โ Perubahan jadwal hingga ke persiapan โ
"Ah, halo Ma, selamat malam." Sapa Shia dengan manis tapi bukan sok manis, saat membuka panggilan dengan Mamanya.
"Shia, tumben malam-malam nelfon?" Tanya Mamanya yang bukannya membalas sapaan, malah langsung protes.
"Jadi, Shia mau kabarin sesuatu Ma. Sepertinya, liburan ini Shia ngga bisa pulang ke rumah. Shia mungkin akan berlibur di sini bersama yang lain. Apa tidak apa-apa, Ma?"
Ya, itu alasan Shia menelepon Mamanya, sebenarnya sudah sejak siang tadi, Shia ingin mengabarkan, namun ia terlalu sibuk pada pekerjaannya.
Suara desahan dari seberang telepon dapat terdengar oleh Shia. "Maaf, Ma." Ucap Shia singkat, ia langsung tahu bahwa Mamanya kecewa karena dirinya tidak bisa pulang.
"Yah, mau bagaimana lagi, gapapa. Tapi kamu jangan sampai telat ataupun lupa makan, istirahat juga, yang cukup ya!" Pesan Mamanya.
"Eh, beneran gapapa? Libur selanjutnya Shia janji bakal pulang kok, Ma."
"Jangan janji, nanti kalau kamu ada urusan mendadak gimana?"
Shia terkekeh pelan sembari mengelus pelan tengkuknya.
"Hehe, tapi Shia usahain kok Ma, Shia juga pengen pulang-"
Shia tak sempat melanjutkan pembicaraannya, karena tiba-tiba ia mendengar namanya dipanggil cukup keras.
"Maaf, Ma. Shia barusan dipanggil, Shia tutup dulu ya teleponnya, nanti Shia hubungi Mama lagi."
"Malam-malam begini kamu masih sibuk? Mama sangat yakin, kamu pasti jarang makan dan istirahat. Ya sudah, kamu baik-baik di sana!"
"Siap, oke Ma. Shia tutup ya, selamat malam Mama."
Klik.
Shia menutup telepon, ia segera menghampiri asal suara yang sedari tadi memanggil dirinya.
"Shia!"ย Suara milik seseorang kembali terdengar.
"Ah, iya ada apa Mao?" Tanya Shia saat sorot matanya bertemu dengan iris mata berwarna hijau terang, Mao.
"Shia dari mana saja? Aku sudah mencari mu ke mana-mana." Mao bertanya balik.
"Eh? Maaf Mao, tadi aku habis dari sana, telepon sama orang tua." Jawab Shia menunjuk tempatnya tadi.
Mao mengangguk mengerti.
"Lalu, Mao kenapa teriak memanggil ku?" Tanya Shia lagi.
"Itu, ada perubahan jadwal." Jawab Mao.
"Eh? Perubahan jadwal?"
"Aku juga tidak tahu jelas, jadi lebih baik kita langsung ke sana." Jelas Mao.
"Baiklah." Shia mengikuti Mao yang mulai berjalan mengiringinya ke sebuah tempat.
โโโโโโโโโโโโโโโโโ
Baru saja sampai di depan ruangan yang dituju, Shia disambut lagi oleh teriakan yang memanggil namanya.
"Shia." Pria bersurai orange terang, menghampiri Shia dengan wajah kusut.
"Hee? Subaru kenapa?" Tanya Shia panik.
"Jangan membuat Shia panik dengan sikap mu! Ini hanya perubahan jadwal biasa." Pria bersurai hitam mengomentari sikap Subaru, siapa lagi kalau bukan Hokuto.
"Jadi sebenarnya ada apa?" Tanya Shia yang sudah sangat bingung.
"Begini, Shia. Seharusnya di jadwal ini kita pergi liburan masih di dalam Jepang. Tapi tadi ada perubahan dan ini jadwalnya." Jelas Hokuto memberikan beberapa lembar kertas yang menyatu oleh klip.
Shia menerima, membaca dengan seksama. "Eh? Liburannya ke tempat kampung halaman ku?!" Sontak Shia kaget.
"Eh? Perubahannya ke tempat Shia? Kenapa kau tidak bilang dari tadi?" Protes Subaru pada Hokuto. Ya, dia kusut karena berpikir tidak jadi liburan, ternyata malah pergi ke tempat Shia.
"Begitulah Shia, kita akan berlibur ke tempat mu. Dan kau, Akehoshi, aku tidak memberitahu mu karena Shia lah yang berhak tahu lebih dulu, dan ini seharusnya bukan aku yang memberitakan." Jelas Hokuto.
"Ah, maaf aku jadi merepotkan mu. Seharusnya ini tugas ku." Ucap Shia menunduk.
"Tidak apa-apa Shia, karena aku pemimpin mereka, ini juga berhak menjadi tugas ku."
"Sekali lagi aku minta maaf." Shia menunduk lagi.
"Seharusnya bukan Shia yang meminta maaf, tapi Akehoshi." Hokuto mendesah pelan.
"Kok aku?!" Subaru kembali protes.
"Kau sudah membuat Shia panik dan sekarang kau tidak meminta maaf kepadanya? Kau juga seharusnya meminta maaf padaku."
"Hei, sudah sudah." Lerai Shia, ia sangat tidak suka kalau ada keributan.
"Shia, aku minta maaf karena sudah membuat mu khawatir." Subaru menunduk pelan.
"Gapapa kok." Balas Shia.
Subaru mengarah ke Hokuto.
"Hokke, aku minta maaf."
"Ya, memang harusnya begitu."
"Jadi, di mana tempat asal Shia? Indonesia bukan?" Tanya Yuuki, yang sudah menghentikan aktivitas bermain game nya.
"Ah, ya." Jawab Shia.
"Aku jadi tidak sabar." Ucap Mao pelan.
Shia memasang senyum kaku.
"Tapi di tempat ku tidak ada apa-apa."
"Setidaknya kami bisa tahu tempat asal Shia, tidak peduli apa pun yang ada di sana." Terang Hokuto.
"Hokke benar, Shia. Aku jadi penasaran bagaimana tempat asal Shia." Subaru yang tadi kusut, kini sudah kembali cerah.
"Tidak ada sesuatu yang menarik di sana." Senyum Shia yang sangat terlihat itu dipaksakan.
"Aku lupa memberitahu, kita berangkatnya besok siang." Kata Hokuto tiba-tiba, saat dirinya sudah mengingat.
"Besok?" Shia kaget lagi dan langsung mengecek jadwal.
"Heeeeee...." Shia jadi pusing sendiri, mengingat ia sudah mengabari Mamanya bahwa tidak bisa pulang dan sekarang ia malah harus pulang dengan membawa anak-anak Trickstar.
"Nee, Shia. Apa kita perlu pakaian dingin?" Tanya Subaru yang sepertinya sudah sangat tidak sabar, ia ingin segera berkemas.
"Eh? Di tempat ku ngga ada musim dingin, paling cuma hujan doang, sama musim panas, jadi tidak perlu." Jawab Shia.
"Indonesia seperti apa, Shia?" Kini giliran Yuuki bertanya.
"Hm, Indonesia memang cukup bagus sih, buat tempat liburan. Yang menjadi masalah itu adalah tempat ku, ga ada apa-apa di sana. Kalian yakin mau ke tempat ku?" Shia membahas lagi tempat asalnya, ia malah semakin takut jika mereka tidak puas berlibur di kampung halamannya.
"Sudah kubilang kan, Shia? Apa pun tempatnya, kami ingin tahu bagaimana kampung halaman Shia."
Subaru mengangguk-angguk setuju pada Hokuto, Shia menoleh ke arah Mao dan Yuuki, mereka juga setuju dan tersenyum senang.
Shia menghela nafas pelan.
"Baiklah, kalau begitu kita siap-siap untuk berkemas barang."
"Yeyyyyyy." Sorak Subaru.
Shia mengecek ponselnya, sudah pukul sepuluh malam.
"Karena sekarang sudah sangat malam, jadi kalian bisa balik ke asrama buat berkemas, ingat! Jangan kelamaan berkemas dan malah kurang istirahat!" Jelas Shia.
"Bukannya Shia yang akan seperti itu?" Tebak Mao.
Shia terdiam sejenak, kemudian menjawab. "Aku sudah terbiasa."
"Tidak, sepertinya Shia terlalu memaksakan diri. Jadi Shia lah yang harus banyak istirahat."
"Istirahat ku sudah cukup kok!" Kukuh Shia.
"Aku rasa Ukki benar, Shia kurang istirahat kan?" Ucap Subaru dengan yakin.
"Istirahat ku cukup! Sudah sudah, sekarang semuanya kembali ke asrama dan istirahat yang cukup, masalah berkemas masih ada besok pagi!"
"Baik, Shia."
โโโโโโโโโโโโโโโโโ
๐Shia
1000 kata
28 September 2021
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: Truyen247.Pro