❛ં⸼ ᝢ 𝘛𝘩𝘦 𝘔𝘪𝘴𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘎𝘪𝘳𝘭| N. Kento
The Missing Girl
Request : s4rden_abc
Pair : Nanami Kento x Reader
Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime atau pun manganya
Jujutsu Kaisen © Gege Akutami
Plot by Lemonara
.
.
.
Sirene ambulans terdengar. Di bagian barat kota Shibuya, dimana kejadian penculikan—yang berakhir dengan kematian misterius korban—terjadi. Mayat ditutupi, kemudian diangkut. Polisi berkeliling, dengan garis kuning yang menghalangi jalan.
Beralih ke daerah lain. Masih di kota Tokyo. Berita tentang gadis yang menghilang secara misterius—juga—menghebohkan seluruh penduduk Jepang. Kabarnya, gadis itu masih muda, berusia tiga belas tahun.
Polisi masih mencarinya hingga kini. Dan, asumsi tak masuk akal yang menghubungkan bahwa dua kejadian itu berhubungan, muncul.
Anak laki-laki berusia empat belas tahun menggertakkan giginya. Tangan mengepal erat dengan buku-buku jari yang memutih. Di belakang garis kuning ia berdiri. Si pemilik surai kuning pucat, menatap tajam ke arah depan.
"Siapa sebenarnya ... pelaku dari semua ini? Dan ... makhluk apa yang kulihat saat itu?"
***
***
"Ini terjadi 10 tahun yang lalu ya? Kejadian di Shibuya,"
Melempar berkas ke arah meja, Satoru beralih mengambil berkas lain—yang sudah sedikit kusut dan usang termakan usia.
"Gojou-san, bagaimana caranya kau membaca jika masih memakai penutup mata?"
Satoru terdiam sejenak, kemudian terkekeh.
"Benar juga,"
Membuka penutup mata, Satoru kini menatap barisan kalimat di atas kertas tersebut.
"Gadis yang hilang," gumam Satoru. Ia beralih menatap lembar pencarian. Dimana foto gadis tersebut terpampang jelas. "Dia ... lucu. Pasti kalau sudah besar jadi sangat cantik,"
Kento menggelengkan kepalanya.
"Kau terdengar seperti pedofil, Gojou-san,"
Kento di depannya kini ikut membuka berkas salinan.
"Kejadian terkait gadis ini ... 'Insiden Yang Terjadi di Shibuya', 'Makhluk Aneh', lalu ... 'Korban Penculikan Shibuya'?"
Satoru mengerutkan keningnya. Kento melempar berkas tersebut, kemudian bersandar di dinding.
"Salinannya buram, Gojou-san. Jika tak keberatan, bisa baca sedikit keras?"
Satoru mengangguk.
"Kejadian misterius yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2007, membuat gadis berusia tiga belas tahun menghilang,"
Kento mengangguk paham. Dirinya kini beranjak. Mendekati Satoru, ia mengintip dari samping berkas tersebut.
"Polisi dari segala divisi sudah dikerahkan, namun sampai sekarang masih belum ditemukan ya,"
Kento bergumam.
Satoru meliriknya disertai alis yang terangkat.
"Lagipula, mengapa tiba-tiba mengungkit kasus ini? Bukannya tahun 2008 kasus ini sudah resmi ditutup? Keluarga korban sudah rela saat tim pencari mengatakan tak ada harapan lagi,"
"Ini ada hubungannya denganku, Gojou-san,"
Satoru mendengus lalu mengangguk. Kembali menatap berkas tersebut, atensi Satoru tertarik pada penulis artikelnya.
"Ini ditulis oleh L. Ara,"
"Lalu?"
"Kupikir tadinya sih kita bisa menanyainya ... "
Kento menaikkan sebelah alisnya.
"Tapi?"
"Ya tapi kan dia sudah meninggal,"
Kento tersentak. Alisnya berkerut.
"Meninggal? L. Ara?"
Satoru mengangguk. Bersedekap setelah menaruh berkas di atas meja, ia menatap serius ke arah Kento.
"Dimasyarakat, diberitahukan kalau dia mati secara misterius. Kau tahu? Dia itu penulis artikel yang pernah terkenal pada masanya. Dan menurutku, pada paragraf ketiga artikel yang ditulisnya,"
Melirik ke arah tumpukan berkas yang baru saja dilempar, Satoru mengerutkan keningnya—dia sedang berpikir dalam mode serius.
"Dikasus yang terjadi pada bagian barat Shibuya, dimana tiga anak menghilang lalu ditemukan meninggal. Lalu katanya ada saksi, anak yang melihat kejadian tersebut. Dia bilang, ada makhluk aneh. Menurutku itu kutukan,"
"Dan asal kau tahu saja Gojou-san, anak itu adalah aku,"
"Oh—hah? Eh? Bentar—HAH?!"
Rahang Satoru terjatuh saking shocknya. Bola matanya hampir keluar, disertai wajahnya yang perlahan membiru—dia lupa bernapas.
"A-ap—"
Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Yaga yang memeluk sebuah boneka.
Di belakangnya, sosok wanita yang sekiranya berkepala dua—memakai topeng putih dengan sedikit hiasan yang biasa dipakai untuk pergi ke pesta—mengikuti.
"Uhm ... siapa dia?"
"Satoru, Kento. Dia ... adalah guru baru. Nohebi-san. Panggil saja dia He,"
"Nohebi ... Hebi? Hah?! Ular?! Dia siluman ular?!"
"..."
"..."
"Bodoh,"
***
"Whoah~ kebetulan sekali, He-sensei!"
Wanita bertopeng tersebut—Nohebi—menoleh. Ia tersenyum.
Nobara diikuti anak kelas satu lainnya kini berlari mendekat.
"Sensei mau kemana?"
Nohebi menunjuk ke arah tangga. Dimana jalur keluar sekolah berada. Nobara serta Yuuji mengangguk paham.
"Jalan-jalan ya. Sendirian saja?"
Nobara menaik turunkan alisnya—menggoda Nohebi.
"Ck, Kugisaki, itu tidak sopan,"
Megumi berujar seraya menarik Nobara untuk menjauh.
"Ya sudah, sampai nanti He-sensei!"
Yuuji melambaikan tangannya dengan hebok disertai cengiran lebar.
Membalas dengan seulas senyum tipis serta lambaian kecil, wanita itu berjalan menjauh. Menuruni anak tangga satu persatu, kemudian punggung mengecil, dan hilang ditikungan.
"Aku ... masih heran mengapa He-sensei tidak pernah mengeluarkan suaranya,"
"Dia bisu?"
"Kugisaki, jangan bicara seperti itu,"
"Aku hanya menebak!"
"Aku juga masih heran dengan namanya yang aneh dan unik. Nohebi. Ditambah dengan topeng opera anehnya itu,"
"Yah, setidaknya topeng itu cocok dipakai oleh He-sensei!"
***
"Hebi~ Nohebi~"
Nohebi menoleh ke arah kanan—dan menenggadah—menatap Satoru yang tersenyum khas.
"Mau kemana?"
Nohebi mengedikkan bahunya.
"Tidak mengajakku?"
Nohebi menggeleng.
"..."
Nohebi terus berjalan. Menembus, serta berbaur dengan ribuan manusia. Sementara Satoru di belakangnya berhenti. Ia memasang wajah datar.
"Tiga tahun berlalu ... topeng tak sekalipun ia buka. Bahkan, suara juga tak pernah ia keluarkan. Siapa sebenarnya kamu, Nohebi?"
***
Mengelilingi Tokyo, lalu berakhir di sebuah danau. Di belakang gunung. Malam hari, begitu sepi.
Dipinggir danau, wanita yang mengenakan topeng itu, kini berdiri dengan jemari tertaut di belakang. Menenggadah, sepasang mata dibalik sana menatap bulan.
Perlahan, tangan bergerak. Kepala ikut menunduk kala topeng yang menutup wajah terbuka.
"Sudah kuduga, kau adalah dia,"
Refleks, ia menoleh. Menatap pria dengan surai kuning pucat di belakang. Manik yang kini tak tertutup apapun, membola. Jantung berdegup kencang seiring langkah kaki pria yang berjalan menghampiri.
"A-apa ... "
Nanami Kento.
Pria itu mendekat, berdiri tepat di hadapan si wanita.
"Aku sempat ragu. Namun ... sekarang tidak lagi. Kau ... (Lastname)-san, benar bukan?"
Mengalihkan pandangan, jari ia taruh di bibir. Digigit pelan, gugup tak karuan ia rasakan.
"I-itu ... "
Akhirnya, suara refleks terdengar. Kecil.
Kento mengerutkan keningnya. Manik kini mengarah pada bibir lawan bicara, dimana jari yang gigit hendak mengeluarkan darah. Kento dengan cepat meraihnya. Mencegah tuk kabur, tangan kiri yang kosong menelusup masuk ke pinggang. Mendekapnya, tangan Kento melingkar erat di sana.
"Tolong jawab aku dengan jujur. Kau (Lastname)-san kan?"
Nohebi—ah, maksudnya (Name). Wamita itu tersenyum lemah.
Ia tak bisa kabur.
Ia tak bisa lagi berpura-pura.
Jujur adalah satu-satunya cara.
"Iya. Ini aku ... Kento,"
Kento tersenyum tipis. Merasa sedikit lega bahwa gadis yang dicari olehnya selama tiga belas tahun, kini ia temukan. Orang yang dicarinya sudah tumbuh menjadi wanita yang kuat, cantik pula.
"Kemana saja kau selama ini, (Lastname)-san? Mengapa ... muncul dengan cara seperti ini?"
(Name) tersenyum. Tangan kanan terangkat. Jemari lentik perlahan mengelus lembut permukaan kulit pipi Kento. Membelainya.
"Sebelum itu, jawab ini. Dari kapan kau menyadari bahwa 'Nohebi' adalah aku?"
"Sudah lama. Bahkan satu sekolah, termasuk Gojou-san sudah curiga,"
"Pantas saja,"
"Sekarang, jawab pertanyaanku, (Lastname)-san,"
"Kau ingat saat aku menghilang? Dulu ... dulu sekali. Kutukan aneh itu mengurungku. Selang beberapa hari setelahnya, Yaga-san menyelamatkanku,"
Kento mengerutkan keningnya.
"Kepala sekolah?"
"Ya. Aku dilatih dan dirawat secara pribadi olehnya. Dan saat usiaku dua puluh empat, aku berniat menemuimu. Namun, rasanya membosankan jika aku langsung menunjukkan diri,"
Kemudian, wanita itu terkekeh.
"Makanya, aku memilih cara ini,"
Kento mengerutkan keningnya tak suka. Setelah lamanya ia mencari, dan mencoba memecahkan teka-teki, jawaban yang dicari tahunya ada di sini.
"Itu menyebalkan, (Lastname)-san ..."
(Name) tersenyum lembut. Mengalungkan tangan di leher Kento, ia memiringkan kepalanya. Kento sendiri mengulas senyum tipis disertai pelukan pada pinggang yang mengerat—menghilangkan jarak di antara mereka.
"Tapi, kau menyukai itu bukan?"
Kento mendengus.
"Yang kusukai itu kamu,"
***
1265 words
30 December 2020
Note :
Kira-kira, topeng yang dipakainya kayak gini. Cuma gak terlalu heboh hiasannya. Dan tentang yang berhubungan dengan kasus kepolisian di atas, maaf kalau ada yang salah ya.
Btw, aku sekarang berubah menjadi penulis artikel, namanya L. Ara, dan L. Ara sudah pepsi aka dead. Jadi, selamat tinggal! Hahaha!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro