Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Something Is Wrong?

Keduanya meneguk liur, berusaha menghilangkan rasa cemas dan gelisah yang semakin memuncak ketika sampai di tempat orang-orang berkerumun. Tidak jauh dari cafe dan bisa ditempuh dengan berlari kecil, nampak sebuah mobil taksi menabrak sebuah gedung.

"R-Ryuu..," panggil si surai uban itu dengan nada bergetar dan pandangan yang tidak lepas dari mobil yang terlihat mulai terbakar.

"Ta-taksi itu... taksi itu...," sementara member tertua Trigger hanya bisa mengucapkan kata sama yang berulang. Mulutnya terasa kaku ketika ingin berucap.

Padahal belum sampai 5 menit ketika dia berpamitan untuk kembali ke apartemen. Siapa yang menduga ini akan terjadi?

Tidak ingin memikirkan ini terlalu jauh, tidak ingin berpikir yang tidak-tidak, dengan mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat, leader Trigger itu berlari membelah paksa kerumunan disusul oleh Ryuu di belakangnya.

'TENN!'

.
.
.

Treasure In My Life
By: MonMonicaF
.
.
.
Happy Reading 🌟

Dengan wajah yang nampak pucat, dipenuhi dengan bulir-bulir keringat yang menghiasi wajahnya. Manik crimsonnya nampak berkaca-kaca sembari menggigit ujung bibir bawahnya. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding dengan menundukkan kepala menatap kosong pada ubin lantai bewarna putih itu.

Sementara dua member Trigger sedang mondar-mandir sejak tadi di depan sebuah pintu, menunggu dokter keluar dari dalam sana. Jelas mereka semua merasa cemas dan gelisah.

Si surai merah itu nampak diam di tempatnya semenjak tadi dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. 'Jadi benar? Jika memang begitu... bagaimana caranya agar semua ini tidak terjadi? Bagaimana caraku menghindarkan Tenn-nii dari bahaya?' benak Riku bertanya-tanya. Perasaannya sedang kacau dan pikirannya sedang dipaksa untuk berpikir keras untuk penyelesaian untuk semua masalah ini. "Caraku satu-satunya hanya mati," ujar Riku.

"Apa yang kau katakan Riku?!" balas Mitsuki tidak terima. Hatinya terasa terluka kala mendengar kata 'mati' keluar dari seorang Nanase Riku yang memang sudah mati, sebelumnya.

Namun sayangnya itu tidak terdengar olehnya, ia terfokuskan pada pemikirannya dan mengabaikan apa yang ada di sekitarnya. "Tetapi aku kan memang sudah mati... Apa aku bisa mati lagi? Kenapa tidak kucoba saja?"

Si surai uban leader Trigger itu melirikkan mata pada center Idolish7 yang sedang berucap itu. Entah kenapa ia tidak merasa tidak nyaman dengan ucapan si manik crimson, rasanya perkataan itu terkesan berbahaya. Gaku tidak bisa membayangkan apa yang ada di pikiran Riku dan jika diteruskan, mungkin saja hal buruk akan dilakukan oleh kembaran center Trigger itu. "NANASE!" panggilnya keras untuk memecah fokus si manik crimson.

Menutup rapat bibirnya dengan membelalak sedikit, ia nampak terkejut. "Y-ya?"

"Jangan pikirkan hal lain saat ini. Pikirkan Tenn cukup Tenn dan jangan memikirkan hal lain! Kau mulai melantur hal-hal aneh Nanase," ujar Gaku.

"Sesuatu yang terwujudkan pasti memiliki bayaran," balas Riku menaruh satu tangannya di depan dada untuk merasakan detak jantungnya sendiri. "Aku mendengar sebuah suara yang selalu mengatakan hal yang sama secara berulang"

"Aku berusaha mengabaikannya tetapi tidak bisa. Aku selalu khawatir dengan perkataan itu. Khawatir jika hal seperti kecelakaan akan terjadi. Sesuatu yang berbahaya menimpa Tenn-nii. Karena ini bukan yang pertama kali'. Kejanggalan ini semakin jelas," jelas Riku yang tatapan kedua matanya masih terpaku menatap lantai.

"Riku...," Yamato tidak mampu berucap, tepatnya ia tidak bisa berkata-kata. Karena baginya sendiri, opini Riku masuk akal. Tetapi ia juga enggan mengakui jika itu benar.

"Positive Thinking," ujar Nagi menampilkan senyum kecil meski bibirnya terasa berat untuk terangkat ke atas.

"Aku sudah mengamatinya selama ini. Aku berpikir jika hidupku memiliki bayaran dengan kata lain aku yang berada di sini adalah sebuah kutukan," lanjut Riku meremas kain yang melapisi tubuhnya.

"Nanase cukup!" ujar Gaku dengan keras sembari menaruh kedua tangannya menuju pundak si surai merah, membuatnya menegakkan kepala menatap manik silver milik leader Trigger.

"Tenn akan marah jika mendengarnya. Dengar ini hanya kebetulan dan suara yang kau maksut mungkin hanya bayanganmu saja. Jangan terlalu berlebihan dalam berpikir," ucapnya yang malah memberi usapan pada pucuk kepala Riku.

"Semua akan baik-baik saja," sahut Ryuu mendekati rekan grupnya yang sedang berada di dekat center Idolish7.

"Iya. Semua pasti baik-baik saja!" ucap Tamaki dengan nada bersemangat di situasi tegang seperti ini.

"Hahaha... Tama perhatikan situasinya...," balas Yamato tertawa canggung di awal.

*ceklek

Fokus mereka teralihkan pada suara pintu terbuka, bersamaan dengan dokter berjas putih keluar dari dalam kamar rumah sakit. Melangkahkan kaki ia menghadap pada sekumpulan idol yang sedang menunggu kabar baik. Menatap para idol itu secara bergilir, dokter itu menampilkan senyum di wajahnya. "Jangan khawatir, pasien hanya mengalami luka kecil. Nyawanya tidak terancam, pasien hanya perlu banyak istirahat sampai benar-benar pulih," jelasnya.

Menghela nafas lega secara bersamaan, Gaku kembali menatap pada Riku dengan senyuman yang tampil di wajahnya. "Lihatkan, semua hanya kecemasanmu saja Nanase"

"Uhm..." dehuman kecil keluar sebagai balasan.

"Apa kami bisa menemuinya?" tanya Ryuu.

"Tentu saja," jawab sang dokter.

"Nanase masukla-," Gaku berniat menyuruh saudara kembar center Trigger untuk masuk ke dalam tetapi perkataannya disela oleh Riku. "Tidak. Yaotome-san dan Tsunashi-san duluan," selanya.

Niatnya menyuruh masuk center Idolish7 tidak dilakukannya ketika melihat raut wajah Riku yang tidak ingin dibantah.

"Hora Riku jangan memasang wajah seperti itu!" ucap Mitsuki menarik Riku untuk bergerak dari tempat awalnya lantas mendorongnya masuk ke dalam.

"Tungg- Mitsuki!" Riku-

"Kami masukkan Riku ke dalam ya~ Aku sendiri yakin si Kujo ingin Riku yang masuk daripada kau ubaman," izin Yamato yang perkataannya mengesalkan tetapi itu benar.

"Perkataanmu menyebalkan tapi sayangnya itu benar," balas Gaku.

"Hahaha.... Masuklah Riku-kun, kami akan menjenguk besok saja," ujar si surai brunette.

"E-eh....?? H-ha'i....," balasnya pasrah.

- Di sisi lain -

"Apa anda yakin? Bagaimana jika saya tertangkap karena mencelakai seorang idol?!" tanya seorang pria yang mengenakan seragam staff panggung.

"Tenang saja aku akan menjamin keselamatanmu. Lakukan saja sesuai upah yang kuberikan," balas seorang pria paruh baya.

"Lagian kau tidak membunuhnya melainkan hanya mencelakainya, jangan terlalu khawatir," ujarnya menyunggingkan senyum.

"Tetapi dia memiliki riwayat asma kan. Bagaimana jika hal buruk terjadi?" tanya staff itu kembali.

"Hanya asma saja kan, dia tidak akan mati," balasnya.

Seorang yang diduga adalah staff panggung nampak ragu. "T-tapi..."

"Keluargamu sedang membutuhkan uang kan?" tanyanya.

"...Baiklah akan saya lakukan," ucap staff itu.

- Kembali ke rumah sakit -

Lelaki dengan surai baby pink itu dibaringkan di atas ranjang bewarna putih. Dengan jarum yang terhubung dengan selang infus yang tertempel di sebelah punggung tangannya. Ia terbaring dengan rapi dan sebagian tubuhnya tertutupi oleh selimut yang juga bewarna putih. Balutan perban melingkari kepalanya untuk menutup luka yang tercipta akibat benturan. Bahkan noda merah nampak pada perban putih itu.

Mendudukkan diri pada kursi yang berada di dekat ranjang, si surai merah memandang lekat pada kembaran tak identik dengannya itu yang sedang tertidur. Raut wajah cemas terpampang jelas dengan maniknya yang berkaca-kaca. Ia hendak menyentuh tangan kakaknya yang bebas dari selang infus namun ia mengurungkan niatnya, karena merasa bersalah. Ia lantas berdiri dari duduknya berniat keluar dari sana dan berucap, "Maafkan aku..."

Sesaat ia hendak berbalik badan, pergelangan tangannya diraih oleh seorang yang terbaring di atas ranjang. "Kau mau ke mana?" tanyanya.

Ia menjadi terkejut ketika mengetahui ternyata kakaknya sudah bangun entah sejak kapan. Pergelangan tangannya dipegang erat oleh kembarannya dan tak berniat untuk melepaskan.

"Duduk Riku," suruh Tenn tidak ingin dibantah.

"..."

Ia tidak mendapat respon dan si surai merah hanya menundukkan kepala untuk menyembunyikan raut wajahnya. Helaan nafas lolos dari bibirnya. "Hah... Yasudahlah. Padahal aku ingin berbaring karena kepalaku terasa sakit"

Melirikkan matanya Riku melihat kakaknya yang sepertinya mengomel, juga karena ia merasa khawatir. Mendapati Tenn yang ingin mendudukkan diri, ia sontak berucap, "Aku akan duduk! Tenn-nii berbaring saja!"

"Kenapa kau meminta maaf kepadaku tadi?" tanya Tenn.

"...Karena inikan salah-" jawaban Riku terputus kala Tenn menyelanya, "Lagi-lagi kau mengucapkan kalimat yang sama"

"Aku benci mendengar perkataan itu. Sekali lagi kau mengatakannya aku akan marah," ujar Tenn memberikan ancaman agar si surai merah tidak mengatakannya kembali.

"..."

"Aku tidak suka diabaikan. Aku serius akan marah loh Riku," ucap Tenn menolehkan kepalanya ke arah lain.

Menyadari kakaknya membuang muka ke arah lain membuat Riku menjadi kelabakan karena dirinya tidak mau jika kakak kembarnya memperlakukannya dengan dingin sama seperti dulu. "Jangan! Jangan marah padaku! Aku tidak akan mengulanginya! Jangan marah padaku, ya Tenn-nii?"

"..."

"Tenn-nii..."

Mendengar nada suara Riku yang terdengar seperti akan menangis membuat Tenn kembali menolehkan kepalanya. Ia tertawa kecil kala melihat adiknya yang nampak sudah tidak tahan untuk menahan air mata lagi. "Dasar... kau masih saja cengeng, Riku..."

Melihat kakaknya tertawa kecil membuat dirinya merasa cukup lega. Ia bersyukur kakaknya tidak terluka terlalu parah meski ini tetap saja membuatnya merasa khawatir. Air yang sebelumnya berusaha ditahannya kini menetes keluar begitu saja, membanjiri permukaan kulit di kedua pipinya. Ia berusaha menghentikan air mata itu menggunakan tangannya.

"Aku baik-baik saja. Aku tidak akan pergi kemanapun. Karena aku sudah berjanji akan menemanimu," ujar Tenn tersenyum lembut.

~~

*prang

"Iori-kun daijobou?!" tanya Sogo panik ketika ia mendengar suara pecahan kaca yang cukup keras akibat ulah dari salah satu member termuda Idolish7.

Namun ia tidak mendapatkan respon apapun. Yang ditanya malah sedang melamun dengan kedua bola matanya yang bergerak tidak menentu.

"Iori-kun!" panggil Sogo sekali lagi dengan cukup keras.

Tersadar dari lamunannya berkat suara Sogo yang keras, Iori memundurkan beberapa langkah kebelakang dan membekap mulutnya sendiri.

"Iori-kun ada apa?!" tanya Sogo merasa khawatir.

"A-aku... Aku hampir saja melupakan Nanase-san," jawab Iori terbata di awal.

"Apa maksutmu?" tanya Sogo tidak mengerti.

"Jika tidak mengingatnya maka aku akan lupa jika Nanase-san sekarang berada di dunia ini," ujar Iori yang seketika perasaannya menjadi tidak stabil.

Member Mezzo itu terlihat iba dan kini mengusap punggung Iori naik turun untuk menenangkan. "Iori-kun...."

"Kenapa? Kenapa Osaka-san memasang wajah seperti itu?" tanya Iori merasakan adanya kejanggalan dan keanehan yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"..."

"Jawab aku Osaka-san!" sentak Iori.

"Maaf... seharusnya aku tau jika kehilangan Riku-kun membuatmu sangat terpuruk," ucap Sogo yang kini raut wajahnya terlihat sedih.

Ucapan Sogo membuat Iori semakin bingung dan tidak mengerti. Perkataannya seakan ia melupakan hari di mana Nanase Riku tampil di atas panggung dengan mereka berenam, dengan formasi yang lengkap. Tidak... bukan itu...

"Sudah setahun lebih semenjak kematian Riku-kun," lanjut Sogo yang perkataannya sukses membuat Iori menjadi mematung di tempat. Bibirnya terasa bergetar dan tidak mampu berucap. Rasa takut yang besar berangsur mendatanginya begitu mendengar penuturan yang keluar dari mulut Sogo.

"Apakah Riku-kun baik-baik saja di alam sana?" Sogo-

.
.

'Hukum alam tidak bisa diubah'

'Jika ada suatu kesalahan maka itu akan dikembalikan seperti semula satu per satu'

.
.

- To be continued -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro