04. Dua dalam Satu
"Jangan bergerak, aku sedang mengoleskan salep."
"Pelan-pelan."
"Aku sudah pelan-pelan, tahan sedikit lagi."
Di depan tempat duduk sebuah minimarket, Sohyun—yang baru membeli obat dari apotek—seketika membantu membersihkan dan menangani luka ringan Vay. Selepas kecelakaan kecil tadi, meskipun tidak parah, Vay menderita luka-luka di beberapa tempat. Siku dan telapak tangannya lah yang paling parah.
Sementara Vay merintih kesakitan, di dalam pikirannya, Sohyun tidak berhenti penasaran mengenai siapa pria berpakaian rapi dengan jas tadi. Dari penampilannya, ia tampak seperti seorang pengawal. Ah, tidak. Tubuhnya tidak terlihat kuat dan kekar untuk dikatakan sebagai pengawal. Namun, wajahnya cukup tampan. Tubuhnya juga tinggi.
"Hey, kemejanya rusak. Maaf."
Lamunan Sohyun buyar ketika Vay menunjukkan lubang di lengan kemeja milik mendiang ayah Sohyun.
"Tidak apa-apa. Itu bukan salahmu, semua ini karena kecelakaan yang tidak disengaja."
"Seriusan?"
Sohyun mengernyit. Apa ini? Muka Vay sama sekali tidak terlihat menyesal. Pria itu justru menatap Sohyun dengan terkejut dan terheran-heran.
"Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?"
"Seriusan itu reaksimu? Kalau itu kau, kau sudah pasti akan memotong gajiku untuk mengganti kemeja ini. Kau juga akan membuatku bekerja seharian penuh tanpa istirahat, dan kau akan dengan senang hati menyiksa dan menghukumku."
"Hah? Jadi, selama ini begitulah caramu memandangku? Aku tidak sekejam apa yang kau bayangkan."
Sohyun yang kesal dipandang killer, menekan luka di telapak tangan Vay dan membuat pria itu menjerit hebat.
"Yaish!! Kau mau membunuhku? Nah iya, ini baru dirimu! Seperti itulah kau!"
"Berhenti membual. Katakan padaku, apa pria itu tadi suruhan keluargamu?"
Sohyun langsung mengubah topik pembicaraan. Ia tak tahan lagi untuk mengetahui kebenaran. Apalagi, itu semua terkait dengan latar belakang kehidupan pria di hadapannya.
"Hmm ... secara teknis ... iya." Vay menjawab dengan ragu-ragu, sambil mengusap dagunya dengan sebelah tangan. "Pokoknya, jika orang itu menemuimu suatu hari nanti, jangan katakan padanya dimana aku."
"Kenapa begitu?"
"Ya, karena aku pegawaimu. Kau harus melindungiku."
"Permisi? Di sini siapa yang melindungi siapa?"
Vay tak dapat berkutik, ia membungkam mulutnya. Yah, intinya, orang yang menabrak Vay tadi adalah orang nomor satu yang harus ia hindari. Jangan sampai mereka berpapasan lagi di kesempatan berikutnya. Jangan pernah.
***
Hari sudah malam, restoran pun tutup. Karena tidak dapat melakukan pekerjaan berat—seperti mencuci piring atau mengepel lantai—Vay kebagian tugas untuk membuang sampah.
Walaupun kakinya sedikit keseleo, dengan berjalan agak pincang, Vay mengambil kantong plastik besar berisi sampah dari dapur. Setelah tugasnya selesai, rencananya ia akan langsung pergi tidur ke kamar. Tubuhnya kini mulai terasa pegal akibat jatuh dari scooter.
Sesampainya di tempat pembuangan sampah yang tidak jauh dari restoran, Vay merasakan seseorang sedang mengikutinya. Pria itu mulai was-was. Ia bergegas membuang kantong sampahnya dan memilih untuk berjalan cepat kembali ke restoran. Namun sayang, firasatnya benar. Seseorang dari belakang membekap Vay, dan menyeretnya masuk ke sebuah mobil.
Di restoran, Sohyun menunggu Vay di depan pintu. Sudah setengah jam dan Vay belum juga muncul.
"Kemana perginya? Ini sudah larut."
Karena tak kunjung menunjukkan batang hidungnya, Sohyun pamit pada sang ibu untuk menyusul Vay ke tempat pembuangan sampah. Setibanya di sana, tidak ada siapapun. Sohyun mulai cemas. Meskipun belum bisa dikatakan sangat dekat, Sohyun sudah mulai terbiasa dengan keberadaan Vay. Mendapatinya hilang, membuat perasaannya tak karuan.
Sohyun berniat ingin menelepon Vay. Tetapi ia baru sadar, ia tidak tahu nomor ponselnya. Gadis itu mengumpat sejadi-jadinya.
"Menyebalkan!! Kalau sampai dia kabur, aku tidak akan pernah memaafkannya!"
Sohyun kesal. Ibunya bahkan sangat mempercayai Vay dan memberikan setengah dari gaji Vay di hari pertama ia bekerja. Setelah diberikan tempat tinggal dan makan, apakah pria itu sampai tidak tahu diri dan tidak punya rasa terima kasih sama sekali?
Malam itu pun berlalu dengan begitu cepat. Sohyun berbohong pada ibunya bahwa Vay sedang pergi ke rumah temannya dan menginap di sana. Karena, apabila ibunya tahu bahwa Vay kabur atau menghilang, ibunya pasti akan sangat kepikiran.
Anehnya, meskipun semalaman telah berlalu, Vay sungguh tak kembali ke restoran. Padahal itu waktunya dia bekerja. Sohyun kini percaya, sesuatu hal mungkin benar-benar terjadi pada pegawai barunya.
***
Suatu pagi, di sebuah rumah mewah berlantai tiga, terlihat seorang pria tengah memandang pantulan dirinya di cermin sambil mengamati tato yang tergambar di dadanya. Tak berkata apa-apa, suasana di sekitar pria itu menjadi hening, dingin, dan mencekam.
Seseorang yang berdiri di belakangnya adalah sekretaris yang telah bekerja dengannya sejak 5 tahun lalu. Pria berpostur tinggi itu tertunduk dalam. Tuannya sudah pasti akan memaki-makinya karena ia gagal menjalankan tugas.
"Sudah berapa hari aku menghilang?"
Belum ada jawaban apapun. Sekretaris pria itu berdiri gemetar dengan suara tergagap. Ia tak berani menjawab pertanyaan.
"JAWAB! Kau tuli? Bukankah aku sudah bilang, kau harus menjaga anak itu, jangan sampai lepas! Berapa lama aku menghilang?"
"Se-seminggu, Tuan."
Brak. Pria itu meninju cermin di hadapannya hingga kacanya tampak mulai retak. Lalu, ia melihat ada bekas luka di telapak tangannya.
"Tidak hanya menambahkan tato baru, dia juga membuat tubuh berhargaku rusak. Dia benar-benar bajingan sialan."
Sorot mata yang sangat menyeramkan itu berubah seketika setelah ia menyadari satu hal. Kini, sebuah senyuman tersirat di bibirnya. Pria itu berjalan mendekati jendela dan menyibak gordennya. Cahaya matahari pun lolos dan berkas-berkas sinarnya memenuhi ruangan yang terlihat seperti kamar.
"Dia menemukannya. Bajingan itu, tidak sia-sia juga dia kabur."
Pria itu menengadahkan sebelah tangan. Tanpa aba-aba, sang sekretaris datang dan menyerahkan sebuah jubah.
"Bersiaplah, hari ini juga, kita akan pergi menemui wanita penyelamat itu. Kita harus mendapatkannya bagaimanapun caranya."
"Baik, Tuan."
Kim Taehyung, pria berusia 32 tahun itu adalah seorang direktur utama di perusahaan bernama Diamonds Group—setidaknya untuk sementara. Ia merupakan putra sulung salah satu keluarga konglomerat terbesar di Korea Selatan. Di balik pamornya yang begitu tinggi, dan sosoknya yang begitu keji dan ditakuti, Taehyung memiliki rahasia besar dalam dirinya yang hanya diketahui oleh ia dan keluarga, serta beberapa orang kepercayaannya—termasuk sang sekretaris.
Orang awam mungkin tak akan percaya dan akan menganggap kisah hidupnya sebagai cerita dongeng belaka. Namun faktanya, anak laki-laki di keluarga Kim dikutuk dari generasi ke generasi. Meskipun tak setiap anak laki-laki keturunan keluarga itu seperti dirinya, tetap saja pasti ada satu yang mengalami. Tak terkecuali, Kim Taehyung.
Cukup sulit untuk membiasakan diri dengan kelemahan yang ia miliki. Setiap kali matahari terbit dan 12 jam ke depan, sosok lain dalam dirinya akan muncul dan menguasai tubuh. Sosok yang 180° berbeda dari kepribadiannya. Sosok yang cenderung berontak, merepotkan, kekanakan dan banyak tingkah. Sosok yang menamai dirinya sebagai Vay.
Mengingat pekerjaannya sebagai seorang direktur utama, tentu menjadi hal yang sulit bagi Taehyung untuk berada di kantor saat pagi hari. Ia selalu bekerja dari balik layar setiap malam hingga orang-orang di kantornya tidak pernah tahu seperti apa wajah atasan mengerikan yang selama ini mereka layani.
Dan untuk saat ini, adalah pertama kalinya bagi Taehyung menghirup udara pagi dan menyaksikan sinar matahari secara langsung setelah 15 tahun hidup dalam kegelapan. Ya, ia pertama kali mendapatkan kutukan itu ketika usianya 17 tahun. Semenjak itu, ia hanya tinggal di rumah, mendapatkan pendidikan dari rumah dan orang tuanya mengawasinya secara ketat. Tak heran jika Taehyung merasa sangat tertekan dan berniat mengakhiri penderitaan.
Ada satu cara yang dapat menyelamatkan Taehyung dari kutukan itu. Menurut cerita dari leluhurnya, kutukan akan hilang jika ia bertemu dan menikahi seorang gadis yang ditakdirkan sebagai pasangan. Namun, itu bukanlah menjadi hal yang mudah karena meskipun ia berhasil menemukan penyelamatnya, apabila sosok lain dalam dirinya yang mendapatkan gadis itu terlebih dahulu lalu menikahinya, maka eksistensi Taehyung lah yang akan lenyap. Dengan kata lain, Vay dan Taehyung bersaing satu sama lain untuk memperoleh kebebasan.
Berkat Vay yang terakhir kali bertemu dengan Sohyun, kini posisi mereka berbalik. Taehyung terbangun ketika pagi menyingsing, dan sosok Vay tertidur kembali dalam tubuhnya. Sebenarnya Taehyung belum cukup paham bagaimana cara mengendalikan kemunculan Vay setelah menemukan gadisnya. Oleh sebab itu, Taehyung harus memastikannya sendiri dengan menemui Sohyun secara langsung.
"Sebelum bertemu dengan gadis itu, antar aku ke kantor. Biar kutunjukkan pada mereka, siapa bos mereka yang sebenarnya."
"Baik, Tuan."
***
Diamonds Group adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perhotelan dimana cabangnya sudah menyebar di hampir seluruh titik di Korea Selatan. Salah satu yang menjadi pusatnya adalah Seoul. Perusahaan itu sudah berdiri puluhan tahun, secara turun-temurun dijalankan oleh pewaris keluarga kongkomerat Kim yang bahkan tidak ada seorang pun dari dunia bisnis yang tidak mengenal mereka.
Awalnya, bisnis Keluarga Kim hanya diturunkan pada anak laki-laki pertama dalam keluarga. Namun, ada kasus dimana posisi itu diwariskan kepada orang lain apabila pewaris yang sah dinyatakan gagal dan tidak memenuhi persyaratan. Kim Taehyung adalah pewaris sah untuk saat ini. Ia merupakan anak pertama dari ayahnya—CEO Diamonds Group—yang telah berkontribusi banyak dalam memajukan perusahaan. Sayangnya, kepercayaan sang ayah lama-kelamaan mulai pudar. Semua itu dikarenakan Taehyung yang masih belum menemukan pasangannya. Dalam hal ini, jika Taehyung tak kunjung menikah, maka ia akan kehilangan posisinya sebagai penerus sebab ia gagal menghilangkan kutukan. Itulah yang membuat Taehyung sangat berambisi. Bahkan, ia tak segan-segan ingin melenyapkan Vay hanya untuk mencapai tujuan.
Pagi itu, suasana kantor Diamonds Group sangat ramai. Rumor dimana Taehyung akan pergi berkunjung ke sana untuk pertama kalinya langsung tersebar ke seluruh karyawan. Selama ini, para karyawan tidak pernah mengetahui wajah dari direktur utama. Yang mereka tahu, seorang Kim Taehyung adalah bos yang tiran dan otoriter. Malah tak jarang, karyawan yang mentalnya lemah akan mengajukan surat pengunduran diri. Oleh karena itu pula, Diamonds Group menjadi salah satu perusahaan yang selektif dan memiliki karyawan handal dan kompetitif.
Mobil Taehyung berhenti tepat di depan kantor pusat Diamonds Group. Ia menunjukkan penampilan dirinya yang berkharisma dengan mengenakan setelan vest sambil menenteng jas di tangan kanannya. Para karyawan berbondong-bondong menyambut kedatangan dirinya.
Ada salah seorang karyawan laki-laki yang berani menghampiri Taehyung dengan sombongnya. Taehyung meliriknya dari atas ke bawah. Bahkan karyawan itu terang-terangan sok akrab dan menatap langsung kedua mata Taehyung.
"Park Heejin," ucap Taehyung, mengeja nama karyawan tersebut dari kartu identitas yang menggantung di leher.
"Benar, Pak. Itu nama saya," jawab Heejin dengan senyuman puas. Ia mengecek karyawan lain yang sepertinya akan iri padanya. Selama ini, Heejin menjadi karyawan terbaik di Diamonds Group. Ia terkenal cekatan dalam pekerjaannya sehingga ia cukup disegani. Namun, sepertinya tindakan cerobohnya hari itu akan menjadi sebuah titik balik.
"Aku mengerti. Aku sepertinya memiliki jabatan yang cocok untukmu."
Karyawan kembali heboh. Mereka berbisik-bisik, apakah Park Heejin yang itu akan mendapat kenaikan pangkat setelah menyapa direktur dengan percaya diri? Hal itu semakin membuat Heejin merasa seperti di atas langit.
"Mulai besok, berhentilah dari posisimu. Berdirilah di sini, menyambut para tamu dengan 'keramahan'mu yang luar biasa itu," ucap Taehyung dengan tenang.
Taehyung melenggang pergi setelah menepuk sebelah bahu karyawan itu, meninggalkan Heejin yang berdiri membeku tanpa ekspresi. Ya, ia tidak salah dengar. Otaknya masih cukup pintar untuk mencerna apa yang dikatakan Taehyung. Dengan kata lain, Heejin dicabut dari jabatannya. Dan entah apa posisinya sekarang.
"Aku butuh karyawan yang 100% menunjukkan seberapa besar usahanya, bukan 100% menunjukkan seberapa besar mulutnya," ucap Taehyung terakhir kali sebelum akhirnya memasuki lift.
Dari kejadian itu, karyawan menjadi sadar bahwa sikap kejam Taehyung tidaklah seberapa dibandingkan kebijaksanaan yang dimilikinya. Mereka pun perlahan mulai menatap Taehyung dengan penuh rasa hormat dan menilai bahwa direktur mereka adalah sosok yang pantas untuk memimpin perusahaan itu ke depannya.
***
Di restoran, Sohyun mulai kelimpungan mengatasi membludaknya pelanggan yang datang di jam makan siang. Tak jarang, kebanyakan dari mereka datang untuk bertemu dengan Vay—si pekerja ramah dan tampan. Namun, setelah Sohyun mengatakan bahwa Vay sedang mengambil libur hari itu, beberapa dari mereka langsung meninggalkan tempat seolah tidak peduli lagi ketika Sohyun menanyakan menu yang ingin mereka pesan.
"Lihat saja nanti! Aku akan menemukanmu, Vay, lalu akan kulempar mukamu dengan kain pel!" Geram Sohyun.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Panjang umur bagi Vay, karena entah bagaimana ia muncul di hadapan Sohyun ketika gadis itu tengah mengumpatinya.
"Hey!! Dasar berandal!" Ia melempar kain lap di tangannya dan itu tepat mengenai wajah Vay. Orang-orang tak luput menyaksikan kejadian heboh tersebut.
"Apa-apaan ini? Kau kabur ke mana saja? Ganti pakaianmu, waktunya bekerja, kita tidak ada banyak waktu!"
Sohyun menarik lengan Vay agar masuk ke dalam rumah. Untuk jaga-jaga, Sohyun sudah menyiapkan baju baru agar dapat dikenakan lelaki itu.
"Pakai ini. Kali ini, jangan sampai rusak lagi, itu masih baru," pesan Sohyun. Ia agak malu dan gengsi karena ia harus menyerahkan baju—yang baru ia beli di pasar tadi pagi—pada Vay. Ya, meskipun itu inisiatifnya, Sohyun melakukan itu sebagai 'sogokan' agar Vay tidak kabur-kabur lagi. Gadis itu berpikir bahwa mungkin saja selama ini Vay berkeinginan kabur karena sikap Sohyun yang cukup menyebalkan. Sohyun ingin mengubah cara pandang Vay terhadapnya karena bagaimanapun juga Sohyun adalah orang yang baik.
Alih-alih pergi mengganti pakaiannya, Vay justru membuang setelan itu ke lantai. Sohyun sangat terkejut dan ekspresinya berubah marah.
"Hey! Kau tidak tahu berapa harganya? Aku menggunakan sebagian uangku untuk membelinya untukmu, apa yang kau lakukan!" Sohyun seketika memungut setelan itu.
"Pakaian bau seperti itu memang semahal apa? Apakah itu setara dengan pakaian yang melekat di tubuhku?"
Sohyun langsung tersadar. Pria yang berdiri di hadapannya itu tampak jauh lebih rapi. Mengenakan kemeja yang wangi dan tampak mahal. Serta, diliriknya jam tangan Rolex yang melingkar di pergelangan tangan Vay. Ah, tidak... Apakah dia memang Vay? Vay tidak mungkin berpenampilan semewah dan se-berkelas itu.
"Apa kamu Vay?"
***
Tbc
Satu kata buat chapter kali ini??
Akhirnya, aku ekspos juga ide ceritanya, HAHAHA.
Kalian paham? Nggak papa, nanti juga akan paham kok ke depannya😌
Aku jelasin pelan-pelan di chapter selanjutnya👍🏻
Sekadar info, finally aku nemu judul yang pas buat cerita ini. Jadi, secara official judul cerita yang sebelumnya Redamancy, berubah jadi Head Over Heels karena menurutku itu lebih cocok dan masuk sama alur di dalamnya nanti.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro