
10. Antara aku dan dia
Sorry buat sebulan ga apdet 😌🙏 lgi gaada apa² yg penting sih cuma pengen males²an doang hehe... Soo enjoy
Btw, Minal adzin wal faidzin yaaa... Maapin aku yg suka jarang apdett 🙏🙏🙂😆
.....
Mahes merebahkan tubuhnya pelan. Ia terbayang wajah Pierre yang terakhir kali menatapnya dalam dengan senyuman tulus dari wajah tampannya. Ia memegang kalung perak itu dengan erat, membayangkan kejadian manis yang pernah mereka jalani.
Satu hari telah berlalu semenjak Pierre dengan resmi meninggalkan hiruk pikuk Kota Medan, dan juga meninggalkannya. Mahes sendiri bingung harus bereaksi seperti apa atas kepergian pria yang ia sukai. Sedih? Tentu saja iya, tetapi apalah daya gadis kampung dirinya yang baru saja bisa memasak sepertinya dapat menghentikan impian serta pekerjaan seorang Pierre Tendean.
Inikah rasanya LDR? Rasa sedih, rindu, gundah menyatu-padu membuat hati Mahes menjadi tak karuan. Tapi sekali lagi, siapakah ia dapat menghentikan Pierre? Dengan bentangan jarak ribuan kilometer jauhnya yang memisahkan sepasang sejoli yang sedang dimabuk asmara ini membuat Mahes semakin memeluk kalung perak pemberian pria tersebut.
Ia tak pernah membayangkan akan menjalani sebuah ikatan serius dengan seorang pria sebelumnya, kenyataan bahwa ia jomblo karatan lah yang membuatnya semakin gugup dan bingung ketika merasakan dan mendengar pernyataan Pierre yang dengan jelas mengatakan bahwa pria itu menyukainya, oh tidak bahkan pria itu mencintainya.
Mahes kembali memegang kalung perak tersebut. Ia kembali kalut dalam pemikiran dan sugesti tentang kalung ini. Berjuta pertanyaan kini tengah melayang bebas dalam pikiran gadis ini.
Tetapi hanya sebuah pertanyaan yang terjebak dan menetap lama dalam pikiran gadis ini.
"Akankah aku kembali ke masa depan?"
Ia kembali berfikir dan berspekulasi tentang kalung misterius yang setiba saja menganggu pikiran indah Mahes. Lagi-lagi memeluk kalung perak itu erat, seakan tidak ingin terlepas dari semua kenangan yang ia jalani bersama Pierre.
Sebelum benar-benar terlelap, untuk pertama kalinya, Mahes memohon untuk tidak kembali ke tempat ia seharusnya berada dan ingin diberikan kesempatan lebih lama bersama prianya, Pierre Andries Tendean.
.oo0oo.
Beberapa bulan kemudian ....
Medan, 10 Juli 1965.
Suasana pagi yang digin dengan matahari yang bahkan belum memunculkan sinarnya, seorang gadis tengah merenggangkan otot-otot tubuhnya yang sempat kaku beberapa saat. Kini ia bahkan terbiasa bangun subuh dan tanpak sama sekali tidak keberatan dengan itu, padahal di masa depan sana ia kerap bergadang hanya memainkan ponsel miliknya atau menonton drama korea semalaman suntuk dan berakhir menjadi sapi tidur saat siang harinya.
Jiwa pemalas Mahes hilang entah kemana semenjak ia menetap disini, menetap di jaman dahulu dengan orang tua yang keras membuatnya menjadi rajin dan ulet. Jika dulu ia ketika bosan memainkan game atau ponselnya, disini ia lebih produktif dengan mengajar atau membaca beberapa buku sastra.
Sampai seorang pria menyarankan sebuah buku berjudul, 'Jalan Tak Ada Ujung'. Sebuah novel garapan Mochtar Lubis, segera setelah sang pria merekomendasikan buku tersebut, Mahes langsung jatuh cinta dengan buku itu, dan yang paling membuatnya senang adalah sosok dibalik pria yang menyarankan buku tersebut adalah tunangannya sendiri, Pierre Tendean.
Setelah selesai merapihkan tempat tidur, Mahes membersihkan badannya dan melaksanakan sholat subuh. Ia sesekali menguap dan merenggangkan otot-ototnya. Ia keluar kamar dan mendapati ibu dan ayahnya tak berada di rumah.
Ia sudah mengetahui kebiasaan keluarga ini, sang ayah akan sholat subuh berjamaah di sebuah masjid di kampunya, dan sang ibu akan belanja ke pasar rakyat.
Ia memilih untuk membersihkan ulang rumah miliknya, mengelap beberapa meja dan pajangan yang terletak di ruang tamu dan menatanya ulang hingga menjadi lebih apik dan layak dipandang.
Setelah membersihkan rumah bagian dalam, Mahes memutuskan untuk mulai menyapu halaman depan rumahnya yang sudah dipenuhi beberapa ranting dan daun kering.
Mahes mulai menyapu dengan pelan dan seulas senyuman tercetak jelas pada wajah manisnya. Ia seketika rindu dan teringat Pierre yang biasanya lari pagi dan menyapanya, ia rindu senyuman tulus pria itu, ia rindu segala hal dari prianya. Dan Mahes hanya dapat tersenyum manis dengan guratan-guratan yang mewakili rasa rindunya.
"Min, kamu sehat? Kok pagi-pagi sudah senyum-senyum sendiri? Jangan nakutin lah, mukamu ndak cantik buat senyum-senyum!" hina Gayatri yang entah dari mana sudah muncul di hadapannya bersama Hendro sang ayah.
Mahes mendecakkan lidahnya kesal.
"Jahat banget ya ... tega gitu sama anaknya sendiri dikatain jelek," ucap Mahes kesal.
"Hahaha ... iya iya ndak kok, kamu cantik, anak ibu mah selalu cantik. Oh iya, ini ibu tadi ketemu pak pos yang pengen nganter surat buatmu, ini."
Ibunya menyodorkan sebuah surat dengan tulisan tangan yang sudah Mahes kenali dengan baik. Ia segera meletakkan sapu lidi miliknya dan segera membersigkan tangan untuk mengambil surat tersebut.
Gayatri paham betul kebiasaan anaknya yang mendadak ceria dan bahagia ketika mendapat surat dari tunangannya. Dan sebagai ibu, Gayatri sudah bahagia jika anak gadisnya bahagia.
"Dibacanya pelan-pelan, jangan senyam-senyum wajahnya, ntar kesambet," goda Gayatri pada anaknya yang tengah tersenyum manis.
"Ah ibu sa ae sih hehe, btw makasih ya bu ... Mini sayang ibu." Mahes segera memeluk ibunya dan berlari memasuki kamar untuk membaca surat dari sang kekasih.
Walaupun tak begitu mengerti dengan yang diucapkan anaknya, Gayatri tetap senang dan tersenyum tatkala sang anak berlari layaknya anak kecil yang hendak diberi mainan.
Seketika Mahes menutup dan mengunci pintu kamarnya setelah sampai di kamar miliknya. Ia sedikit berdebar-debar untuk membuka surat tersebut, walaupun ia tahu surat tersebut bukanlah surat pertama daru Pierre, tapi entah kenapa jantungnya seakan tidak mau tenang dan ingin segera melepas rindu.
Mahes menghembuskan nafas panjang dan segera membuka surat tersebut.
~
Semarang, 3 Juli 1965.
Teruntuk Rukmini tersayang di tempat,
Apa kabarnmu Mini? Semoga baik-baik saja, seperti yang kau tahu, kemarin adik bungsuku menikah, itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi aku dan keluarga. Walau hubungan mereka tak terlalu berjalan lancar, keluarga kami adalah penganut kristen yang taat, dan keluarga Mas Jusuf juga adalah keluarga islam yang taat, tetapi adikku, Roos, mengambil keputusan besar dengan mengorbankan agamanya demi cinta. Seperti yang kau tahu, dalam agama islam harus ada yang namanya ijab qobul. Keluarga kami memang tak terlalu paham tentang hal itu, jadi kami hanya mengikuti acaranya dengan hikmat. Pak penghulu menjabat tangan Jusuf dengan erat dan mulai mengucapkan janji pernikahan dan izin menikahi adikku. Pak Nas juga hadir dalam acara membahagiakan tersebut. Aku tersenyum melihat Roos sangat bahagia saat itu, dan akhirnya pertahananku jebol juga saat Roos memelukku erat dan mulai menangis. Untuk pertama kalinya, Pak Nas melihat ajudannya menjadi lemah dan menangis pilu di hadapannya. Dan aku sudah bertekat, aku akan berkorban dengan cara yang sama agar aku dapat menikahimu secara hukum dan agama. Ada banyak sekali yang ingin aku ceritakan padamu. Aku tak dapat menggunakan telepon rumah Pak Nas lagi, jadi maaf jika aku hanya dapat mengirim kabar lewat selembar surat ini. Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai sakit karena kau tahu betapa khawatirnya aku jika kau sakit.
Dari pria yang merindukanmu,
Pierre Tendean
~
Mahes menutup surat tersebut, ia bahagia atas pernikahan calon adik iparnya. Tetapi lain sisi ia juga sedih karena tak dapat hadir ditempat dan entah kenapa surat yang Pierre kirimkan terasa begitu singkat.
Dalam surat Pierre juga menjelaskan untuk jangan menelponnya, lalu apa yang dapat Mahes lakukan ketika ia rindu selain memeluk kalung pemberiannya dan mengingat kenangan manis bersamanya?
Mahes hanya dapat menghembuskan nafas pasrah, ia menatap surat tersebut sekali lagi dan menyimpannya dalam lemari pakaian miliknya.
Berlanjut...
.oo0oo.
I'm back yow.. Insya Allah bakalan apdet perminggu kalo bener-bener luang, dan aku bakal usahain apdet perminggu supaya cepat tamat hehe..
Sorry for typo 🙏😎
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro