Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

하녀5

Baekhyun sudah pastikan bahwa ia akan mengikuti permainan Heojoo. Ia tahu bahwa Heojoo sengaja menyiksanya agar ia bisa mengundurkan diri. Ya, bukan?

Baekhyun diam-diam terkekeh saat melihat Tuan Cha pergi menjauh dan Heojoo masih terdiam di tempatnya, memandanginya dengan tatapan angkuh.

"Jadi kau berpura-pura baik di depan appaku, huh?" Tanya yeoja itu dengan wajah yang rasanya ingin Baekhyun tonjok. Berhubung memang tubuh, kulit, dan wajah yeoja itu tak seperti yeoja pada umumnya, Baekhyun sepertinya tak bisa memandang yeoja itu sebagai yeoja normal pada umumnya.

Lihatlah, tubuhnya tinggi(hampir setinggi Baekhyun), kulitnya bahkan lebih coklat dibanding Baekhyun, dan rambut pendek yang modelnya sama seperti laki-laki pada umumnya, serta sikap cueknya yang mengingatkannya pada sifat laki-laki kebanyakan.

Bagaimana bisa ia memandang yeoja ini sebagai yeoja?

Baiklah, kalau Baekhyun mau jujur, sebenarnya Heojoo masih terlihat sedikit feminim kok. Wajahnya masih terlihat cantik seperti yeoja pada umumnya, namun sayangnya, rambut dan kulitnya kurang mendukung.

"Aku tidak berpura-pura baik." Baekhyun tersenyum miring, melihat yeoja yang hanya pendek sekitar 3cm darinya itu.

Heojoo mendengus kasar, "Terus apa itu? Merayu?"

Baekhyun memutar bola matanya, "Aku memang berkata jujur." Ia berkata dengan tenang. Lebih tepatnya, berpura-pura tenang.

Heojoo hendak melangkah dan mendorong Baekhyun, namun Baekhyun buru-buru mundur sebelum Heojoo melakukan perbuatan bengis itu kepadanya.

"Sial! Akan kubuat menyesal kau menjadi maidku, Byun Baekhyun!"

"Oh benarkah? Lihat siapa yang akan menyerah lebih dulu, Cha Heojoo!" Baekhyun tersenyum licik.

Ia berbalik hendak menimpuk Baekhyun dengan apapun yang ada di dekatnya, namun namja itu sudah menutup pintu kamarnya dengan kasar.

"Sialan kau Byun Baekhyun!"
===

Baekhyun memandangi langit-langit kamar barunya sambil memikirkan rencana terbaik untuk membuat Heojoo takluk padanya.

Maksud kata 'takluk' di sini yang dimaksud Baekhyun adalah, ia ingin membuat yeoja itu menyesal atas perbuatan jahatnya, atau lebih parah lagi, ia ingin membuat yeoja itu jatuh cinta padanya.

Ia tertawa kecil saat membayangkan yeoja tersebut menyukai dirinya, dan setelah itu ia merasakan bulu kuduknya meremang.

Sial, kalau dia menyukaiku, kurasa aku akan sengsara seumur hidup!

Tak mau bayangan menyeramkan memasuki otaknya yang malang, Baekhyun memutuskan untuk memikirkan rencana terbaik untuk membuat yeoja itu, setidaknya, bersikap baik dan sopan padanya.

Ya, itu lebih tepat daripada membuat yeoja itu... menyukai dirinya.

Membayangkannya saja sudah membuat merinding, bagaimana kalau itu menjadi kenyataan? Astaga, Baekhyun bisa gila!

Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya saat pikiran itu memasuki otaknya. Namun, ia mengangguk ketika ia memikirkan membuat yeoja itu setidaknya bersikap baik dan sopan padanya.

Ia mengangguk. Ya, memang itu yang akan ia lakukan.
===

Heojoo dengan malas memasukan kripik kentang kesukaannya ke dalam mulutnya saat ia tengah menonton film komedi favoritnya, pada siang hari yang terik.

"HAHAHAHA!" Heojoo dengan keras tertawa saat sang pemain terjatuh tepat di atas aspal, dan kepalanya lah yang jatuh pertama kali.

Baekhyun melihat hal tersebut, dan mengikuti pandangan Heojoo ke arah TV. Alih-alih tertawa, ia memasang wajah horror. Bukannya lucu, tapi adegan itu mengerikan, kalau menurut Baekhyun.

Diam-diam Baekhyun merinding lagi saat membayangkan bahwa ternyata Heojoo adalah gadis psikopat.

"Kenapa kau diam di situ?" Heojoo ternyata menyadari bahwa Baekhyun hanya terdiam di belakang sofa sambil melihat ke arah TV.

Baekhyun balas menatapnya dengan datar, "Memangnya tak boleh?"

Heojoo mendengus, "Ya jelas tidak boleh! Kau menggangguku! Pergi!"

Baekhyun menggeram diam-diam. "Sialan."

Heojoo tersenyum miring, "Apa kau bilang, hmm?"

Baekhyun memandanginya dengan tatapan tertantang, "Aku bilang 'sialan'? Kenapa? Apa aku salah berbicara seperti itu?"

Heojoo menggeleng-geleng, "Kau ini memang tak tahu sopan santun ya. Aku ini kan tuanmu!"

Baekhyun tertawa dengan sarkastis, "Tuanku? Oh astaga, apa kau yakin kau yang membayarku? Kau saja tidak kerja kan!"

Heojoo dengan kasar melempar bungkus kripik kentang itu ke arah Baekhyun. Dan Baekhyun tentu saja bisa menghindar, ia dulu ikut kelas hapkido, jangan salahkan dia kalau ia bisa menghindari semua itu.

"Astaga." Nyonya Choi tiba-tiba datang. "Ada apa ini?"

Baekhyun benar-benar lega ketika sang bibi segera membereskan kripik-kripik malang yang tengah tergeletak di lantai tersebut. Ia tak mau membereskan itu semua tentu saja. Ew.

"Heojoo melempariku kripik itu dan lihatlah apa yang ia perbuat, bibi." Baekhyun tersenyum miring saat ia melihat Heojoo sedang menggeram tertahan ke arahnya.

"Nona.. Kau tidak boleh membuang-buang makanan seperti ini. Terlebih lagi, kau tidak seharusnya melempar ini ke Baekhyun."

Baekhyun tersenyum dengan penuh kemenangan.

Baekhyun 1 - 0 Heojoo
===

"Appa." Heojoo memasuki ruangan appanya tanpa mengetuk, dan hal itu membuat appanya menghela nafas kasar.

"Apa maumu?"

"Eyy, apa begitu cara appa bertanya kepada anak semata wayangnya?" Heojoo duduk di sofa ruangan kerja appa nya dengan santainya.

Appanya mendengus, "Apa begitu cara anak semata wayang masuk ke dalam ruang kerja appanya?" Ia membalas, yang membuat Heojoo hanya memanyunkan bibirnya kesal.

"Aku tak akan mengulangi itu lagi."

Appanya tertawa kecil, "Kau bilang begitu saat kau pertama kali meloncati kamarmu."

Heojoo menggigit bibirnya, bukan gugup, namun menahan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.

"Back to topic." Heojoo bersandar pada sofa yang didudukinya dengan santai, "Aku punya usul."

Appanya mengangkat sebelah alisnya, "Membelikanmu mobil? Kalau itu, appa tidak akan memberikanmu."

"Bukan!" Heojoo berkata, namun pada kenyataan, ia memang menginginkan mobil. Tetapi yang ingin ia katakan bukanlah mengenai mobil atau apapun. "Aku ingin appa menempatkan Baekhyun di universitas yang sama denganku."

Appanya memandanginya dengan aneh. "Jadi, kau mulai menyukainya?"

Heojoo membuka matanya sampai-sampai terlihat hampir keluar dari soketnya, "Astaga! Tentu saja tidak!"

"Lalu apa?"

"Aku... Uhm.. Aku.. hanya ingin ia melanjutkan kuliahnya." Ia membuat-buat alasan. Ia belum menyiapkan ini sebelumnya. Tapi ia berharap appanya akan mempercayainya.

Bukannya ia baik atau bagaimana. Ia ingin menyiksa Baekhyun lebih parah lagi saat ia masuk kuliah nanti.

Ia tahu, ia akan dibawah Baekhyun 1 semester. Tapi bukankah Baekhyun berhenti kuliah maka itu kelas mereka bisa sama?

Dari mana ia tahu Baekhyun berhenti kuliah? Tentu saja, ia meminta bantuan Tuan Choi untuk menyelidiki Baekhyun. Ha! Ia memang seorang jenius.

"Jadi kau perhatian padanya?" Tanya Joowon dengan senyum miring.

"Tidak!" Heojoo bangkit dari duduknya. "Aku hanya merasa kasihan pada appanya. Perusahaan mereka hancur, Baekhyun tak bisa kuliah.. Aku kasihan dengan mereka."

Joowon mendengus, "Aku tahu kau akan menyukainya." Ia berbicara, untung saja tak terdengar oleh Heojoo. Kalau terdengar, akan ada perang dunia ke-3. "Baiklah kalau itu maumu."

Heojoo membulatkan matanya dengan tak percaya, "Jinjja?!"

Joowon mengangguk, "Bawa Baekhyun ke sini. Aku ingin berbicara padanya."

Dan hal itu yang membuat Heojoo menjatuhkan rahangnya.

Bagaimana jika Baekhyun menolak? Bagaimana jika Baekhyun--

"Ayo cepat!"

Heojoo cepat-cepat keluar dari ruang kerja appanya. Ia buru-buru menghampiri Baekhyun yang tengah duduk di dapur sambil meminum jus stroberi.

"Hei!" Panggilnya, tak mengindahkan tatapan penuh benci dari Baekhyun.

"Mau apa kau?"

Orang ini tak jauh beda dari appa! Tch.

Heojoo mencoba untuk merangkai kata-kata. "Jangan salah paham ketika aku memberitahumu ini."

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya. Dan anehnya, membuat ia terlihat semakin tampan.

SIALAN. DIA TERLIHAT SANGAT JELEK SEPERTI APPA!

"Aku mengusulkan ke appa bahwa kau akan melanjutkan kuliah."

Baekhyun langsung tersedak jus stroberinya ketika Heojoo memberitahu hal tersebut.

"KAU APA?!"

"Berisik sekali sih kau ini!" Heojoo meninju tangannya dengan perlahan. "Sudah kubilang kan, jangan salah paham--"

Baekhyun memutar bola matanya malas, "Kenapa tiba-tiba kau mengusulkan hal aneh tersebut? Dan.." Baekhyun berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Heojoo sambil mengamatinya dari atas sampai bawah. "..dari mana kau tahu kalau aku putus kuliah?"

Heojoo membulatkan matanya. Sial! Ia lupa! "Ah itu." Ia mengibaskan tangannya cuek. "Tentu saja hanya tebakan beruntung."

Baekhyun tertawa dengan sarkastis. "Hanya orang bodoh yang mempercayai kata-katamu."

Heojoo terbatuk, "Anggap saja aku punya caraku sendiri."

Baekhyun mendengus, "Baiklah, lalu apa tujuanmu memberitahuku hal ini? Agar aku bersikap manis terhadapmu?"

"Cih! Aku tidak sepicik itu, bodoh!" Heojoo memelototinya. "Intinya sekarang kau dipanggil oleh appa di ruang kerjanya. Ia ingin berbicara padamu."

Baekhyun langsung meninggalkannya tanpa ucapan apapun lagi. Membuat yeoja itu menggeram kesal.
===

"Jadi, Heojoo mengusulkan agar kau bisa kuliah. Apa kau tahu hal ini sebelumnya?"

Baekhyun mengangguk, "Ya, aku tahu."

Joowon tersenyum. Senyum yang jarang ia perlihatkan di depan anaknya sendiri. "Aku ingin kau masuk kuliah di universitas yang sama dengan Heojoo."

"Apa?!" Baekhyun dengan cepat menyesali perbuatannya, "Maksudku.. Apa hal itu tidak merepotkan? Maid dan tuan nya kuliah di tempat yang sama?"

Joowon menghela nafas, "Baekhyun, sekalipun kau dibayar untuk menemani Heojoo, aku tak pernah menganggapmu sebagai maid. Kau sudah kulihat seperti anakku sendiri, Baekhyun."

Oke, Baekhyun sedikit tersipu mendengar hal tersebut.

"Baiklah.. Aku tidak keberatan kalau Tuan berkata begitu.."

"Panggil aku samchon saja." Joowon berkata dengan senyuman. Ia ingin Baekhyun memanggilnya 'appa' tapi ia rasa Baekhyun akan merasa risih dengan panggilan itu.

Baekhyun tersenyum kikuk, "Terimakasih, samchon."

Joowon lagi-lagi tersenyum, "Besok akan kuminta anak itu mengambilkan formulir pendaftaran untukmu. Atau.. Kau mau ikut ke universitasnya langsung?"

Baekhyun cepat-cepat menggeleng, "Itu akan merepotkan jika aku ikut. Aku akan menunggu formulirnya saja."

Joowon mengangguk, "Baiklah. Omong-omong, kau dulu mengambil jurusan apa?"

"Hubungan Internasional."

Joowon mengangguk-angguk kagum, "Pilihan bagus. Tidak seperti anak itu."

Baekhyun tertawa kecil ketika seorang appa memanggil anaknya sendiri 'anak itu'. "Ia mengambil jurusan apa?"

"Desain grafis."

( No offense, desain grafis keren kok. Aku mau masuk dg tapi gajadi karena ada halangan c: )

Baekhyun mengerutkan keningnya, "Apa yang salah dengan desain grafis..?" Ia bertanya dengan hati-hati.

"Ia sebenarnya tak mau kuliah. Ia ingin langsung bekerja untuk perusahaan art atau semacamnya. Aku menyuruhnya untuk mengambil HI, atau Sastra, atau komunikasi, agar bisa berbahasa lain dan mudah mendapatkan posisi di perusahaanku, tapi ia memilih desain grafis. Aku tak pernah paham dengan dirinya. Anak itu keras kepala sekali."

Baekhyun ingin mengiyakan kalimat terakhir yang dilontarkan oleh appanya Heojoo. Namun, ia masih mengerti etika dan sopan santun.

"Baiklah, maaf kau jadi mendengar curhatanku." Kata Joowon yang membuat Baekhyun terkekeh. Kali ini sungguhan, bukan untuk meledek atau apapun.

"Tidak apa, samchon. Terimakasih juga telah mengiyakan usul Heojoo. Aku sangat menghargai keputusanmu."

Joowon tersenyum. "Andai saja anakku sepertimu. Aku akan hidup damai."

Lagi-lagi Baekhyun tertawa, "Baiklah, aku permisi, samchon."

Joowon tersenyum saat melihat pintunya tertutup rapat.

Dan tanpa disadari, Heojoo diam-diam menguping pembicaraan mereka. Ia melompat girang ketika Baekhyun mengiyakan tawaran appanya.

Baekhyun 1 - 1 Heojoo
===

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro