Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vision ~ 5

Sampai pagi ini, pikiran aneh seperti mengikuti seseorang dalam gang tidak pernah terpikir olehnya. Sekarang kejutan datang dengan berlimpah.

Zhang Qiling merasa dirinya ibarat pria hidung belang yang menguntit mangsanya. Tetapi pemikiran konyol itu dikalahkan oleh rasa penasaran serta daya tarik pemuda itu yang sekuat magnet. Mereka menjaga jarak walaupun gang itu sepi. Seorang wanita berpakaian rapi, nampaknya bekerja di satu perusahaan, berjalan tergesa dari arah depan, sibuk bicara di telepon.

Tak lama, seorang pria bertopi kembali datang dari arah depan berpapasan dengannya. Setelah itu tak ada orang lain lagi, suasana ini membuat Zhang Qiling makin leluasa mengikuti si pemuda.

Gang berakhir pada satu tanah lapang mirip taman bermain anak-anak yang mulai terbengkalai. Melewati daerah itu, jalan kecil terbagi menjadi dua. Masing-masing menuju satu kawasan pemukiman tertentu. Pemuda itu menepi di kanan, pada sisi taman bermain yang ditumbuhi pohon-pohon asoka, pohon arnatto berbunga merah dan sisanya tanaman-tanaman semak yang lebih kecil.

Ranting dan dedaunan bergoyang-goyang tertiup angin, mencakar udara, menghasilkan deru-desis-derak yang beresonansi. Suasana sepi dan jarang sekali orang melintas. Melihat pemuda itu berhenti, Zhang Qiling ikut berhenti, mengatur nafas dan jantung yang berdetak dengan gairah primitif dan sembrono jauh di dalam dirinya. 

Di sebelah kanan mereka, taman berbatasan di sisi lain dengan dinding bangunan halus dan pucat, di sebelah kiri mereka, setiap pohon, alat bermain anak yang sudah mulai karatan, tampak dipenuhi misterinya sendiri, saat bayangan awan yang mengalir sesekali menyembunyikan matahari.

Untuk waktu sepuluh sampai dua puluh detik yang terasa seperti selamanya, keduanya berdiri di antara pohon-pohon asoka, mereka berhadapan dalam jarak terpaut dua langkah.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Zhang Qiling menanyakan apa yang sejak awal mengganggu pikirannya.

Pemuda itu menatap dengan mata berbinar dari balik lensa, dan senyumnya terkembang.

"Kau tidak mengingatku?" dia balas bertanya, itu pun topik lain.

Zhang Qiling mengernyit.
Melupakan dia?
Yang benar saja.

"Kau pelayan di Chloe and Vins, bukan?"

Senyuman lagi, kali ini lebih ramah dan penuh rasa percaya.

"Aku senang kau tidak melupakanku, Tuan tampan. Aku sudah lama memperhatikanmu, rupanya kau polisi."

Zhang Qiling mengangguk dan tersenyum sekilas, hatinya  gelisah oleh semua kesan aneh tentang sikap yang tidak wajar si pemuda dan di lanskap sekitarnya, tetapi dia lebih terganggu oleh keanehan baru dalam dirinya, yang tampaknya disulap oleh badai. Jantungnya berpacu dengan keinginan untuk menyerah pada energi sihir dari pemuda tampan ini. 

"Ada hal serius apa?" ia bertanya lagi.

Pemuda itu tiba-tiba mengubah sikapnya menjadi lebih santai. Dia menggaruk tengkuk dan tersenyum lebih lebar.

"Ah, maaf karena mengganggu pekerjaan pentingmu. Tapi kita belum sempat berkenalan." Kemudian ia mengulurkan tangan putihnya pada Zhang Qiling.

"Aku Wu Xie."

Zhang Qiling tertegun.

Wu Xie...

Dia menatap tangan yang terulur, gemetar saat menjabatnya. Tangan itu halus dan dingin, hingga ia merasa suhu tubuhnya ikut menurun. Saat ia belum sempat mengatakan apa pun, si pemuda sudah mendahului bicara dengan nadanya yang ringan dan bersahabat.

"Oh, aku tahu. Kau inspektur Zhang Qiling. Kedengarannya keren."

Pemuda itu melirik id yang tergantung di depan dadanya, dari situ ia mengetahui sesuatu.

Zhang Qiling tersenyum tipis, tiba-tiba merasa malu dengan semua embel-embel resmi.

"Panggil aku Xiao ge."

Entah mengapa dia mengatakan itu. Padahal mereka baru saja bertemu dan berkenalan.

"Manis sekali." Wu Xie terkekeh. Perlahan-lahan, ekspresinya berubah serius.

"Kau datang menyelidiki kecelakaan yang menewaskan sosialita terkenal itu bukan?" ia mengatakannya dengan suara rendah.

Zhang Qiling mengangguk samar.

"Jadi sekarang kau yang menangani kasus ini?"

"Kasus?" Zhang Qiling menatap bingung. Ini terdengar berlebihan. Sebuah kecelakaan tunggal maupun beruntun sering terjadi di setiap sudut jalan di kota besar, sebagian besar tidak diselidiki lebih dalam dan diputuskan sebagai kecelakaan tunggal biasa.

"Ya, korbannya cukup terkenal. Itu tidak mudah berlalu begitu saja," tukas Wu Xie.

"Jika benar begitu, unit lain akan menanganinya. Aku memiliki tanggung jawab lain."

"Sayang sekali," tiba-tiba Wu Xie mendesah, ada rona kecewa di wajahnya.

"Padahal aku ingin meminta bantuanmu terkait peristiwa ini."

Zhang Qiling tidak tahan melihat kecewa yang melintas, meski hanya sekilas.

"Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?" Ia berharap bisa memperbaiki suasana dengan tawarannya yang murah hati. Jarang sekali dirinya bersikap begitu manis dan sok heroik.

Wu Xie tersenyum lagi, singkat. Paham bahwa sang inspektur sudah terjebak.

"Aku ingin kau yang mengambil alih kasus kecelakaan nona Ning," ia berkata, nyaris mendesis.

"Tapi kenapa?" Praduga bahwa Wu Xie mungkin memiliki hubungan khusus dengan Ning membuat ekspresi Zhang Qiling mendung seketika.

"Apa kau memiliki hubungan khusus dengannya?" Ia tidak tahan untuk tidak menyelidik.

Wu Xie menggeleng. "Sama sekali tidak. Aku hanya tahu dia sering mengunjungi hiburan malam di Jiangtan secara diam-diam. Tetapi aku benar-benar berharap kau bersedia mengurus kasus ini."

"Kau belum mengatakan apa alasannya."

"Ini bukan kasus kecelakaan biasa."

Keduanya saling tatap, berusaha menghujamkan pengaruh masing-masing terhadap lawan bicara.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin?" tanya Zhang Qiling, waspada.

"Aku... entahlah. Aku ingin mengatakan apa alasanku meminta bantuanmu. Tapi kalaupun aku jelaskan sekarang. Kau tak akan percaya." Wu Xie menggaruk sisi kepalanya, tatapan matanya berubah mirip anak anjing. Sungguh imut. Bagaimana Zhang Qiling bisa mengatakan tidak? Dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya menolak permintaan pemuda ini. Meski masih ragu, Zhang Qiling mulai melunak dan berkata.

"Akan kupertimbangkan. Aku harus bicara pada kepala polisi terlebih dulu untuk memeriksa dan menulis laporan lengkap tentang kasus ini."

Wu Xie seketika mengembangkan senyumnya lagi. "Terima kasih, Xiao ge."

Zhang Qiling hanya menatap. Sejujurnya dia sangat yakin bahwa ini cuma insiden orang mabuk yang mengemudi ugal-ugalan dan berakhir tragis. Dia harus mengatakan kemungkinan ini pada Wu Xie.

"Aku harus menunggu laporan dari forensik, kau tahu. Jika Ning positif mengkonsumsi alkohol atau obat terlarang. Case closed."

"Aku tahu. Jadi, mari kita menunggu. Kau terlihat yakin Ning mengemudi dalam kondisi mabuk, bukan? Tapi aku berpikir sebaliknya."

Pemuda ini mengetahui sesuatu, batin Zhang Qiling.

Tetapi dia tidak mau membaginya denganku.

"Aku jadi penasaran," cetus Zhang Qiling dengan suara berat.

"Sebenarnya apa yang terjadi."

Wu Xie tidak mengeluarkan pendapatnya. Mereka berdiri hening selama beberapa detik berikutnya, sebelum Wu Xie memecah kekakuan.

"Xiao ge, mengapa kau tidak pernah kembali ke Chloe bar and Vin?" tanya Wu Xie, suaranya lirih.

Zhang Qiling tertegun.Tiba-tiba dia takut pada beberapa potensi gelap yang tidak dapat dia definisikan, takut kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Padahal dia sangat ingin, bahkan ingin mengatakan bahwa beberapa malam lalu dia sengaja mencarinya ke sana. Tapi akhirnya Zhang Qiling terlalu malu, dan kemudian sadar, setelah mengetahui dia telah melakukan sesuatu yang seharusnya tak dilakukan, sesuatu yang tak terkatakan.

"Aku..." dia menggigit bibir.

Wu Xie menatapnya, menunggu untuk sebuah alasan.

"Aku..."

Tiba-tiba suara Pangzhi melengking dari mulut gang.

"Xiao ge!"

Zhang Qiling tersentak, ketenangannya buyar. Menoleh cepat ke sumber suara jelek itu, dia merasa emosinya terusik.

Sialan, mengganggu saja.

"Xiao ge! Di mana kau?"

Lalu derap langkah dari tubuh gempal bergema dari belakang.

"Rekanmu datang," gumam Wu Xie, suaranya rendah dan waspada.

"Tak apa. Aku akan mengenalkanmu dengan—"

Wu Xie mengangkat tangan.
"Tidak Xiao ge. Jangan sekarang!"

"Tapi—"

"Aku akan pergi." Wu Xie tersenyum, dan mata anak anjingnya kembali menunjukkan sihir. Inspektur itu kembali tertegun, tidak sanggup memaksa, karena itu bukan gayanya.

"Baiklah, sampai jumpa!" Tanpa menunggu tanggapan dari Zhang Qiling, Wu Xie bergegas mundur dari balik barisan pohon asoka, berjalan cepat mengambil jalur kanan.

"Xiao ge! Astaga! Di sini kau rupanya!" Pangzhi muncul di kejauhan, terengah dan meringis. Dia kuat berlari dan cukup gesit, tapi wajahnya saat ini nampak menderita.

"Kau tahu aku di sini?" tanya Zhang Qiling, berusaha bersikap normal.

"Aku bertanya pada orang-orang. Apa yang kau lakukan?"

Zhang Qiling menggeleng. "Tidak ada."

"Kau pembohong yang buruk, tak mungkin kau sendirian di tempat sepi tanpa tujuan atau mencari sesuatu." Pangzhi menatap curiga.

Zhang Qiling hanya menghela nafas, kemudian mulai melangkah.

"Ayo kembali ke markas!"

"Eeh, kau tidak akan menjawab pertanyaanku?" Dia mengekori langkah Zhang Qiling yang bergegas, dan tidak juga memberikan penjelasan.

"Apa kau menguntit seseorang?"

Degh!

Zhang Qiling melirik galak.

"Ah, ya tentu saja kau tidak akan melakukannya. Justru para psikopat yang menguntitmu, apa aku benar?" Pangzhi terkekeh, mencairkan suasana. Keduanya terus berjalan hingga keluar dari dalam gang.

*****

Kantor polisi Hankou, 01.00 PM

Cahaya dari televisi di ruangan Hei Yanjing terus bergerak menari-nari di dinding dan mengirimkan bayangan kabur yang terus menerus mengejar di sekitar ruangan. Berita kecelakaan itu telah menjadi topik utama di beberapa channel dan para wartawan berkemah di halaman rumah Ning untuk meliput persiapan ritual terakhirnya.

"Aishh, semua saluran menayangkan berita kecelakaan yang sama," desah Hei Yanjing, bersandar di sofa kulit dalam ruangannya. Di sampingnya, Zhang Qiling ikut menonton berita tanpa berkomentar.

"Aku paham mengapa mereka begitu bersemangat dalam pemberitaan. Kecelakaan ini masih misterius bukan?"

Yanjing meletakkan satu tangan di bahu inspektur itu.
"Apakah laporan forensik sudah keluar?"

Zhang Qiling tidak menoleh atau menanggapi dengan cara apa pun. Pikirannya seolah berada di tempat lain.

"Ah, ya. Pangzhi bilang kau menyerahkan penyelidikan kasus ini ke divisi lain," lanjut Yanjing begitu meneliti ekspresi datar sang inspektur.

"Pihak keluarga belum mengajukan FIR, tapi aku yakin besok itu sudah akan sampai di kantor kita."

FIR : Laporan Informasi Pertama

"Aku akan mengambil alih." Tanpa diduga, Zhang Qiling menyatakan persetujuan. Bibirnya mulai bergerak, seolah-olah dia ingin berbicara banyak, tetapi dia tidak mengeluarkan suara. Dia berbicara seolah pada dirinya sendiri, mengabaikan atasannya.

"Apa?" Yanjing bingung untuk sesaat.

"Kenapa kau bisa berubah pikiran dalam waktu singkat? Tadi pagi kau masih tidak tertarik."

"Aku akan menyelidikinya. Mungkin saja kecelakaan ini bukan kecelakaan tunggal biasa."

"Bagaimana kau bisa begitu yakin?"

"Aku sedang mencari jawaban pasti."

Yanjing mencibir tipis, "Yah, baiklah jika kau memutuskan seperti itu."

Keheningan mengendap di udara untuk beberapa lama. Saat itu pesawat telepon di meja Yanjing berdering.

Awalnya dia mengabaikan dering itu dan terus berkonsentrasi pada potongan informasi di tayangan televisi.

Tapi dering itu terus mengganggu membuatnya segera mengangkat dengan alis bertaut.

"Hei Yanjing di sini."

Suara tergesa seorang pria muda bicara di sambungan telepon.

"Pak, aku dokter forensik. Laporan autopsi nona Ning baru saja keluar."

"Inspektur Zhang akan menangani kasus ini, untuk ke depannya dia yang akan bicara."

"Baik Pak. Jika inspektur Zhang ingin memeriksanya, kami tunggu di laboratorium."

Hei Yanjing meletakkan gagang telepon dan menoleh pada Zhang Qiling yang sedang balas menatapnya.

"Dokter forensik menelepon. Kau bisa periksa laporannya sekarang."

Kilatan semangat melintas di mata Zhang Qiling. Laporan itu akan menjelaskan apakah ucapan Wu Xie tentang kecelakaan tidak wajar itu benar atau salah.

Dia bangkit dari kursi dan membungkuk pada Yanjing.
"Aku akan memeriksanya."

Dia berjalan dalam langkah-langkah lebar dan keluar dari dalam ruangan.

*****

"Apa yang terjadi di sini? Tolong beri jalan!" Pangzhi menegur cukup tegas pada beberapa orang yang berkerumun di depan laboratorium kepolisian. Mereka para pemburu berita, serentak mundur memberikan jalan pada Zhang Qiling untuk lewat.

Tak lama kemudian seorang asisten dokter memberikan berkas laporan otopsi pada sang inspektur.

"Terima kasih."

Zhang Qiling menerima berkas laporan dari tim forensik, menelitinya dengan serius. Asisten dokter itu masih berdiri di depannya, memperhatikan reaksi kedua petugas.

"Tidak ditemukan kadar alkohol dalam darah nona Ning," ia berkata, menegaskan rona terkejut di wajah Zhang Qiling begitu melihat hasil laporan.

"Narkotika?"

"Tidak juga. Laporannya bersih."

"Bagaimana dengan tanda vital lainnya. Apakah tidak ditemukan keganjilan?"

Asisten dokter menggeleng.

"Penyebab kematian murni karena tenggelam."

Zhang Qiling menatap kosong pada asisten dokter. Jadi, ucapan Wu Xie benar. Alkohol dan narkotika bukan penyebabnya.

"Itu artinya hanya ada satu penjelasan," cetus Pangzhi.

"Ya?" Asisten dokter menoleh padanya.

"Nona Ning mengemudi dalam kondisi mengantuk." Dia menjentikkan jari.

Zhang Qiling menoleh padanya dengan tatapan nanar.

"Masuk akal bukan? Itu bisa saja terjadi." Dia mencoba membela argumennya.

"Kenapa kalian tidak memeriksa cctv?" asisten dokter menyuarakan pendapat.

"Ya, kami akan melakukannya," sahut Zhang Qiling, menutup laporan forensik dan menyerahkan pada Pangzhi.

Setelah mengucapkan terima kasih lagi, kedua petugas bergegas menuju satu ruangan di balik pintu kaca yang masih merupakan bagian dari rumah sakit kepolisian. Di sana ada seorang pria duduk dan menunggu. Wajahnya terlihat tegang alih-alih sedih.

"Siapa kau?" tanya Pangzhi, curiga.

Pria itu terlonjak. Dia terlihat berusia sekitar tiga puluh lebih dan berpenampilan rapi. Tetapi ekspresinya nampak bingung.

"Aku... aku supir sekaligus asisten pribadi nona Ning. Nyonya jatuh pingsan dan tidak bisa datang kemari melihat putrinya, tuan besar berada di luar kota."

Seseorang yang memiliki kaitan dengan korban, ini kesempatan bagus. Zhang Qiling berniat mengajukan beberapa pertanyaan untuk kepentingan penyelidikan.

"Kau supir pribadi Ning?" ia bertanya.

"Ya." Pria itu mengangguk.

"Lalu, kenapa malam kecelakaan terjadi, Ning mengemudi mobilnya sendirian?"

Supir itu menunduk gelisah. Meremas jari jemarinya.

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia ingin mengemudi sendiri. Ini di luar kebiasaan."

Zhang Qiling mengernyit.

Jadi, apakah Ning benar-benar berniat bunuh diri? Tapi mengapa?

~¤~¤~¤~

To be continued
Please vote 💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro