Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 29

Melalui jendela dapur, Xiao Hua menatap ke arah jalan dengan pandangan gelap. Melintasi dahan-dahan pohon, ia dapat melihat bangunan lain di kawasan Xishan. Barisan jendela apartemen dan atap-atap rumah. Wilayah ini bisa dikatakan menengah ke bawah, jauh dari pusat kota. Tempat yang sesuai untuk melarikan diri dan mundur dari hiruk pikuk yang melelahkan. Mungkin Hei Yanjing sengaja mencari lokasi tersembunyi yang akan dia datangi di kala genting.

Hatinya dipenuhi kelegaan karena Hei Yanjing telah siuman dan kembali ke sifat normalnya. Xiao Hua memikirkan kondisinya yang masih rentan, memutuskan untuk tidak membagi kegelisahan dan gejala-gejala awal gangguan panik yang dia alami selama dua puluh jam terakhir.

Apakah ilusi yang diciptakan Huo Dofu sehebat itu hingga masih menghantui meskipun pria itu telah mati? Xiao Hua merenung dengan murung, berjalan ke meja dapur mengambil sebungkus rokok dan pemantik, kemudian menyalakannya.

Jadi, oke. Dia mulai mengalami halusinasi lagi. Sekarang bagaimana mengatasinya? Dia menyeret dan menghembuskan asap rokok sambil mendesah, mengibaskan tangan untuk mengusirnya. Menduga-duga apakah Hei Yanjing bisa menghapus ilusi dalam kepalanya secara tuntas. Tapi ... apakah pria itu akan baik-baik saja? Hei Yanjing mungkin pria hebat tapi saat ini ia tengah dalam kondisi rentan. Mungkin Xiao Hua harus menunggu.

Dia membuat secangkir teh lagi untuk dirinya sendiri, lalu membuka set lemari dapur, mengambil dua bungkus ramen instan. Tadi siang dia telah menyamar dengan cukup meyakinkan dan berhasil pergi ke supermarket terdekat tanpa ada yang mengenalinya. Xiao Hua sadar situasinya. Dia dan Hei Yanjing mungkin harus bertahan beberapa lama lagi di flat tua ini, jadi ia harus menimbun makanan dan minuman.

Ada beberapa potong daging kemasan dan sayuran di tas belanja. Dia mengeluarkannya, siap memasak sesuatu yang layak dimakan. Sesekali ia meletakkan rokok di asbak, sementara pikirannya terus berputar seperti asap rokok yang membentuk lingkaran di depan wajahnya.

Xiao Hua belum mengaktifkan ponsel, sementara milik Hei Yanjing kehabisan daya dan ia sengaja tidak menghidupkannya untuk menghindari beberapa pihak yang mungkin melacak posisi mereka. Namun Xiao Hua tidak bisa terus sembunyi seperti sekarang. Dia harus menghubungi Jiang Han lewat telepon umum. Dia akan melakukannya lain waktu, saat ini ia harus menyiapkan makan malam untuknya dan pria gombal di dalam sana.

Xiao Hua menyandarkan pinggang di meja dapur sementara menunggu air dalam panci mendidih. Menghisap rokok lagi sebelum meletakkannya di asbak. Aroma masakan berbaur asap rokok menggantung kuat di dapur beratap rendah. Bersamaan dengan kesibukan kecilnya, Xiao Hua mulai merasakan firasat itu. Tangannya yang menata masakan di mangkuk tiba-tiba berhenti saat kehadiran yang tak terlihat merayapi tengkuk dan punggungnya. Ada hawa dingin yang ganjil di dalam dapur yang seharusnya hangat.

Ini tidak nyata. Hanya permainan pikiran, halusinasi. Abaikan semuanya dan jangan biarkan dirimu dimanipulasi ilusi pria jahat itu. Benaknya memperingatkan berulang kali hingga Xiao Hua berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengintip ke meja kayu bundar di ruang makan yang menyatu dengan ruang tamu, melihat sosok pria duduk di salah satu kursi membelakanginya.

Sepertinya pria gombal itu sudah sangat lapar, dia membatin sambil tersenyum sekilas. Berbalik ke meja dapur, siap memindahkan dua mangkuk ke atas nampan. Lagi-lagi gerakannya terhenti seiring secercah kesadaran menghantuinya. Postur pria itu tidak seperti Hei Yanjing, nalurinya berkata, membisikkan informasi yang sangat ingin dia pungkiri. Tapi tak ada orang lain lagi di rumah ini selain mereka berdua. Tidak mungkin...

Xiao Hua memalingkan wajahnya yang tegang, bergeser untuk melihat lebih jelas siapa orangnya yang duduk di meja makan. Tak ada siapa pun di sana.

Demi Tuhan, ia melihatnya dengan jelas beberapa detik yang lalu. Sosok itu terlalu nyata untuk disebut ilusi. Apakah dia...?

Terlalu cemas untuk menyebut nama itu bahkan dalam pikirannya, Xiao Hua bersandar di meja dan mengusap wajah. Dia tidak bisa bersikap seperti seorang anak perempuan yang ketakutan dan bersembunyi di dapur. Sekuat tenaga, ia harus mengabaikan semua tipuan mata dan manipulasi pikiran yang menghantuinya. Menghembuskan napas sekali lagi, ia mengangkat nampan dan membawanya ke meja makan.

"Makanan sudah siap!" serunya, memalingkan wajah ke pintu kamar.

Hei Yanjing pasti mendengar suaranya. Hanya tinggal duduk menunggu dia muncul dan bergabung di meja makan. Xiao Hua mengitari seluruh ruangan sederhana itu dengan tatapan waspada, kalau-kalau ia menangkap fenomena ganjil lagi.

Sejujurnya, Xiao Hua merasa lelah dengan ketegangan yang terus menerus. Kegelisahan menderanya setiap kali ia sendirian, waswas akan hal-hal yang tidak terjadi dan sangat takut kehilangan kendali diri. Kekuatan memanipulasi pikiran yang dimiliki Huo Dofu dan ilusi yang dia tanamkan dalam dirinya terasa kian kuat mencengkram dan mengacaukan kewarasannya. Xiao Hua bisa bertahan karena ia yakin bisa menghadapinya, lagi pula pria itu telah mati. Mungkin ilusi itu tidak akan bertahan lama.

"Hei Ye!" Panggilnya sekali lagi.

Tak ada tanggapan. Sebaliknya, ia lagi-lagi merasakan kehadiran tak kasat mata, menusukkan tatapan tajam padanya, dan itu datang dari berbagai arah. Diletakkannya nampan di atas meja makan, berjalan ke depan pintu kamar Hei Yanjing.

"Kau dengar aku?" serunya, mengetuk pintu.

Desisan samar datang dari arah jendela, seolah-olah menjawab panggilannya. Sontak Xiao Hua menoleh hanya untuk melihat bayangan wajah seseorang di kaca. Menyeringai jahat padanya.

Tidak!

Kakinya mundur selangkah, nyaris kehilangan keseimbangan, dia menumpukan tangannya ke dinding dan terus menatap ke arah jendela. Bayangan itu masih di sana, menyeringai, melemparkan tawa keji, menghinanya.

Huo Dofu! Sungguh dia!

Xiao Hua menggelengkan kepala kuat-kuat mengusir penglihatan itu. Tidak ada gunanya. Dia masih mendengar kekehan seram memenuhi ruangan, memantul di dinding, menusuk telinganya.

"Tidak! Pergi! Enyah kau!" Nyaris limbung, terlalu lelah untuk menghadapi tekanan lagi, Xiao Hua menutup kedua telinganya dengan dua tangan, matanya terpejam rapat.

Dia hanya ilusi! Itu tidak nyata!

Alam bawah sadarnya terus memperingatkan tapi gagal.

"Hentikan!" Dia tidak tahan mendengar tawa dan desisan yang jelas hanya bergema di kepalanya.

Tiba-tiba hening. Perlahan Xiao Hua membuka mata, menurunkan kedua tangan, lalu memutar pandang ke sekeliling ruangan. Tidak ada apa pun di sekitarnya, atau siapa pun. Mungkinkah ilusi itu telah pergi?

Xiao Hua menggapai pegangan pintu, siap mendorongnya dan menemui Hei Yanjing ketika ilusi itu datang lagi. Dengan sudut matanya ia melihat sosok tinggi hitam berdiri di tengah ruangan, menatap kosong padanya.

"Aaahhh!!"

Seketika pintu kamar terhempas, lalu ia menyerbu masuk.

"Hei Ye!" teriaknya parau.

Kamar itu kosong. Terguncang oleh ilusi yang ditakutinya, untuk sesaat pikiran Xiao Hua seperti membeku dan ia sungguh-sungguh mengira bahwa Hei Yanjing telah hilang atau diculik seseorang.

"Hei Ye!?"

Seperti orang gila, dia menyerbu ke jendela, memeriksa apakah itu terbuka dan Hei Yanjing melompat keluar. Tak ada apa pun selain kegelapan. Xiao Hua menoleh ke sana kemari, merasakan bahwa setiap benda mati seolah-olah menatap tajam padanya. Ekspresinya masih panik, kengerian mengambang di matanya, lalu tanpa pikir panjang dia menuju satu pintu lain yang tertutup. Dan itu pintu kamar mandi.

"Hei Ye!"

Pikirannya terlalu kacau untuk memikirkan adab dan tata krama yang baik. Dengan kasar ia membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Tampak di dalam sosok Hei Yanjing berdiri memunggunginya, tengah buang air kecil. Dia masih mengenakan celana panjang, tapi sisanya bertelanjang dada mengekspos punggung kuat dan bahunya yang tegap. Raut wajah Hei Yanjing tampak terkejut sekaligus bingung saat menoleh padanya.

"Apa yang kau lakukan, Xiao Hua?"

Astaga! Demi sialan!

Xiao Hua mundur, membanting pintu hingga tertutup dan bersandar lemas di dinding.

Apa itu tadi?

Kecemasan dan rasa takutnya melahirkan tindakan tidak beradab dan memalukan. Namun ini benar-benar di luar kendali. Xiao Hua sungguh-sungguh kacau saat ini, otaknya sedang tidak siap menerima banyak tekanan. Ini terlalu melelahkan.

Pintu kamar mandi terbuka lagi dan Hei Yanjing melangkah dari dalam. Dia masih bertelanjang dada, kacamata hitamnya masih terpasang di atas hidungnya yang tegas, tapi kali ini celana panjang dan ikat pinggangnya terpasang dengan baik.

"Ada apa?" tanyanya serius. Menangkap ketegangan Xiao Hua dan sikapnya yang ganjil.

"Dia datang! Dia ada di sini!"

Matanya kini melebar, bergerak ke sana kemari dengan gelisah. Seperti ada dorongan yang sulit dicegah, ia menghampiri Hei Yanjing dan memeluknya, seperti anak kecil yang meminta perlindungan pada orang dewasa ; Xiao Hua membenamkan wajah di bahu si pria hitam.

"Hei Ye, tolong aku! Usir dia, keluarkan dia dari dalam kepalaku!"

Pria tampan yang malang ini nyaris hilang akal, pikir Hei Yanjing prihatin, balas memeluk Xiao Hua dan menepuk-nepuk punggungnya. Kejutan ini terlalu manis, dia tak pernah memikirkan Xiao Hua akan memeluknya seperti ini bahkan dengan sukarela meruntuhkan benteng keangkuhannya yang sulit ditembus. Saat satu sisi dirinya merasa khawatir pada si detektif tampan, sisi gelapnya menginginkan bahwa pria ini lebih sering dilanda ketakutan seperti sekarang.

"Tenanglah," ia berbisik di telinga Xiao Hua, kemudian menuntunnya perlahan menuju kursi, dengan lembut mendudukkannya di sana.

"Ilusi terkutuk itu," desis Xiao Hua, matanya diselimuti horor.

Hei Yanjing menghela napas. Untuk pertama kalinya ia merasakan sedikit firasat yang mengguncang. Kondisi Xiao Hua terlihat lebih rapuh dibandingkan awal perjumpaan mereka, dan itu membuatnya khawatir bahwa sang detektif mulai kehilangan kendali atas kewarasannya.

"Itu hanya ilusi," tegasnya. "Cobalah lebih keras untuk membedakannya, lalu mengabaikannya."

Xiao Hua bersandar lesu di kursi. Seharusnya saran itu sederhana, dia hanya tinggal meyakinkan diri bahwa semua ilusi yang diinginkan Huo Dofu untuk mengacaukan kewarasannya. Tapi semakin lama semakin terlihat nyata seakan-akan dia sungguh bangkit dari kematian dan mencoba menariknya untuk ikut bersamanya ke dalam kegelapan.

"Kadangkala ilusi itu terlihat sangat nyata," desah Xiao Hua setelah sedikit tenang. Tatapannya kini tertuju pada Hei Yanjing, tanpa malu-malu menghadapi ketelanjangan pria itu.

Hei Yanjing merasakan kegelisahan mengalir di antara mereka. Dia mengangkat tangannya untuk menggenggam jemari Xiao Hua yang dingin dan gemetar, memberinya sedikit kekuatan untuk mengendalikan diri. Dia tidak melakukan itu untuk memindai memori karena terlalu lelah untuk melakukannya.

"Jangan takut. Aku bersamamu."

Xiao Hua menatap. Sebelumnya ia memang telah menyandarkan rasa aman pada pria ini sejak upaya penculikan yang dilakukan Huo Dofu. Tidak ada waktu untuk bersikap berlebihan dan mengeluh seperti perempuan. Xiao Hua dengan cepat menyadari bahwa ia sendiri yang harus kuat menghadapi ilusi itu.

"Dengan terus mengabaikannya. Ilusi itu perlahan akan hilang. Namun jika kau membiarkan dirimu terpengaruh, aku khawatir kau benar-benar akan jadi gila. Itulah yang diinginkan bajingan itu saat memanipulasi pikiranmu."

Untuk beberapa waktu, Xiao Hua mengatur napasnya. Baru menyadari bahwa aroma tubuh Hei Yanjing yang maskulin kini mendominasi penciuman. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Saat ia mengamati bahu dan dada telanjang si pria hitam, darah mengalir deras ke wajahnya dan ia terbatuk kecil.

"Akan kucoba," ujarnya perlahan, menundukkan pandangan ke lantai.
"Maaf telah mengganggumu dengan cara yang buruk. Sebenarnya aku tadi berniat mengatakan bahwa makan malamnya sudah siap."

"Wah, kau sungguh melakukannya. Kapten Xie yang perkasa memasak untukku. Aku tidak sabar ingin makan malam. Tapi sayangnya aku harus mandi dulu sebentar. Kau menggangguku dengan cara yang sangat tak terduga." Hei Yanjing bangkit berdiri sambil mengeluarkan kata-kata yang membuat malu Xiao Hua.

"Maafkan aku," bisiknya.

"Tak apa."

Si pria hitam kini berbalik, melepaskan pegangan tangannya lalu berjalan kembali ke kamar mandi. Punggungnya sangat menggoda tatapan mata Xiao Hua hingga ia memandanginya tanpa berkedip. Kemudian pria itu tiba-tiba berbalik, sontak Xiao Hua mengalihkan tatapan matanya ke arah jendela.

"Ngomong-ngomong," kata Hei Yanjing, bibirnya membentuk senyum miring,
"Apa yang sempat kau lihat tadi?"

Pertanyaan itu sangat tidak tahu malu dan membakar telinga Xiao Hua seperti api. Rasa canggung dan malu dalam dirinya dalam sekejap berubah jadi kemarahan pada diri sendiri.

"Tidak ada," jawabnya cepat.

"Hmmm, tidak mungkin," ia mendengar Hei Yanjing menyangkal dengan nada tidak percaya.

"Tapi sudahlah. Kuharap kau bisa tidur dengan tenang tanpa memimpikannya."

Puas dengan ejekan nakal yang tak kenal ampun, Hei Yanjing melangkah ke dalam kamar mandi, mengabaikan delikan mata Xiao Hua. Masih belum cukup, dia menyembulkan kepalanya lagi dan tersenyum.

"Mau mandi bersamaku?"

Xiao Hua membuang napas. "Tidak!"

"Oke. Tunggu aku lima menit."

Pintu kamar mandi ditutup rapat.

Astaga, ilusi jahat dan pria penggoda...

Xiao Hua meremas rambutnya, merasa buntu dan frustasi.

Aku benar-benar bisa jadi gila.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro