Chapter 04: Tukang Nguping Dan Murid Baru
Chapter 4 : Tukang Nguping Dan Murid Baru
Siang itu lapangan sekolah dipenuhi oleh teriakan dari barisan manusia tampan. Sedang ada pertandingan basket antar kelas yang dilakukan oleh anak kelas dua belas dan yang bertanding kali ini adalah tim cewek.
Bayangkan saja bagaimana hebohnya.
Para cowok menjadi suppporter dadakan menyemangati teman kelasnya. Tentu saja hal itu menjadi pusat perhatian bagi siapa saja yang lewat, termasuk Jihan.
Jihan berlajan di koridor menuju ruang guru. Melaksanakan perintah Bu Indah yang beberapa menit lalu memintanya untuk mengambil absen yang tertinggal diatas meja beliau. Tentu saja sebagai siswa yang baik, Jihan akan senang hati membantu.
Jihan sesekali ikut terpanah melihat permainan kakak kelasnya yang begitu lihai melambungkan bola sampai masuk ke ring. Jihan merasa iri, bisa memegang bola dengan benar aja Jihan udah bersyukur. Apalagi kalo bisa main sehebat itu.
Jihan itu lemah kalo masalah olahraga.
Terlalu asik melihat ke lapangan, ternyata dirinya sudah sampai di depan ruang guru. Jihan membuka gagang pintu dengan hati-hati.
"Assalamu'alaikum...."
Tidak ada siapa-siapa.
Jihan melihat sekeliling, benar-benar sepi. Hanya ada barisan meja dengan tumpukan map dan buku cetak diatasnya. Tanpa banyak kata Jihan langsung berjalan menuju meja Bu Indah dan mengambil map berwarna biru. Tetapi dari kaca pembatas ruang guru, mata bundar Jihan tidak sengaja menatap Pak Joy sedang berbicara dengan kepala sekolah.
"Ngomongin murid baru kali, ya?" bisik Jihan pada diri sendiri. Jihan berjalan berjinjit, mendekatkan telinganya ke daun pintu, tubuhnya sampai membungkuk berusaha mendengar apa yang sedang dibicarakan wali kelasnya di dalam.
Keasikan menguping, Jihan tidak sadar seseorang sudah memperhatikannya sejak tadi. Orang itu ikut membungkukan badan di belakang Jihan, kemudian berbisik jelas, "Lagi ngapain?"
Jihan memekik tertahan dan hampir saja memukul kepala orang yang mengagetkannya barusan. Ternyata cowok yang 20 cm lebih tinggi dari dirinya.
"Astaga, gue kira guru," ucap Jihan mengusap dadanya lega. Cowok di depannya ikut melihat ke arah ruang kepala sekolah.
"Lo lagi liat apa?" tanya cowok itu ulang. "Kalo ada tontonan ngajak-ngajak dong, jangan liat sendiri."
"Hah?"
Cowok itu mengernyit, "Gak ada apa-apa ...."
Kemudian cowok itu menutup mulutnya, melempar tatapan curiga.
"Apa? Lo mikir apa?" tanya Jihan tak santai.
"Lo ... nguping ya?" kata cowok itu pelan penuh selidik. Matanya yang kecil makin menyipit menatap curiga Jihan.
"Mata lo nguping!"
Jihan langsung berlari pelan keluar ruang guru. Rasanya ingin mengubur diri dalam-dalam karena telah melakukan hal memalukan.
Menguping? Yang benar saja.
Nadhif mengerjap. "Emang mata bisa nguping?"
***
Jihan memasuki kelas dengan muka lesu, menjadi overthinking dengan kejadian tadi. Beberapa kali memukul pelan kepalanya sendiri karena telah melakukan hal bodoh. Untuk pertama kalinya Jihan merasa semalu ini.
"Jihan, lo denger gue ngomong gak, sih?"
"Hah?"
"Hah hoh hah hoh, budek lo?" kata Hana pedas.
"Apasih Hana, bisa gak kalo ngomong gausah teriak-teriak?" balas Jihan sedikit melampiaskan rasa malunya pada Hana.
"Lo kenapa anjir? Kaya orang abis ketauan nyontek ama guru aja," kata Hana asal.
"Dah, gausah dibahas dulu, males gue. Tadi lo ngomong apa? Sorry gue gak denger."
"Enggak. Tadi gue bilang murid baru di kelas kita kira-kira cowok apa cewek ya, Ji? Gue penasaran banget dari kemaren anjir."
Jihan mngerutkan kening. "Lah emang kalo tuh murid baru cewek atau cowok pengaruhnya buat keberlangsungan hidup lo di dunia ini apa, hah?"
Hana terdiam, mengangguk setuju. "Iya juga ya, Ji. Tapi gue berharap semoga ini murid baru jenisnya gak kaya Andre,"
Jihan jadi melihat ke arah bangku Andre, terlihat cowok itu sedang duduk dengan muka menyebalkannya.
"Aamiin paling serius!"
Daun pintu kelas terbuka membuat XI Ipa 1 diam kemudian menjadi bisik-bisik melihat Pak Jo tidak datang sendirian melainkan bersama murid baru yang menjadi perbincangan anak kelas dari kemarin.
Jihan membelalak, "Ya Allah, apa yang telah engkau takdirkan kepada hamba..." lirih Jihan pasrah melihat pemuda dengan tubuh jangkung, mata yang memang sipit makin mengecil karena senyum tipisnya.
Tipe-tipe most wanted kaya di wattpad yang sering dibaca Hana.
"Anak-anak, kelas kita kedatangan murid baru. Nadhif silakan perkenalkan diri kamu," ucap Pak Jo memberi kode pada anak didiknya.
"Baik. Terima kasih atas kesempatannya, Pak," Nadif menegakkan bahunya sedikit, kembali tersenyum ramah.
"Hai semua! Perkenalkan nama gue Nadhif Khairu Zidan. Cuma bisa dipanggil Nadhif, jangan Zidan apalagi sayang," kata Nadhif membuat seisi kelas tertawa. "Gue pindahan dari bandung, salam kenal!"
Pak Jo tertawa kecil. "Terima kasih Nadhif, silakan duduk di bangku kosong sebelah sana," ucap Pak Jo menunjuk bangku di belakang Jihan dengan tangannya.
"Terima kasih, Pak," Nadhif melihat wajah temannya, mencoba mengenali di awal pertemuan mereka. Sampai dirinya tidak sengaja melihat seseorang.
"Loh? cewek di ruang guru tadi?"
Mata Jihan tidak sengaja bertemu dengan Nadhif yang memang sedang melihat dirinya. Jihan langsung menatap ke arah lain.
"Tenang Jihan, anggap tidak terjadi apa-apa," gumam Jihan kecil.
Terdengar suara gesekan bangku yang menandakan si murid baru ini sudah duduk di belakang dirinya. Jihan menghela napas, meratapi nasibnya yang sepertinya akan menjadi bulan-bulanan anak kelas.
Selama kelas Jihan tidak fokus.
"Jihan tukang nguping! Jihan tukang nguping!" kepala Jihan langsung menggeleng kuat memikirkan hal yang belum terjadi itu. Otaknya seakan melihat hal yang akan dilakukan teman kelasnya jika mengetahui kejadian pagi tadi.
"Heh Jihan! Lo kenapa?" tanya Hana khawatir.
"Hah? Oh ... enggak. Gue gapapa. Iya gapapa," balas Jihan menghela napas panjang.
"Kita lanjut pembahasannya minggu depan, ya."
"BAIK PAK!" ucap kelas XI IPA 1.
Pak Joy keluar sehingga membuat suasana kelas kembali rusuh. Hana merapikan buku fisikanya dan mengambil buku paket untuk mata pelajaran berikutnya di tas yang digantungkannya ke belakang bangku.
"Hai!" sapa Nadhif tiba-tiba membuat Hana kaget.
Hana hanya tersenyum, bingung menjawab apa.
"Nama lo siapa?" tanya Nadhif membuat Rehan menyenggol lengannya heboh.
"Gue ... Hana."
"Ciee Hana sama Nadhif," goda Rehan tapi tak lama cowok itu terdiam menerima tatapan maut dari Hana.
"Dhif, kenalan juga tuh sama temennya Hana. Gue jamin, lo pasti butuh banget deh sama dia setelah ini. Dia tuh ...."
"Ssst Diem! Bu Nia masuk," potong Jihan sebelum Rehan menjelaskan lebih lanjut.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi tinggal beberapa orang yang tertinggal di kelas termasuk Jihan. Gadis itu masih baru saja selesai merapikan buku. Tidak sengaja Jihan melihat Nadhif masih duduk di bangkunya.
Jihan tidak peduli. Dirinya langsung menarik Hana menuju parkiran. Ingin cepat pulang dan istirahat setelah menghadapi hari yang cukup melalahkan.
"Oi!"
Hana mengernyit, "Ada yang manggil, Ji?" tanya Hana.
"Bukan manggil kita kali, dah yok pulang," balas Jihan tidak ingin mempermasalahkan.
"Oi, tukang nguping!" Jihan mengumpat.
Langsung berbalik badan melihat Nadhif sedikit berlari ke arah mereka.
"Dia manggil lo, Ji?" tanya Hana kaget kanap Jihan tiba-tiba dipanggil "Tukang nguping".
"Ini, kunci motor lo jatoh di kelas," kata Nadhif memberikan kunci motor dengan gantungan mickey mouse.
Tanpa kata Jihan mengambil kunci motornya.
"Makasih. Nama gue Jihan dan berhenti panggil gue tukang nguping," ucap Jihan memberi peringatan. Gadis itu kembali menarik Hana menuju parkiran.
Nadhif menatap gadis itu sesaat, sebelum kemballi melangkahkan kaki lagi berjalan dengan tenang.
***
Author Note:
Ini chapter paling ngos-ngosan nulisnya, untung masih sempet, ya :)))))))
Ciee yang udah kenalan sama Nadhif.
Jangan dibully, ya, anak baru, kasian wkwkwkwkwk
K.a
24 Maret 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro