantin.

Tidak! Tidak! Batinku menjerit.

Ingatanku kembali ke beberapa hari yang lalu, hari-hari dimana aku menjadi gadis bodoh yang berusaha mencari celah di jam istirahat untuk sekedar berbagi waktu bersama di jam makan siang -satu hal yang telah menjadi kebiasaan tapi, tiga hari itu pun aku menemukan dia telah berada di kantin dengan teman kelas barunya.

Dari situ aku menyadari satu hal; tempatku bukanlah untuk berada di sampingnya melainkan untuk mengaguminya dari jauh.

Mataku kini menatap lurus ke bagian luar yang bermandikan sinar mentari, itu diibaratkan dirinya, bersinar, cemerlang dan calon hero yang mengayomi warga sipil.

Sedangkan dirinya berada di sisi bayangan, hanya bisa melihatnya dengan kagum dari kejauhan tanpa berani menganggu dirinya yang sekarang, atau konsekuensinya hanyalah....

Sinarnya akan terhalang karnaku.

“Tidak baik melamun di sini,” bisikku pada diri sendiri sebelum beranjak kembali ke kelas. “sepertinya hari ini aku tak kebagian roti melon, ah....”

Tanpa sadar sudut bibirku naik, walau begitu, getir yang kutelan bukan kebahagiaan.

_____

Mirio Togata

I can't help but run

Hari ini adalah latih tanding antara kelas 3-A dan 3-B dan semua di wajibkan mengeluarkan semua quirk masing-masing secara maksimal. Terimakasih, karena hal ini dan beberapa detail kecil, hari ini dapat di pastikan tak akan berjalan mulus.

“(Y/n)!” Apa lagi?! Batinku sebelum dengan lemah menoleh pada Aizawa-sensei yang entah sejak kapan telah berada di tempat ini. Tolong dengan sangat, jangan lagi memanggil namaku atau aku akan membenci nama ini! “tolong bantu Big three mengawasi murid muridku.”

Tanpa sadar aku pun mencari keberadaan mereka yang disebutkan sebelumnya sebelum kembali menatap Aizawa-sensei seakan mempertanyakan keputusannya. Aku rasa keputusan ini tidak tepat dan aku pun sedang tidak berada di posisi ingin berinteraksi dengan siapapun.

“Karena aku lihat kalian cukup dekat.” Jawabnya enteng. “dan anggap saja ini sebagai latihan untuk kau mengontrol quirk lebih baik.” Katanya sebelum pergi meninggalkanku yang masih berusaha mencerna kata-katanya.

Quirk? Pikirku. Maksudnya timbal balik dari quirk ku?

Seketika itu pun aku sadar apa yang sudah aku lakukan. Aku bahkan tak sadar dengan perilaku kasarku dan menganggapnya hal biasa. Sangat tidak baik dalam mengendalikan quirk yang ku punya.

“(Y/n)!” segera menoleh, aku langsung mendapati Nejire yang melambai padaku, dengan Mirio dan Amajiki di sampingnya.

Aku kembali mempertanyakan pilihan sensei ini. Aku? Di sandingkan dengan Big Three ini? bukankah terlalu jauh? Kami pun tidak terlalu dekat, hanya sekedar saja.

Jika diibaratkan, Nejire adalah bintang, Amajiki adalah bulan dan yang paling terang adalah Mirio sebagai matahari. Sedangkan aku?

Tanpa sadar, mataku seakan tertarik medan magnet besar dan jatuh pada Mirio yang tengah melambai dengan senyum cerahnya, senyum yang tak pernah gagal menyelamatkan hariku, sayangnya tidak kali ini.

Entah apa yang salah tapi, untuk kali ini setiap aku melihat wajahnya aku justru semakin sadar posisiku, paham siapa diriku. Apanya yang dekat? Aku hanya tidak tahu posisiku!

Butuh beberapa menit untukku sadar betapa sedihnya wajahku kali ini. Mungkin jika aku tak melihat raut khawatir dari Mirio aku akan tetap mempertahankan ekspresi sakit ini.

Keputusanku sudah bulat!

Dengan cepat aku berbalik, syukurlah Sensei masih belum pergi dari tempat ini, dengan segera aku membungkuk. “Maaf sensei, aku sedang tidak enak badan.”

Sekilas aku melirik Mirio yang terlihat bingung dan beralih pada Nejire yang tak jauh berbeda dengannya.

Tentu saja aku tidak di butuhkan diantara kalian.

Tanpa menunggu jawaban sensei, aku segera meninggalkan posisiku dan berlari ke kelas.

Lagi pula aku tak berguna.



*******

Iya tau lama banget ya up nya. Maaf yeee... Kmrn kepentok sama jam kampus / ngeles

Tapi ini aku usaha pelan pelan kooo. Nyambi nunggu BNHA s6 rilis 🤤🤤

Btw dari Shinso ke Mirio gimana feelnya? I mean, keknya Cara nulisku beda di dua ini. Menurut kalian?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro