[3/10]
Mendengar dia dalam bahaya ...
•••
Kehilangan terbesar Yuta alami sebanyak dua kali. Satu, adalah ketika Rika, teman semasa kecilnya yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Dan dua, ketika sang istri meninggal tiga belas tahun silam.
Memejamkan mata, genggaman pada foto figura dieratkan. Yuta menghela napas berat. Ingatan ketika sang istri menggenggam tangannya, kemudian menatap Yuta dengan mata sayu. Bibir pucat mengukir senyuman, kemudian berujar dengan pelan.
"Yuta, jagalah anak kita, ya? Sayangi dia dengan seluruh kasih sayangmu. Melebihi diriku, cintailah dia. Lindungilah dia. (Name) adalah nama yang kupilihkan. Hehe, maaf aku tidak membicarakannya denganmu. Aku ... sayang Yuta—"
"YUTA-SAN!"
Tersentak, figura terjatuh. Yuta menoleh ke arah pintu, dimana Maki berdiri dengan napas terengah.
"Maki? Ada apa?"
Tersenyum, Yuta menatap rekannya. Mengambil napas dalam, Maki dengan cepat menjelaskan.
"(NAME)! DIA— DIA TERJATUH DARI TANGGA!"
Yuta terdiam. Rasanya, jantung berhenti berdetak. Napas tercekat, Yuta rasakan pupil matanya bergetar.
"A-apa ... ?"
•••
Bagi Yuta, (Name) adalah satu-satunya harta berharga yang ia punya. Hadiah yang ditinggalkan sang istri, buah hatinya, dan seluruh jiwanya.
(Name), adalah segalanya.
Mendengar anaknya terluka, Yuta tanpa basa-basi meninggalkan Maki. Dengan cepat bergegas menuju sekolah sang anak, Yuta kini membuka pintu unit kesehatan dengan kasar.
Beberapa orang mengomelinya. Tapi, Yuta tak peduli.
(Name) prioritasnya.
Sosok sang anak yang tengah meringis di atas ranjang terlihat. Yuta berlari mendekat.
"(Name)!"
Tersentak, gadis mungil itu menatap ayahnya.
"P-papa?! Kok Papa ada di sini?!"
Yuta memeluk anaknya. Dengan erat, merengkuh tubuh mungil seakan takut kehilangan.
"Kau, bagaimana bisa kamu jatuh dari tangga?"
Yuta melepaskan pelukannya. Menatap sang anak yang terkekeh canggung.
"I-itu ... aku sedang berlari ... hehehe."
Yuta menghela napas berat. Meremas rambutnya frustasi, Yuta kini sedikit bersyukur.
Setidaknya, (Name) hanya mengalami luka ringan..
Usai menenangkan diri, Yuta meremas pelan pundak anaknya.
"(Name), lain kali jangan berlari di tangga. Paham?"
Tersenyum lebar seakan tak mengalami kejadian apapun, (Name) kini menyentuh pelan punggung tangan ayahnya.
"Iya, Papa!"
Omake
"Yuta-san ... "
"Geh?!"
"KENAPA KAU BERLARI SEPERTI ITU?! TIDAK TAHUKAH KAU KALAU INI ADALAH SEKOLAH ANAKMU?! GURU MENGOMELIKU TAHU?! DAN —"
"M-maki ... tolong tenang ... "
... jujur, aku sangat panik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro