Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

하녀6

Baekhyun tengah menonton film kesukaannya ketika meja di depannya di pukul oleh yeoja setengah sinting yang membuatnya meloncat kaget.

"Sialan!" Baekhyun menggeram ke arah Heojoo yang sekarang sedang tertawa terbahak-bahak.

"Kau harus lihat wajahmu! Astaga! Jelek sekali!" Heojoo masih memegangi perutnya lantaran sehabis tertawa terbahak-bahak.

Baekhyun sedikit malu karena menunjukkan rasa kagetnya di depan Heojoo tadi. "Tsk, kau mau apa sih?" Tanya Baekhyun dengan tidak ramahnya.

Heojoo melambaikan lembaran kertas di depannya. "Ini formulirnya. Isi dengan benar dan lengkap. Besok akan kukembalikan." Ia melempar kertasnya di depan Baekhyun yang membuat Baekhyun menahan rasa marahnya.

Kalau saja Tuan Cha tak berbuat baik kepadaku, aku sudah pasti menghancurkan wajah yeoja ini!

Baekhyun menangkap kertas yang tengah melayang di depannya dan hendak mengambil pena di kamarnya ketika Heojoo mengacungkan pena di depannya.

Baekhyun berpura-pura tak melihat tawaran yeoja itu, dan terus berjalan ke kamarnya untuk mengambil pena miliknya, sekalian mengisi formulir tersebut di kamarnya.

"Dasar tak tahu terima kasih! Sudah bagus kupinjamkan!" Heojoo berteriak ke arah Baekhyun yang dengan cuek tetap jalan ke kamarnya. "Hei! Kau bahkan tak mengucapkan terima kasih padaku! Aku sudah jauh jauh ke kampusku untuk mengambil formulir sialan itu!"

Baekhyun dengan tak acuh menaiki tangga, tak mengindahkan satu katapun dari yeoja itu.

Dengan kesal bercampur marah, Heojoo melemparkan pena yang ada di tangannya ke arah kepala Baekhyun, namun tanpa perlu berbalik, Baekhyun menghindari pena itu dan membiarkan pena tersebut terbentur permukaan tangga yang keras, membuatnya hancur berantakan.

Heojoo berteriak kesal sebelum berjalan ke arah kamarnya yang sialnya, tepat di samping kamar Baekhyun.
===

Sore itu, Heojoo lagi-lagi melompat dari kamarnya dan pergi tanpa izin siapapun.

Para maid mulai kewalahan karena lagi-lagi yeoja itu menghilang, namun tentu saja Baekhyun tidak peduli akan hal tersebut.

"Baekhyun, kau siang tadi sempat bersamanya kan?" Tanya Nyonya Choi dengan raut wajah khawatir. Baekhyun bingung mengapa wanita ini bisa merasa khawatir dengan yeoja yang terlihat bisa membunuh siapapun yang mengganggu dirinya.

Baekhyun hanya mengangguk.

"Apa yang ia lakukan setelah kalian bersama?"

Baekhyun mengerutkan kening. Mana kutahu? Ia ingin menjawab begitu namun wanita di depannya ini begitu baik, sehingga ia tak mungkin menjawab tak sopan seperti itu.

"Aku kurang tahu, bibi. Tapi sepertinya ia memasuki kamarnya." Baekhyun menjawab seadanya. Tapi memang tadi setelah ia memasuki kamarnya, ia sempat mendengar pintu di sebelahnya ditutup dengan kasar. Itu berarti yeoja itu memasuki kamarnya, kan?

Nyonya Choi menggigit bibir bawahnya dengan gugup, "Apa kalian tadi.. bertengkar?"

Baekhyun membulatkan matanya, namun sedetik kemudian ekspresinya terlihat normal. "Hanya perdebatan kecil."

Nyonya Choi menghela nafas lelah, "Anak itu luar biasa keras kepala. Namun di lain sisi ia bisa merasa kesepian maka itu ia selalu saja kabur dari rumah ini."

Baekhyun hanya diam mendengarkan.

"Jadi, Baekhyun, apa kau mau menemani Tuan Choi untuk menemukan Heojoo?"

Baekhyun membulatkan matanya, kali ini membiarkan hal tersebut terjadi.

"Apa?"

"Tolong temani suamiku untuk mencari Heojoo, ia sedang tidak enak badan saat ini. Dan jika kalian masih bertengkar, tolong untuk saling minta maaf agar ia-"

"Apa bibi menyalahkanku yang bertengkar dengannya dan membuatnya kabur?"

Nyonya Choi terlihat gelagapan, "Bukan begitu, Baekhyun. Ia sangat keras kepala jadi salah satu dari kalian memang harus mengalah agar masalah kalian selesai."

Baekhyun menghela nafasnya dengan kasar. Tapi tadi ia memang sedikit keterlaluan. Jelas-jelas Heojoo sudah mengambilkannya formulir, padahal ia sedang libur semesteran, dan ia berbaik hati meminjamkan pena nya-

Yang jelas, ia tadi memang keterlaluan. Namun karena dari awal yeoja itu telah mengagetkannya yang membuatnya kesal, maka ia terbawa emosi juga tadi.

"Aku saja yang akan mencarinya." Baekhyun akhirnya mengeluarkan suaranya.

Nyonya Choi yang awalnya terlihat tak memiliki harapan, melihat ke arah Baekhyun dengan mata berbinar.

"Ini kunci mobilnya. Dan apa kau yakin kau tak mau ditemani oleh Tuan Choi?"

Baekhyun menggeleng, "Biarkan ia beristirahat, bibi." Baekhyun akhirnya tersenyum.

Nyonya Choi membalas senyuman manisnya dengan senyum tulus di bibirnya. "Terimakasih, nak. Kau memang anak yang baik."

Baekhyun mengambil kunci mobilnya dari tangan Nyonya Choi, memakai sweaternya, dan menyalakan mobil.

Nyonya Choi membukakan pagar depan untuk Baekhyun sebelum berpesan padanya, "Biasanya ia ada di rumah temannya, di kediaman keluarga Han. Rumah mereka tak berbeda jauh dari blok rumah ini."

Setelah memberikan detail rumah keluarga Han, Baekhyun pun mengendarai mobil sedan tersebut ke arah yang dimaksud.

Sambil melihat ke arah jalanan perumahan yang sudah sepi, ia terus mengendarai hingga ia sampai di rumah yang dimaksud.

Sesampainya, ia membunyikan bel yang terletak di depan pagar rumah tersebut. Tak sampai 2 menit, pagar pun dibuka oleh seorang yeoja yang terlihat cantik dan bertolak belakang dengan Heojoo.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya yeoja itu, terlihat bingung sekaligus takjub saat melihat Baekhyun.

Baekhyun tersenyum kikuk, "Apakah ini rumah kediaman keluarga Han?"

Yeoja itu mengangguk, "Ya, benar."

Baekhyun menghela nafas lega. Ia pikir ia akan salah rumah dan kembali mencari rumah-rumah yang terlihat hampir sama di jalan yang sepi ini.

"Kalau begitu, apakah ada.. uhm.. Heojoo di dalam?" Baekhyun terlihat sangat aneh saat mengucapkan kata 'Heojoo'. Ia terlihat.. sangat tak mau mengucapkan nama tersebut.

Yeoja itu mengerutkan keningnya bingung, "Tidak. Ia sudah lama tak berkunjung lagi."

Baekhyun memandanginya, lebih tepatnya, menyelidikinya.

Apakah yeoja ini berbohong dan bekerja sama dengan Heojoo?

Namun dari matanya, ia terlihat ia mengatakan yang sejujurnya.

"Ah begitu.." Baekhyun mengangguk-angguk, sedikit ragu. "Kalau begitu, apa kau tahu ke mana ia akan pergi biasanya?"

Yeoja di depannya mengerutkan keningnya bingung, "Apakah ia kabur dari rumahnya lagi?" Alih-alih menjawab, ia balas bertanya Baekhyun.

Baekhyun menghela nafas, "Ya, ia kabur."

Dan Baekhyun yakin yeoja itu tahu bahwa Heojoo sering 'kabur' dari rumahnya dari caranya berbicara.

Yeoja di depannya menghela nafas juga. "Dasar anak itu. Ia biasanya akan pergi ke cafe favoritnya di depan kompleks perumahan. Kalau tidak salah, namanya 'Browny Cafe'."

Baekhyun tersenyum ketika yeoja itu memberikan informasi yang cukup berguna. "Ah begitu.. Terima kasih banyak.. Uhm.. Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

Yeoja itu terlihat bingung untuk sesaat, "Ahra. Han Ahra."

Baekhyun mengulurkan tangannya, "Aku Baekhyun. Senang bertemu denganmu. Dan terima kasih banyak." Baekhyun berjalan mundur sebelum Ahra sempat membalas.

Ahra dengan takjub melihat namja itu pergi meninggalkan rumahnya.

Diam-diam ia tersenyum.

Siapa namja itu?
===

Baekhyun memasuki Browny Cafe dengan langkah tergesa-gesa. Rasanya ia ingin sekali menjambak rambut yeoja itu tapi ia tentu saja tidak akan melakukannya.

Saat mendapati yeoja itu tengah duduk di sudut ruangan sambil meminum kopi dengan suara-suara aneh yang dibuatnya, Baekhyun melongo karenanya.

Jelas saja, yeoja itu telah menghabiskan 4 gelas kopi berukuran besar yang menurut Baekhyun ia akan muntah jika ia minun sebanyak itu.

"Ya!" Baekhyun menggebrak mejanya, membuat yeoja itu menatap ke arahnya, tanpa merasa terkejut atau apapun.

"Apa maumu?" Tanya yeoja itu dengan sengit.

"Kau membuat semua orang panik, tahu? Cepat pulang!" Baekhyun membentaknya, tak peduli tatapan orang-orang di sekitarnya.

Yeoja itu mendengus kasar, "Ke mana Tuan Choi? Biasanya ia yang akan mencariku." Ia bahkan tidak mengindahkan bentakan Baekhyun.

Baekhyun menarik kursi di depannya dan pada akhirnya ia duduk di depan Heojoo.

Ia menghela nafas lelah, "Dengar ya Nona Heojoo, aku yang datang menjemputmu karena Tuan Choi sedang tidak enak badan. Apa kau tega membiarkan orang tua seperti Tuan Choi menjemputmu sedangkan ia sedang sakit?"

Heojoo mendengus, "Kau berlebihan."

Baekhyun menatapnya dengan penuh rasa kesal, "Apa kau tak punya rasa kasihan?"

"Bukan, maksudku, bicaramu tadi berlebihan. Kau bisa saja mengatakan Tuan Choi sakit. Akan lebih simpel, kan?"

Baekhyun memutar bola matanya, "Wah, benar juga kau, Nona." Ia berkata dengan penuh sarkasme.

Heojoo hanya membalasnya dengan dengusan kesal. "Sana kau pulang saja duluan." Perintah Heojoo.

Baekhyun menatapnya tidak percaya, "Aku sudah mencarimu dengan susah payah dan saat aku menemukanmu aku akan pulang begitu saja?! Mana mungkin!"

Heojoo menatapnya. Ia mencariku? Cih, ia hanya berpura-pura prihatin denganku. Sialan.

"Aku tak mau pulang."

"Kau ini kenapa sih?" Baekhyun bangkit dari kursinya, tak mempedulikan tatapan bingung dari orang-orang di sekeliling mereka.

"Aku hanya ingin minum kopi. Apa itu salah?" Heojoo balik bertanya lagi.

"Cih, dasar gila. Kau bahkan sudah menghabiskan 4 gelas kopi! Apa kau mau muntah, huh?"

Heojoo mendengus, "Kenapa kau jadi peduli denganku?"

Baekhyun melihatnya dengan mata terbuka lebar, "Peduli?" Ia mendengus kesal. "Kalau saja appamu tak berbuat baik kepada keluargaku, aku tak akan sudi berbuat seperti ini!"

Heojoo menggenggam erat gelas kopinya, "Kau ini selalu saja berisik."

"Kau yang membuatku berisik!" Baekhyun berteriak, membuat kesabaran Heojoo menipis.

Dengan cepat namun pasti, Heojoo berdiri dari kursinya dan menyiram Baekhyun dengan kopi yang masih panas ke arah sweater kesukaannya.

Baekhyun menatapnya dengan tidak percaya, "YAK! SIALAN!" Ia mengumpat dengan kesal. Orang-orang di sekitar mulai melihat ke arah mereka sambil berbisik-bisik.

Heojoo hanya melangkahkan kakinya yang jenjang ke depan cafe dengan santainya.
===

"Heojoo, apa benar kau yang menyiram Baekhyun dengan kopi panas?" Tanya Joowon dengan geraman tertahan.

Heojoo menunduk, bukan karena takut, namun karena terlalu malas untuk menanggapi semua bullshit ini. Entah mengapa, ia semakin membenci Baekhyun. Dan sepertinya begitu juga dengan Baekhyun.

Baekhyun melipat tangannya di depan dada sambil memandangi Heojoo yang tertunduk.

Mereka bertiga sekarang ada di ruang kerja Joowon dan Joowon-lah yang memanggil mereka. Ia mendapat laporan dari Nyonya Choi mengenai hal ini. Bukan Baekhyun yang mengadunya, namun Nyonya Choi lah yang memberi tahunya.

"Iya." Jawab Heojoo dengan singkat.

Tuan Cha bangkit dari duduknya dan tanpa segan-segan ia memukul lengan Heojoo dengan tangannya yang kasar.

Baekhyun yang melihat hal itu, seharusnya merasa puas, tetapi ia merasa terkejut dan tak menyangka hal tersebut.

Wajah Heojoo bukannya terkejut dan merasa kesakitan, ia hanya memasang wajah tenang.

"Samchon.." Baekhyun berdiri, hendak menenangkannya.

"Anak ini memang kurang ajar! Biar saja aku beri ia pelajaran!" Joowon menghela nafas kasar ketika ia sadar Baekhyun telah menariknya.

"Sudahlah samchon.. Aku tidak apa-apa kan sekarang?"

Joowon hanya menghela nafas kasar, "Kalau kau ulangi itu lagi, aku tak akan segan-segan memberi hukuman untukmu, Heojoo!"

Heojoo hanya mendengus diam-diam. "Aku bingung." Ia membuka suaranya lagi. "Sebenarnya yang anakmu itu aku atau dia?" Ia menunjuk Baekhyun dengan penuh kebencian. Sedangkan yang ditunjuk hanya bisa terdiam dengan wajah datar.

"Kalau aku bisa memilih, aku akan memilih Baekhyun sebagai anakku!" Joowon mendengus kasar. Baekhyun membulatkan matanya, antara kaget dan bingung apakah ia harus menghentikan semua ini. Menurut Baekhyun, appanya sudah terlalu jauh saat ini.

Heojoo menatap appanya dengan tatapan sakit hati, sebelum ia tersenyum pahit, "Sepertinya aku memang bukan anak siapapun."

Ia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar, sebelum menutup pintunya dengan kasar.
===

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro