Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛𝐁𝐮𝐬𝐲❜

Target up kali ini tiap votenya udh sampe 80+ ya. Jadi jangan lupa vote sama komennya okey, kalo mau tetep dilanjut ceritanya 💜

Happy Reading

Untuk pertama kalinya sejak di dirikan, brand De Viels turun peringkat menjadi ketiga. Padahal ulang tahun perusahaan sebentar lagi akan digelar di akhir tahun.

Memijat keningnya frustasi, Dahyun menatap lelah Jimin yang terus menyalahkannya karena hal ini.

"Jimin-ah, sudah kubilang kalau ini hanya masalah dana. Pihak Sourene sudah membayar Luvies dua kali lipat, dan jika kita memaksa ingin tetap kolaborasi dengan Luvies, kerugian kita jauh lebih besar karena harus membayar lebih dari itu."

Jimin melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, lantas melipat lengan bajunya di depan cermin. "Kau sudah mengatakan itu tiga kali." Jimin berbalik, berjalan santai ke arah Dahyun yang duduk dikursi besarnya. Memutar kursi itu hingga menghadap ke arahnya. Jimin menundukan wajahnya hingga sejajar dengan Dahyun.

"Aku tidak butuh alasan. Yang aku inginkan peringkat De Viels kembali ke tempatnya. Peringkat pertama," ujarnya penuh penekanan. Soal pekerjaan, Jimin memang tidak pernah main-main.

"Aku akan berusaha."

"Usaha?" Jimin terkekeh pelan, jelas mengejek ucapannya barusan, namun Dahyun tak gentar, ia tetap mempertahankan raut wajah datarnya walaupun harga dirinya terasa dicabik-cabik.

"Usaha saja tidak cukup." Tangan Jimin bergerak menyentuh dagu Dahyun dengan jarinya, membuatnya mendongak padanya. "Kau harus membuktikannya karena jika tidak, kau tahu apa yang akan terjadi, kan? Sayang?"

Jimin langsung melepaskan jarinya dari dagu Dahyun, berjalan dengan santai meninggalkan ruangan Dahyun namun sebelum Jimin keluar, Dahyun sempat berujar yang membuat Jimin menatapnya tajam seraya membanting pintu hingga menimbulkan suara.

"Apapun yang terjadi, tolong jangan libatkan Jungkook dalam masalah ini."

Memijat keningnya yang terasa pening, Dahyun menyibak rambutnya ke belakang lantas kembali menopang kepalanya dengan tangan. Sudah pukul 10 malam, namun ia masih ada di kantor, berkutat dengan designnya yang tak kunjung usai. Pegawainya yang lain sudah ia suruh pulang karena besok akan menjadi hari yang sangat sibuk. Menyadari situasi saat ini, jelas mereka sudah tidak bisa leha-leha lagi, walaupun penurunan peringkat ini bukan sepenuhnya kesalahan Dahyun, ia tetap harus bertanggung jawab.

Setidaknya, Dahyun perlu bekerja lebih keras untuk dapat kembali mencapai rangking satu tanpa kolaborasi dengan brand ternama lain dalam waktu yang relatif singkat.

My Koo🥕 is calling ...

Dahyun tersenyum melihat panggilan itu. Langsung mengangkat dan menyapanya dengan nada manja.

"Ada apa kelinciku? Kau merindukan noonamu, hm?"

"Iya, sangat. Noona ... Kapan kau pulang? Apa masih lama?"

"Ya ... Sepertinya. Pekerjaanku masih banyak."

"Noona masih di ruangan noona, kan?"

"Iya, darimana kau tahu?"

"Hanya ruangan noona saja yang lampunya masih menyala. Tunggu sebentar ya noona, aku akan ke sana."

"Eh? Kau ada di sini? Sejak ka—"

Tok! Tok! Tok!

Jungkook langsung membuka pintu dan masuk ke dalam diketukan ketiga. "Annyeong, your Kookie wasseoyeo!"

*Halo, Kookiemu datang!

Jungkook datang dengan dua kresek berisi makanan di tangannya, segera menaruhnya di atas meja sementara Dahyun masih terdiam di tempatnya.

"Ya, kenapa tidak bilang kalau kau akan datang kemari?" Dahyun beranjak dari duduknya, lantas berlari dan memeluk Jungkook.

"Hah ... Beogoshipo. Sudah berapa hari ya kita tidak bertemu? Seminggu? Dua minggu?"

"Lima hari, noona."

"Sungguh hanya lima hari? Wah ... Waktu terasa berjalan sangat lambat saat aku tidak bertemu denganmu." Dahyun menguraikan pelukannya, melirik kresek yang dibawa Jungkook.

"Kau membawa apa?"

"Ah aku membawakan ayam!" Jungkook langsung bergerak untuk mengeluarkan sekotak ayam goreng dan ayam bumbu, disusul dengan beberapa kotak susu dan kopi. Dijejerkan di atas meja.

"Noona belum makan, kan? Jadi aku bawakan ini."

"Tahu darimana kalau aku belum makan? Seolma kau ... Menungguku diluar sejak tadi?"

Jungkook menyengir, menggaruk tengkuknya malu karena ketahuan. "Ya ... Aku sangat merindukan noona. Jadi aku datang kemari. Niatnya ingin mengejutkan noona, tapi sampai larut malam juga noona tidak kunjung keluar, rupanya sedang lembur. Apa selama ini, noona lembur juga? Itu sebabnya noona jarang pulang ke apartemen?"

"Kau menunggu di apartemenku juga?"

"Ya ... Hanya sampai tengah malam, lalu kembali pulang ke flat."

Sudah seminggu Jungkook pindah dari apartemen Dahyun dan tinggal disebuah flat yang tak jauh disana. Jelas bukan flat biasa hanya saja ukurannya lebih kecil dari apartemen Dahyun dan hanya ada satu kamar.

"Jinjja? Ottokhe, aku jadi merasa bersalah. Seharusnya aku pulang saja tapi pekerjaanku benar-benar banyak, aku tidak bisa tidur nyenyak kalau belum selesai."

Jungkook meraih tangan Dahyun, menariknya pelan supaya wanita itu bersandar padanya. "Gwenchana, noona, pekerjaan kan lebih penting tapi sebelum melanjutkan, noona makan dulu ya. Mumpung masih hangat, mau kusuapi?"

Dahyun langsung menegakan tubuhnya, lantas menangkup kedua pipi Jungkook hingga menghadap ke arahnya. "Ya, kenapa kau jahat sekali sih?"

Jungkook berkedip bingung. "M-mwo?"

"Ya, kau sangat jahat. Sudah tampan, baik, perhatian lagi. Kenapa kau begitu sempurna?"

Jungkook kontan terkekeh sementara Dahyun menatapnya sebal. "Aku serius! Kau membuatku merasa sangat bersyukur karena memungutmu di jalan waktu itu."

"Mwo?"

"Aku benar, kan?" Dahyun mengambil sepotong ayam bumbu dengan sumpit lalu memakannya dengan santai. "Waktu itu kita bertemu dijalan dan kau meminta untuk menumpang di apartemenku. Andai saja waktu itu aku tidak mau menampungmu, apa yang terjadi ya? Pasti kita tidak akan sedekat sekarang."

Jungkook terdiam, agak tidak terima dengan ucapan Dahyun barusan walaupun ada benarnya. "Ya ya, terserah. Noona dan om ternyata sama saja ya, suka memakai perumpamaan 'memungut' alih-alih menolong dan 'memelihara' alih-alih merawat. Seolah-olah aku adalah binatang."

"Kau memang binatang peliharaanku." Dahyun tersenyum hingga matanya menyipit lantas menyodorkan sepotong ayam bumbu pada Jungkook tapi lelaki itu diam saja.

"Ayolah, aku hanya bercanda. Ayo buka mulutmu Aaaa—pintar."

Jungkook terus melihat Dahyun selagi ia mengunyah makanannya sementara wanita itu makan dengan tenang walaupun pikirannya kemana-mana.

Jungkook menyadarinya, lelaki itu mengedarkan pandangan. Melihat ada banyak kertas yang berserakan di meja kerja Dahyun. Beberapa bahkan ada yang sudah diremas dan berceceran di dekat tong sampah. Selama lima hari ini, Dahyun pasti benar-benar bekerja sangat keras. Ia juga sudah tahu soal peringkat brand populer itu, dan pasti itu ada kaitannya dengan kesibukan Dahyun akhir-akhir ini.

"Noona ... Habis ini mau langsung bekerja lagi?" tanyanya setelah beberapa saat. Dahyun tak menjawab, ia terlihat melamun. Baru saat Jungkook menggerakan tangannya, Dahyun menoleh panik ke arahnya.

"Mwo? Kau bilang apa tadi?"

Alih-alih menjawab, Jungkook malah salah fokus saat melihat warna kehitaman samar di bawah mata Dahyun. Riasannya pun lebih polos dari biasanya, ditambah bibirnya yang agak pucat. Jungkook menempelkan punggung tangannya di kening Dahyun. "Syukurlah, tidak demam."

Dahyun berkedip bingung. "Y-ya, kenapa menyentuh keningku, aku tidak sakit kok."

"Tapi noona butuh istirahat."

"Aniya, nan gwenchana. Lihat! Energiku sekarang sudah terisi penuh berkat ayam darimu! Aku sudah bisa bekerja lagi sekarang." Dahyun berdiri, hendak kembali ke kursinya namun Jungkook langsung menarik tangannya, membuatnya berbalik dan duduk dipangkuan lelaki itu.

"Sekarang waktunya istirahat, noona. Jangan memaksakan dirimu."

"Hanya sebentar lagi kok, sampai sketsa design-ku beres."

"Tidak. Sekarang kita pulang."

"Ya! Tidak akan lama kok, satu atau dua jam lagi mungkin sudah selesai."

"Tidak ada penolakan. Kita pulang."

Dahyun memekik saat Jungkook tiba-tiba saja memangkunya ala bridal. "Ya! Turunkan aku."

"Shiro, noona-nya nakal. Sudah kubilang tidak ya tidak. Masih saja memaksakan diri walaupun matanya sudah lelah seperti itu."

"Ish, iya iya aku akan menurut, tapi turunkan aku dulu."

"Janji ya? Jangan hanya ucapan saja?"

"Iya, Jungkook. Aku janji."

Jungkook menurunkan Dahyun perlahan. Wanita itu segera memasukan barang-barangnya ke dalam tas sementara Jungkook membereskan bekas makan mereka.

"Selama ini noona tidur di mansion?" tanya Jungkook saat mereka berada di lift menuju basement.

"Ani, aku tidur di sini. Di ruanganku kan ada kamar khusus. Aku biasa memakainya kalau sedang lembur."

Jungkook menghela napas seraya mengeratkan genggaman tangannya. "Pasti berat sekali ya, noona? Aku mungkin memang baru terjun ke dunia ini, tapi melihat noona bekerja keras sampai kurang tidur seperti ini membuatku sedih. Apa sebelumnya, hal ini belum pernah terjadi? Maksudku ... Memangnya kenapa dengan peringkat itu? Bukankah selagi perusahaan tidak rugi, semuanya baik-baik saja?"

Pintu lift terbuka, keduanya berjalan beriringan menuju mobil Dahyun yang berwarna merah. "Dunia bisnis tidak sebaik itu, Jungkook. Bahkan perbedaan nol koma saja akan sangat berpengaruh, apalagi peringkat itu sudah menyangkut citra perusahaan. Jika dibiarkan, bisa-bisa peringkat kami akan terus menurun dan kau tahu jika hal itu terus terjadi? Ya, perusahaan ini bisa saja mengalami kerugian yang sangat banyak hingga gulung tikar."

"Andai saja aku berhasil mendapatkan kontrak kolaborasi itu, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini. Aku juga bingung, kenapa Luvies mendadak berkolaborasi dengan brand lain padahal kami lebih dulu mengajukan kolaborasi itu dibandingkan Sourene."

Dahyun menoleh saat Jungkook tak kunjung berbicara lagi. "Ah mian, tidak seharusnya juga aku membicarakan hal ini padamu, kau pasti tidak akan mengerti."

Keduanya telah masuk ke dalam mobil, Jungkook yang menyetir. Dahyun melirik lelaki itu lewat ekor mata. Jungkook jadi banyak diam, tidak seperti biasanya. Apa ia salah bicara ya?

"Noona ... Apa besok akan ada meeting?"

"Iya, pagi-pagi sekali. Memangnya kenapa?"

"Ani ... Aku hanya tiba-tiba saja mendapatkan ide." Jungkook menoleh padanya, menatapnya antusias. "Apa aku boleh ikut?"


[]

Epilog

"Shijin-ah, bagaimana? Apa Dahyun masih ada di kantor?"

"Tidak, sajangnim. Dia baru saja pergi bersama Jungkook."

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro