Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 06

Mereka berkendara sejauh sepuluh kilometer atau mungkin lebih di jalanan lebar yang sepi, sebelum akhirnya memasuki keramaian kota dan taksi yang dikemudikan Hei Yanjing sampai di pelataran gedung apartemen tempat Xiao Hua tinggal.

Wajah tampan Xiao Hua tidak sepucat biasanya, kali ini diwarnai rona merah akibat cairan alkohol yang menghangatkan darahnya. Sepanjang perjalanan pulang, mereka tidak banyak bicara lagi. Xiao Hua terus menatap ke jalan, hampir tidak memperhatikan jalan yang pernah dikenalnya dan juga wajahnya sendiri.

"Kita sudah sampai," gumaman pelan Hei Yanjing mengusiknya.

"Oh, astaga. Pikiranku berada di tempat lain, untunglah kau pandai menemukan alamat yang kusebutkan," sahutnya sambil melepaskan sabuk pengaman.

"Itu hal yang sederhana. Aku supir taksi, bukan? Nah, di lantai berapa kau tinggal?"

Xiao Hua lagi-lagi melemparkan lirikan curiga. "Apa itu penting bagimu?"

Hei Yanjing tersenyum miring. "Tentu saja."

"Sayangnya kau tidak penting bagiku. Jadi aku tidak akan memberitahumu."

Gumam tawa Hei Yanjing berkumandang lembut. Diawasinya bagaimana Xiao Hua mengambil kartu pembayaran taksi dan menerima tanpa bicara lagi saat Xiao Hua mengulurkan benda itu padanya.

"Tidak masalah." Hei Yanjing mengembalikan kartu saat pemiliknya membuka pintu dan turun ke jalanan. "Mudah bagiku menemukan tempat tinggalmu."

Xiao Hua menutup pintu, lantas membungkuk untuk mengintip si supir taksi yang aneh itu.

"Tidak ada gunanya kau mengetahui itu. Aku tidak akan membukakan pintu," katanya.

"Aku tidak heran, kau seorang detektif polisi." Hei Yanjing menoleh padanya dan tersenyum.
"Tapi aku tetap akan mengatakan ini, memang sebaiknya jangan membuka pintu sembarangan."

Xiao Hua mundur dan berdiri, menepuk atap mobil kemudian berbalik seraya menyeringai sinis. Dia tidak mendengar taksi di belakangnya melaju, di tangga gedung, akhirnya ia berhenti, menoleh kembali pada si supir taksi. Dilihatnya Hei Yanjing masih menatap padanya, kali ini tanpa ekspresi. Xiao Hua tertegun sejenak, tiba-tiba merasakan desiran aneh di permukaan kulitnya. Ada dorongan untuk waspada terhadap pria itu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tidak membiarkan perasaan semacam itu memperburuk suasana hatinya yang sudah kacau, Xiao Hua berbalik kembali dan melompati dua anak tangga sekaligus untuk mencapai pintu lobi.

=====

Burung-burung sudah mulai berkicau dan melompat-lompat di atap menyambut hari baru. Matahari memancarkan rona keemasan di birunya langit dan kehidupan perkotaan terbangun dari tidurnya.

Xiao Hua bergerak-gerak di tempat tidurnya saat dering ponsel yang melengking masuk ke telinganya.
Siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini? Terutama ketika dia tidak memiliki agenda rutin untuk pergi ke markas polisi. Setelah minum alkohol dalam jumlah yang lumayan, kepalanya sedikit pusing, dan bahkan tidur satu detik pun merupakan anugerah tersembunyi. Tetapi dering ponsel tak kunjung berhenti, membuatnya terjaga dengan paksa. Ketika Xiao Hua membuka mata, sinar matahari keemasan bersinar terang di luar jendela. Dia terkejut karena bangun terlambat tapi kemudian segera menyadari bahwa dia memang tidak perlu bangun pagi hari ini dan untuk beberapa hari ke depan.

Dengan enggan ia meraih ponsel dan menjawab panggilan.

"Halo?"

"Kapten, mengapa kau tidak segera menjawab panggilanku? Aku memiliki berita buruk untukmu. Sebenarnya, untuk kita."

Suara Jiang Han yang serius membuat Xiao Hua perlahan mengubah posisi hingga duduk lesu di tepi ranjang.

"Kabar buruk di pagi hari? Astaga," desisnya.

"Aku menyesal mengatakan ini. Kami menerima laporan penemuan mayat lagi."

"Argh, sialan ... " Xiao Hua menggeram frustasi. "Apakah korbannya gadis bergaun putih lagi?"

"Bukan. Kali ini sesosok mayat pria ditemukan di sekitar Xian Road. Ada dua luka tusukan di lehernya. Korban tewas karena kehabisan darah. Selain itu ada banyak memar di tubuhnya."

"Menurutmu apakah itu ada kaitannya dengan kasus yang sedang kita tangani?"

Jiang Han terdengar sibuk sesaat, ada suara-suara di latar belakang, kemudian ia berkata lagi, "Kami belum bisa memastikan. Jasad korban telah berada di ruangan forensik. Dengar Kapten, bisakah kita bertemu? Aku ingin membicarakannya secara langsung denganmu."

"Baiklah. Aku akan menunggumu di Hershey."

Mereka bicara beberapa patah kata lagi dan Xiao Hua mengharapkan serangkaian penjelasan darinya selama waktu percakapan yang singkat, tapi hingga akhir, hanya ada kabar buruk. Dia menguatkan diri dan tetap diam. Bahkan nyaris tak sadar saat suara sang rekan sepertinya telah menghilang.

Satu pembunuhan lagi ....

Tertegun di ujung tempat tidur, Xiao Hua hanya bisa melihat labirin kacau dalam kepalanya. Gambaran mengerikan tentang kondisi korban segera menerjang keluar dari bayang-bayang gelap pikirannya dan mencoba menghalangi otaknya untuk bekerja. Dia bisa saja tidak peduli. Toh dia sedang menjalani masa skorsing. Tapi dia tidak bisa mengelak dari situasi genting di sekelilingnya.
Dia benar-benar tidak sabar ingin meringkus setiap bajingan pembunuh.

Kekosongan pikirannya tidak berlangsung lama. Xiao Hua segera bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk menyiram kepalanya yang kacau. Ada banyak hal yang ingin dia lakukan hari ini. Pertama-tama ia harus menyegarkan diri dan bersiap-siap menemui Jiang Han. Dia tidak berencana datang ke kantor polisi, Hershey terdengar seperti pilihan yang brilian dan Jiang Han pasti tidak akan keberatan. Lagi pula, dia akan butuh kafein dalam sistem tubuhnya di awal hari yang buruk ini.

Lima belas menit kemudian, Xiao Hua sudah siap. Diraihnya ponselnya untuk menghubungi montir yang bertugas memperbaiki dan membawa kendaraannya yang mogok semalam.

"Mobilmu ada di bengkelku. Tidak ada kerusakan fatal, hanya masalah kabel putus," si montir menjelaskan.

"Aku akan ke sana nanti siang. Terima kasih atas bantuanmu." Xiao Hua melirik jam tangan, memperkirakan waktu. Saat ini pukul sembilan, memperkirakan kemacetan di jalan, kemungkinan dia akan keluar dari Hershey sekitar pukul sebelas. Jiang Han pasti sangat sibuk, ia tidak akan memiliki banyak waktu untuk dihamburkan di kedai kopi.

"Oke."

Selesai bicara dengan montir, Xiao Hua bergegas menuju lift, turun ke lobi, dan berdiri bingung di tepi jalan. Sialan, dia butuh taksi lagi. Dia menggigit bibir dan memberhentikan sebuah taksi yang melintas. Untunglah pengemudinya bukan Hei Yanjing. Dia sedang tidak berminat untuk digoda atau mendengar omong kosongnya.

=====

Ketika Xiao Hua sudah sampai di Hershey, dia segera memesan secangkir kopi dan roti lapis sebagai menu sarapan. Jiang Han tiba sepuluh menit kemudian, menyodorkan setumpuk kertas dan foto yang diambil penyidik di TKP. Dia meminta Xiao Hua untuk memeriksanya, mungkin menunjukkannya beberapa hal kecil yang terlewatkan.

Saat matanya melewati halaman laporan dan beberapa lembar foto korban, perasaan ngeri perlahan muncul dalam diri Xiao Hua, membuat tubuhnya dingin. Korban adalah seorang pria sekitar akhir tiga puluh. Luka tusukan tampak sangat buruk di bagian leher. Ada bekas pemukulan di wajah dan kepala. Sepertinya pelaku menghajarnya terlebih dahulu sebelum melenyapkannya.

"Menurut Tim Forensik, jasad korban diperkirakan telah berada di lokasi selama dua hari. Posisinya yang tersembunyi membuat warga yang melintas tidak segera menyadarinya. Tidak ada senjata pembunuhan. Tapi itu bisa dipastikan adalah sebilah pisau berdiameter satu inchi." Jiang Han menunjuk salah satu foto yang menggambarkan luka di tubuh korban.

"Apakah tidak ada saksi mata? Kamera pengawas?"

"Tidak ada kamera pengawas di sekitar lokasi. Itu adalah jalan kecil di sisi jalan utama, Xian Road. Kami menemukan seorang saksi, dia mahasiswi yang bekerja paruh waktu. Namanya Gu Zi Qing."

Jiang Han menunjukkan selembar foto dan juga catatan pernyataan saksi. "Ada yang aneh, Kapten," desisannya membuat Xiao Hua sedikit tegang.

"Saksi mengatakan bahwa dia bertemu seorang gadis yang menabraknya. Katanya dia tidak mengenal gadis itu. Tapi kondisinya nampak menyedihkan. Dia meminta tolong pada saksi tapi segera kabur karena seorang pria mengejarnya."

"Seorang pria? Apakah yang dia lihat adalah korban?"

Jiang Han mengangguk.

"Jadi saksi sempat berjumpa korban sebelum dia tewas? Apakah dia melihat pelakunya juga?"

"Sayangnya, kami sempat meragukan pernyataan Gu Zi Xing. Gadis itu terlihat kacau dan sedikit berbelit-belit. Kupikir dia kebingungan. Namun yang membuatku cemas, gadis yang dia temui malam itu tidak bisa dilacak keberadaannya. Setelah kami telusuri, profilnya sesuai dengan laporan orang hilang yang diajukan beberapa hari sebelumnya."

"Maksudmu, pelaku yang menghabisi pria ini, kemungkinan menculik gadis yang terluka itu?"

"Tidak menutup kemungkinan. Metodenya memang berbeda, aku memiliki asumsi bahwa pelaku kali ini masih berkaitan dengan pembunuh berantai gaun putih. Mungkin pelakunya sama, mungkin juga ini adalah perbuatan seorang kaki tangan."

"Gadis yang dilaporkan hilang, siapa namanya? Bisakah kau beri aku informasi terperinci?"

"Tentu."

Keduanya saling diam untuk sekian detik sama-sama menghirup kopi.
Kemudian Xiao Hua beralih kembali pada kasus pembunuhan gaun putih.

"Kau sudah membaca profil pelaku yang aku buat?" tanyanya pada Jiang Han dengan suara bergetar.

Yang ditanya mengangguk. "Seorang pria, itu jelas. Dia memiliki kekuatan untuk memindahkan jasad korban ke lokasi yang diinginkan. Gaun putih dibuat sedemikian rupa seperti sebuah petunjuk. Putih, simbol kesucian. Mungkin pelaku adalah seorang maniak yang ingin menunjukkan bahwa ia telah berjasa menghilangkan noda di dunia. Merasa dirinya seorang suci yang berhak melenyapkan nyawa orang yang dia anggap tidak layak," Jiang Han bergidik,
"Orang gila cerdas. Astaga, aku benar-benar ingin mencincangnya."

"Aku yakin jika kita menyelidiki lebih lanjut, akan ada kesamaan dari para korban. Setelah menganalisis polanya, kita dapat dengan aman berasumsi bahwa pelaku mengincar gadis yang menurutnya melakukan tindakan tidak bermoral. Tidak peduli apakah mereka mahasiswi atau pekerja." Pilihan katanya memang terdengar kejam, tapi hanya itu yang saat ini terpikirkan. Emosi Xiao Hua yang tertahan sejak tadi kini mengalir lewat desisan keras dan kepalan tangan kuat tanda kemarahan.

"Bajingan itu bertingkah seolah dia malaikat," desis Jiang Han.

"Ini di luar kemampuanku untuk mengabaikannya. Aku sudah memutuskan, meskipun mereka telah mengeluarkanku dari kasus ini, aku akan terus mengerjakannya. Walaupun secara tidak resmi."

Xiao Hua menghela napas dalam-dalam setelah mengucapkan kata-katanya dengan tegas. Wajahnya semakin muram, menyadari gawatnya situasi.

"Kapten, kuharap kau tidak terlalu emosional. Kita harus berhati-hati untuk tidak bertindak agresif. Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kau ... " Jiang Han memutus kalimatnya.

"Aku tahu." Xiao Hua menatapnya.

"Ini tidak akan mudah," Jiang Han terlihat sama bingungnya, tapi sepasang mata Xiao Hua berkilau oleh gagasan liar yang baru saja melintas di benaknya.

"Untuk menangkap psikopat licik ini, aku membutuhkan orang lain yang sama gilanya." Alis Xiao Hua bertaut ganas, memikirkan seseorang.

"Siapa yang kau maksud?"

"Pembunuh berantai tujuh tahun lalu yang menyebut dirinya memiliki kekuatan supranatural."

Jiang Han memandangnya dengan terperanjat. "Itu tidak diperlukan. Psikolog forensik akan membantu penyelidikan dalam Tim kita."

"Anggap saja bajingan itu adalah psikolognya," tegas Xiao Hua keras kepala.

"Kau sudah gila," desis Jiang Han, mencondongkan wajah pada sang rekan. "Dia hanya seorang kriminal. Tidak ada yang bisa kita harapkan. Kau pikir dia akan membantu polisi dengan wawasannya yang terperinci? Ayolah, gagasanmu bukan hanya tidak bijaksana, melainkan konyol!"

Xiao Hua bergeming, bahkan sorot matanya kian tajam. "Terkadang untuk mengalahkan satu iblis, kita perlu mencari bantuan iblis lain. Selain itu, aku yakin ini bukan pertama kalinya seseorang dari polisi meminta bantuan tahanan untuk memecahkan kasus."

"Tapi---"

"Saat ini, prioritas utama kita adalah untuk mencegah insiden brutal terjadi lagi. Dalam situasi rumit ini, kriminal itu adalah psikolog yang sempurna." Xiao Hua menatap serius pada Jiang Han, lalu meneruskan dengan nada dingin,
"Sementara kau dan aku mengoceh di sini, pelaku mungkin tengah menargetkan korban yang lain. Gadis yang ditemui Gu Zi Xing malam itu bisa jadi adalah korban selanjutnya, dan kita harus segera menemukan dia."

Kata-kata itu menunjukkan efeknya pada Jiang Han. Dia berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujuinya dengan sedikit enggan.
"Uh, ya. Baiklah. Aku akan mengupayakan agar kau bisa menemuinya," ia berkata perlahan. Ekpresinya rumit.

"Aku ingin kau memberiku informasi terperinci tentang pria itu. Aku harus siap saat menemuinya nanti. Ngomong-ngomong, di mana polisi menempatkan bajingan itu sekarang?"

"Penjara pusat. Kau mungkin memerlukan izin sebelumnya dari otoritas penjara untuk bertemu dengannya."

Xiao Hua menyeringai. "Tidak ada yang bisa menahan detektif polisi untuk bertemu tahanan. Jadi jangan khawatir. Siapa namanya?"

Jiang Han menelan liur saat menyebutkan nama kriminal yang tengah mereka bicarakan.
"Huo Dofu. Dia seorang dokter."

"Dokter?" Kening Xiao Hua mengernyit dalam. "Kau tidak menyinggung profesinya sebelumnya. Astaga, ini mengerikan," ia mendesis.
"Profesi dokter adalah menyelamatkan nyawa tapi bajingan ini melenyapkan beberapa orang. Dunia benar-benar sudah gila."

"Kau harus berhati-hati, Kapten." Jiang Han memperingatkan dengan serius. Dia tampak akan meneruskan bicara tapi tertahan oleh panggilan ponselnya. Sementara Jiang Han bicara dengan seseorang, Xiao Hua bangkit berdiri, mengambil laporan dalam map dan berjalan keluar kedai kopi.

Menit berikutnya, Xiao Hua mendengar Jiang Han berlari mengejar sambil terus memanggil namanya.
"Kapten, aku tahu mungkin tindakan ini tidak sepenuhnya keliru. Tapi kuharap pikirkan kembali gagasan gilamu. Itu mungkin memberimu petunjuk, tapi pernyataannya tidak bisa dijadikan bukti legal."

Xiao Hua terus berjalan, sementara Jiang Han mengikutinya keluar, lalu dia melangkah ke sampingnya dan mulai bicara tentang prosedur.

"Berhenti mengoceh, aku bahkan belum melangkah ke penjara. Untuk apa begitu khawatir?" Xiao Hua berhenti di tepi jalan dan mencoba menegaskan kembali ide briliannya.
"Saat ini akan lebih baik jika kau mau membantuku. Waktu itu kau mengatakan tentang kemampuannya memindai ingatan dari benda-benda. Bawakan saja aku salah satu bukti yang dikumpulkan polisi dari TKP. Tidak sulit melakukan itu, bukan?"

Jiang Han menghembuskan napas keras. Menggaruk tengkuknya dengan kasar sejenak, menyadari bahwa ia dan sang kapten yang putus asa telah terjebak oleh omong kosong yang dia ucapkan tanpa sengaja.

"Kapan kau akan menemuinya?" tanya Jiang Han, menyerah untuk memperingatkannya.

"Secepatnya." Xiao Hua mengibaskan laporan di tangannya dengan kesal.

"Mari kita temui iblis itu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro