Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

nawa

Satu warsa adalah jarak umur mereka berdua.

Dilihat dari sisi Keisuke, pemuda ini tidak pernah mempermasalahkan sang adik yang memanggil namanya secara langsung. Pernah saat kecil diri meminta, namun langsung ditolak mentah-mentah.

Jika ditanya apakah Keisuke menyayangi adiknya, dia dengan cepat akan menjawab tidak.

Namun, direlung hati yang tersembunyi, sesungguhnya ia adalah kakak terbaik.

"WAHAHAH!!"

Shuji menyenggol pundak sang surai legam. Terkikik geli ketika netranya menangkap ekspresi kesal sang lawan bicara.

"Ayolah Baji, kau akan menjadi kakak iparku ini."

Helaan napas terdengar.

"Berisik, Hanma-kun. Kata siapa aku merestuimu dengan adikku?"

Seringai kian melebar pada durja rupawan. Memejamkan mata sesaat sebelum kemudian membalikkan badan. Berjalan menjauh lalu duduk di samping sang laksmi.

Netra kelabu mengerling dalam diam. Tanpa ekspresi perhatikan laksmi yang tersenyum manis. Terlihat bahagia berbincang dengan pemuda gila, membuat diri kembali mempertanyakan apakah adiknya masih waras.

"Oh ya, (Name). Nanti saat tawuran 31 Oktober, kau diam saja di sini."

"He? Kok begitu?"

Kelopak tertutup. Sembunyikan kelabu yang pantulkan wajah adiratna. Diri menghela lelah, bertanya dalam senandika, apakah ada cara? Untuk memisahkan Shuji dengan adiknya?

Sebab Keisuke tidak ingin apabila masalah dunia berandalan, melibatkan adiknya yang disayang.

"Hei (Name). Dengarkan kata pacarmu. Jangan datang."

Permata jingga menatap sebal sang kakak yang mendekat. Memajukan bibir, lalu kemudian mendengus. Menunduk dan bergumam dengan malas.

"Baiklah. Sebagai gantinya, aku akan mencari cara untuk melumpuhkan anggota Touman."







































































"KEISUKE!"

Permata jingga melebar. Pupil menyusut tak percaya. Keringat dingin mengalir, lewati pelipis kemudian jatuh begitu sampai di ujung dagu. Labium terbuka, meneriakkan nama yang menjadikannya alasan untuk kemari.

Dan, dia bergetar hebat tatkala pandangan dapati sang kakak yang dikagumi bersimbah darah. Namun berdiri dengan tegak, tersenyum ke arahnya dengan bilah di tangan.

Tidak.

Ini tidak seharusnya begini.

Mengapa jadi seperti ini?

"Hei, kan sudah kubilang jangan kemari!"

Pemuda itu tertawa, memamerkan deretan gigi dengan cairan merah yag mengalir. Kelabu bersembunyi dibalik kelopak, lantas menciptakan sabit pada mata.

Seolah tak ada yang terjadi. Seolah merah yang mengalir bukanlah hal yang penting.

"Kei—"

Dia tidak akan sempat.

Keisuke ada di tengah sana. Sementara (Name) baru saja sampai. Langkahnya tidak panjang sebagaimana kakaknya.

Cemas hampiri diri. Dengan gelisah bersiap untuk lari. Abaikan setiap padang mata yang memperhatikan sang laksmi. Sekarang, hanya ada sang kakak yang harus dia hampiri.

Bahkan dalam diam sang punya kelereng emas amati, kekasih yang dengan gelisah menerjang badai, hanya untuk mencegah ambruknya pemuda di tengah sana.

"JANGAN—"

Senyum dilempar pada adiratna, tepat sebelum tangannya terangkat. Ciptakan darah yang mengalir layaknya sungai.

Wajah memucat.

"... Kei?"

Kurva pada wajah memudar. Bersamaan benda yang kini ada dalam tubuhnya, menyebabkan kolam merah yang mengenang, ciptakan bau amis. Membuat diri kini kehilangan akal sehat.

Tungkai kaki melemas. Diri lantas hendak berteriak, namun lidahnya kelu.

Apa ... yang baru saja terjadi?

"(Name)—"

Shuji membeku. Hendak memanggil nama kekasihnya, namun netra dapati wajah pucat. Pemuda itu terdiam, merasa ragu untuk mendekat.

"Sial."

Apakah keputusannya salah?

Dia hanya ingin hiburan. Tapi bukan ini yang dia maksud.

Bukan tangis serta jeritan menyayat hati sang laksmi yang diinginkan. Bukan pula wajah pucat yang memeluk raga bersimbah darah.

Shuji salah.

Ini sungguh tidak membuatnya senang.

•••

3 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro