Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gelang [Part 1] - Aizome Kento

Requested by Jechan_v

Ada sebuah pepatah yang menyatakan: "Sepandai-pandainya tupai melompat, maka ia akan jatuh juga". Sebuah implikasi yang menjabarkan kondisi [Full Name] saat ini. Dua tahun telah diperjuangkan dengan tekad tersisa. Menjadi seorang pengurus sebuah panti asuhan. Kebiasaan yang dinamis atas landasan hati yang tulus. Namun, itu tidak dapat dijadikan solusi untuk menghapus sebuah dosa di masa lalu.

Yap, menjadi seorang pencuri rahasia.

"BS, atau yang kumaksud Butterfly Snatcher. Silakan lepaskan topengmu."

Inisial nama pencuri yang tidak terdengar membanggakan. [Name] berdecak kesal. Gelang yang akan "dicuri" sebenarnya dilakukan atas balas budi. Demi seorang pria paruh baya yang sudah berpulang tepat satu minggu yang lalu.

Saat ini, ia dikepung belasan pria bertubuh kekar berseragam jas hitam rapi. Di tengah jejeran pengawal, seorang lelaki bertubuh jangkung tengah membenarkan poni biru cerah. Alih-alih terpukau dengan pesona yang ditebarkan, [Name] menanggapi datar.

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" tantang [Name] masih mendekap kotak bludru itu. Sejak awal, memutuskan mencuri di sini memang keputusan bunuh diri – peluang lolos nyaris mustahil, apalagi tingkat penjagaan terlampau ketat.

Kento menyeringai kecil, lalu menjentikkan tangan. "Kalau begitu, aku tetap akan melepaskannya selagi kau diikat. Kau sudah tidak bisa mengelak. Opsimu sekarang ada dua: Langsung dibawa ke jeruji besi atau bertaruh informasi. Bagaimana?"

Menurut [Name], tidak ada pilihan yang menyenangkan dari kedua penawaran barusan. Tidak sempat mengelak, [Name] dipaksa duduk pada sebuah bangku, kemudian diikat dua pengawal di belakangnya. Tali tambang telah mengunci gerak-gerik seutuhnya.

"Sialan," umpat [Name] menunduk, mendapati sepasang pantofel hitam Kento mendekatinya. Jemari kokoh pemuda itu membuka topeng mata hitam dengan sebuah tarikan pelan.

Klang.

Bunyi logam terdengar nyaring saat berbentur lantai.

"Kau, [Full Name] ...."

Baik karier [Name] sebagai staf pengurus panti asuhan, bahkan aktivis kriminal; pencuri misterius.

Dua-duanya hancur pada saat bersamaan.

Gelang [Part 1/2]

Pair: Donator! Aizome Kento x Ex-Thief! Orphanage Staff! Reader

Story © agashii-san

B-Project © MAGES

Genre: Romance, Action, Slight! Comedy

Warning: cerita kaku.

Rate: T+

.

.

.

Sebelum kejadian ini, [Name] jarang sesembrono ini. Dicegat pengawal, apalagi sampai tertangkap. Ia terlalu menganggap remeh Aizome Kento– laki-laki genit yang menjadi CMO sekaligus donatur rutin dari Brave Corporation. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, maka dibangun sebuah panti asuhan dengan nama perusahaan yang sama – Brave Orpahanage.

[Name] mengira sekaya-kayanya CMO merangkap donatur prioritas, perkara sebuah gelang bukanlah masalah. Ah, tetapi sama saja menyusup. Alhasil, tetap saja melakukan menambah jejak dosanya sekali lagi.

"Apa alasanmu menyusup ke sini?"

[Name] membuang muka, enggan menatap Kento. "Dengan alasan apa pun, kau akan tetap membawaku ke penjara, bukan? Jadi, lebih baik bawa saja aku."

"No, no. Tidak seru kalau menahanmu tanpa tahu lebih lanjut. Masuk penjara atau tidak, itu tergantung informasimu," tutur Kento duduk pada sebuah kursi putar sambil menyilangkan kaki.

"Jadi selama aku cerita alasanku terhadap gelang itu, apa aku bisa bebas?"

Kento memberi sekali anggukan mantap. "Benar. Tapi aku tidak akan terpincut oleh kisah mengandung bawang dan mengundang empati mendalam."

"Sudahlah, penjarakan aku sana." [Name] tertunduk dengan bahu merosot; pasrah.

"Hei, ini kesempatan emas yang tidak akan pernah kuluangkan kepada pencuri lain. Ini kasus yang cukup, bahkan amat spesial."

Manik [Name] terpejam beberapa detik. Menjual cerita sedih juga bukan keinginannya, tetapi menceritakan realita juga belum tentu akan dipercayai. Merasakan situasi ambang antara naif dan curiga.

"Gelang di dalam kotak ini adalah imitasi. Aku ingin menukar dengan yang asli."

"Nona, berbohong kepadaku itu tidak efektif, lho?" Kento menaikkan satu alis. Bagaimana bisa gelang berbalur emas putih dua puluh empat karat itu dapat dipalsukan? Apalagi, ini dibuat secara khusus."

"Serius. Seharusnya tindakanku bisa dilakukan baik-baik, bukan dengan cara menunjukkan eksistensi BS yang tidak lagi heboh seperti kasus terdahulu. Tapi aku berharap tidak akan ketahuan. Dan sialnya, tetap terjadi."

"Berikan padaku yang asli. Supaya aku bisa membuktikan ucapanmu barusan."

Kedua sudut bibir [Name] tertarik lebar. "Lepaskan aku dulu, bagaimana?"

Dengan pemikiran dalam keheningan beberapa saat, Kento pun memberi arahan kepada pengawal agar melepaskan tali yang mengikat tubuh [Name]. Namun, pembuktian tidak terarah mulus. Bunyi sirene kebakaran terdengar nyaring dari luar sehingga mengecohkan perhatian pengawal sekitar.

"Kebakaran?"

"Tuan, setengah dari kami akan segera mengeksekusi arah suara. Sisanya, tetap berjaga!"

Pintu balkon ruang kolektor terbuka dari luar. [Name] menatap ke atas pada sebuah tali yang terulur kepadanya. Bak kecepatan cahaya, seorang lelaki berambut hitam telah menyerang pengawal dalam ruang kolektor. Tendangan dan pukulan tangan kosong sukses membiarkan mereka tengkurap tak berdaya.

"Goushi! Kenapa kau bisa–"

"Jangan melakukan hal yang tidak perlu. Motifmu baik tapi eksekusi tetap jahat."

Kento menahan lengan [Name]. "Tunjukkan. Sekarang. Juga."

"Maaf, tapi kau tidak beruntung kali ini. Cobalah di lain kesempatan. Itu pun kalau ada." Goushi menggendong [Name], kemudian mencari titik jangkau terdekat dan kabur dari pintu balkon.

Berusaha mengejar pun, Kento meratapi pemandangan buntu. Semua sisi balkon ruang kolektor adalah sebuah hutan rimbun yang tertimpa bongkahan salju.

∞ ¦ ∞ ¦ ∞

Sudah kesekian kali, [Name] selalu diselamatkan Goushi. Laki-laki cerewet yang dianggapnya sebagai abang kandung sendiri. Terakhir kali mereka bertemu seminggu lalu. Tepat saat proses kremasi ayah angkat mereka sekaligus menjadi perpisahan bagi semua anak angkat. Pada satu sisi, dia bebas. Terlepas bersama dengan realita menyakitkan.

"Apa kau lupa pesan ayah?"

Tidak aneh bila Goushi memahami denah kediaman Kento. Sebelum kejadian ini berlangsung, [Name] berpesan akan melakukan siasat ini. Karena tidak tenang, Goushi menunggu di depan pintu belakang. Menggunakan tali yang sudah dipersiapkan sesuai posisi dahan yang mendekati titik aman saat mendarat.

"Maaf."

"Hidupmu sudah berjalan baik. Kalau sudah berhenti, maka lakukanlah sampai akhir. Kenapa kau malah mengulanginya lagi? Apalagi mencari masalah yang tidak perlu."

"Tidak perlu, katamu? Mewujudkan keinginan ayah kita itulah balas budiku."

"Tapi dia sudah mati, [Name]! Get up. Mulai besok, pergilah ke luar kota sesuai jadwal keberangkatan terawal. Berhentilah menjadi pengurus panti asuhan Brave. Kalau terjebak di sana sama saja sengaja bom bunuh diri."

Amat jelas maksud saran Goushi demi kebaikan [Name]. Namun, interaksi dengan Kento barusan membiarkannya goyah sejenak. Kento tidak terlihat akan membawanya untuk dieksekusi terhadap pihak berwajib. Alih-alih seperti itu, ia merasa lebih membutuhkan informasi gelang itu.

Ia ... tidak bisa melupakan kisah ayah angkatnya waktu itu.

"Kena bom juga tidak apa-apa," kata [Name] melihat boks merah yang berisi gelang asli. Terdapat hiasan huruf A, kupu-kupu, dan butiran safir yang menggantung. Terlihat elegan, apalagi terasa eksklusif saat disematkan pada pergelangan tangan. Sekilas mencoba yang kemudian dilepaskan karena sadar diri itu bukan miliknya.

"Kau ... gila."

"Aku sudah memilih jalan ini agar selesai sampai akhir."

"Apa kau sudah menelaah maksud ucapanmu sendiri?" Goushi mempertegas pertanyaan sekali lagi. "Ini bukan waktu untuk bercanda, apalagi mencari perhatian 'ayah' seperti dulu."

Teguran Goushi membiarkan [Name] kembali bernostalgia. Titel Butterfly Snatcher bukan cuma label semata. Konsep keinginan ayah angkatnya mirip dengan Robin Hood; mencuri barang pejabat bersisi gelap yang kemudian disedekahkan kepada kaum fakir. Tujuan mulia pun tetap saja eksekusi salah. Suatu hari, aktivitas ini dihentikan karena ayah angkatnya mengidap penyakit keras. Segala operasional pencurian mulai dihentikan. Sebagian protes karena terbutakan hasil mencuri demi diri sendiri, tetapi ada yang tetap bertahan bersamanya hingga akhir hayat; memulai jalan kehidupan sesuai moral.

"Ayah telah tiada, tetapi aku bermaksud menghargai keinginannya. Dia tidak memohon dimaafkan, tetapi ia hanya memperbaiki keinginan itu. Melalui diriku."

[Name] menyudahi sesi bincang mereka setelah menghabiskan soda kaleng di depan konbini. Hendak berucap pamit, ia masih dicegat Goushi.

"Aku tidak akan menyelamatkanmu dua kali kalau masih nekat."

Senyum [Name] terukir lebar; tidak terhasut sedikit pun akan peringatan intimidatif.

"Tugasmu sudah cukup, Goushi. Terima kasih."

∞ ¦ ∞ ¦ ∞

Panti asuhan Brave. Dipenuhi anak-anak yang ditempatkan karena kehilangan, tetapi bukan berarti tiada harapan kehidupan. Saat [Name] melamar pekerjaan di sana, ia seperti melihat masa lalunya. Berbekal cerita masa lalu dari memori, ia ditemukan di bawah pohon oak. Walaupun karena keadaan ia harus menjadi pencuri, tetapi [Name] tidak mau anak-anak asuhnya bernasib sama.

"Kami mohon maaf sedalam-dalamnya."

Keesokan hari, [Name] tetap datang bekerja seperti biasa. Namun, kepala pengurus mengajak bertemu empat mata. Momen yang sangat jarang terjadi. Ia hanya pernah bertemu beberapa kali. Dapat dihitung dengan jari – pada saat membahas kontrak pekerjaan dan sesekali menjumpai ketika berpapasan di lorong panti asuhan.

"A-ada apa, ya?" potong [Name] mulai berfirasat tidak nyaman.

"Mulai hari ini, [Name]-san tidak lagi ditugaskan sebagai staf pengurus."

Tidak mungkin situasi tetap berjalan baik-baik saja setelah ia tertangkap basah mencuri di dalam kediaman donatur kelas prioritas. Apalagi ditambah Goushi yang menjadi Sebenarnya, [Name] juga sudah memastikan potensi diberhentikan akan terjadi. Hanya saja jeda sehari menjalani pekerjaan ini bahkan tidak sempat dilaluinya.

"Ah, begitu. Baiklah. Saya mohon maaf atas kesalahan yang telah diperbuat."

"Lebih tepatnya, [Name]-san akan didelegasikan pada jabatan khusus sebagai sekretaris pribadi. Donatur panti asuhan kita tertarik denganmu, juga memohon kepada kami. Melihat kesigapan dan disiplin dengan kondisi teknis juga mengasuh anak-anak dengan baik."

Ludah [Name] menyusuri kerongkongan seiring keringat dingin perlahan membasahi pelipis. Ia tahu betul eksistensi donatur yang dimaksudkan. Pujian terakhir seharusnya terdengar menyenangkan lantas menambahkan kadar kekhawatiran.

"Boleh saya tahu siapa orangnya?"

Kepala pengurus terkikik kecil. "Aizome Kento. Selisih usia kalian juga tidak jauh, jadi sepertinya [Name]-san akan lebih cepat beradaptasi."

Ia juga tidak bisa tiba-tiba berhenti, tetapi diposisikan sebagai sekretaris tetap saja terkesan mencurigakan. Sejujurnya, ia tidak menyangka bisa tertidur tenang tanpa dicekal pihak kepolisian. Setelah sesi bincang, [Name] meninggalkan ruangan dalam diam.

"Karena kau sudah keluar dari ruangan itu, berarti sudah tahu kelanjutannya bukan?"

Mendengar suara Kento dari belakang memunculkan desiran jantung [Name] kian menjadi. Sebuah ketegangan yang harus dihadapinya sesegera ini. Walaupun bertingkah kuat, ia tetap saja takut.

"Tangkap!" seru [Name] melempar kotak itu tanpa aba-aba.

Kento mengernyitkan dahi, refleks mundur dua langkah karena eksistensi kotak merah yang melambung tiba-tiba ke arahnya. Kurang sukses tertangkap dengan jemari, kotak itu menimpuk dahi licinnya sepintas.

"Tidak bisakah kau melempar dengan cara yang lebih manis?" gerutu Kento memungut kotak itu. Benar. Sebuah gelang asli yang direbut semalam tersemat rapi di sana.

"Aku sudah tidak berutang. Jadi, segera ralat keinginanmu kepada kepala pengurus. Aku nggak sudi menjadi sekretaris."

"Padahal kalau bersamaku, kau akan dapat banyak uang."

"Aku tidak butuh. Cukup lupakan kejadian buruk malam itu dan kembali sebagai kenalan asing."

Kento mengambil gelang itu dari kotak, kemudian berjalan mendekati gadis itu. Menyematkan aksesoris berhiaskan kupu-kupu yang berkilau indah. Benda yang menjadi asal mula interaksi di antara mereka.

"Pakailah dan datang kantorku mulai besok."

"Tunggu, gelang ini sudah kukembalikan. Kenapa dipakaikan kepadaku?"

Senyum penuh misteri Kento tertarik lebar. "Aku akan bertanya satu hal. Kenapa kau tidak kabur segera dan bertahan di sini?Cobalah melarikan diri dari kota ini. Dan ikut mati bersama gelang kutukan itu."

[Name] tahu ia resmi dicap bodoh. Tak hanya Goushi, tapi juga laki-laki ini. Saat mengejar lebih lanjut, sedan metalik telah melaju meninggalkan panti asuhan.

"Kutukan?"

∞ To be Continued

A/N:
Agachii balekkkk nulis bentar setelah hiatus menghadapi realita~
Parah fic hadiah GA udah ketunda setahun lebih T_T Hontou ni summimasen, Jechan-san! Sebagai gantinya, fic ini akan dijadikan dua bagian.

Fyi, B-project akan diadakan season 3///
Ada yang sudah dengar lagu Supernova, Sousei Prelude, dan Roar?

Tahun ini juga rilis Wrap Wrap dan I'm Your Ghost dari THRIVE. Selain itu, KiLLER KiNG juga rilis Good Liar dan Nijiro Prism. Kuy, yang pakai Spotify coba stream lagunya~

Game di hape resmi di hapus dan pindah ke Nintendo Switch, huhuhu :")))

Sekiranya begitu infoku dulu.

With love,

Agachii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro