Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

당신은 내 우선 순위 인 동생입니다 (18).


(Author **** POV)

"Kyungso-ah?"

Seruan itu terdengar mana kala, seorang namja dengan tubuh mungilnya berlari tergopoh-gopoh. Jangan lupa seorang namja dengan tinggi badan dan wajah cantiknya mengejar namja dengan marga 'Byun' yang disandangnya itu.

"Kyungsoo, hosh... hosh... Kyung..."

Nafas itu sedikit tersenggal, buliran keringat keluar dari keningnya. Dada yang bergerak naik turun tak beraturan nampak padanya. Jangan lupa ada raut khawatir dan tidak rela di wajahnya. Tak peduli bagaimana tatapan orang di sekitar jalanan setapak itu.

Ya... melihat bagaimana seorang Kyungsoo yang berjalan keluar, dengan membawa koper yang besar. Apalagi terlihat raut wajah seorang Kyungsoo yang begitu tenang tanpa ekspresi, membuat Baekhyun bertanya dalam hatinya. 'Apa yang terjadi dengannya? Lalu kenapa begitu banyak koper yang ia bawa?'

Membuat rasa penasaran Byun Baekhyun memecah kala mendengar beberapa maid bergosip mengenai pemecatan Kyungsoo. Yang diakibatkan pelanggaran yang sengaja ia lakukan. Pelanggaran yang seharusnya tak boleh dilanggar seorang bawahan kepada majikannya.

Pendengaran Baekhyun yang begitu peka, membuat dia sadar bahwa. Apa yang dilakukan oleh Kyungsoo memiliki alasan tersendiri. Tanpa berpikir panjang namja dengan wajah manisnya itu bergerak cepat, melangkah panjang dan memanggil nama sang sahabat dengan begitu keras. Begitu pula dengan Luhan, yang baru saja tahu jika Baekhyun berlari dengan tergesa-gesa.

Tap...

Tap...

Tap...

Terus dan terus....

Membuat deru nafas itu semakin terpotong, membuat pacuan jantung semakin cepat. Membuat rasa khawatir kian besar, dan membuat Baekhyun yang....

"K-Kyungsoo..."

Dug!

Brukkkk!!!

"Astaga, Baekhyun!!!"

Betapa terkejutnya Luhan, melihat bagaimana tubuh mungil yang kelelahan itu jatuh. Dengan lutut berdarah setelah sukses membentur aspal jalan setapak. cukup menegangkan memang apalagi Baekhyun meringis sembari memegang lengan kanannya yang terasa nyeri akibat benturan yang keras.

"Akh, shhhhh... sa-sakit..." meringik, tentu saja. Secara refleks bibir itu bergerak. Mengeluarkan cicitan kesakitannya, apalagi luka tersebut terasa perih walau hanya terkena hembusan angin saja.

Mendengar rintihan sang sahabat membuat Kyungsoo-

"Tu..Tuan Baek..." lirih, terdengar sesak memang saat Kyungsoo mengatakannya. Kedua bola mata bulatnya membola, melihat Luhan yang sedang menolong Baekhyun bangun dari jatuhnya. Bisa dilihat dengan kedua netranya sendiri, bagaimana wajah Baekhyun yang benar-benar sedang menahan sakit.

Persetan dengan ketetapan Kyungsoo untuk mengabaikan Baekhyun yang berusaha menahannya. Kyungsoo dirinya memilih berlari mendekati sang sahabat, menjatuhkan tas kopernya. Rasa khawatir yang kini menderanya, serta bukti kesetiaan bagaimana seorang bawahan menghampiri anak dari majikannya .

"Hikkssss... sa-sakit hikkksss... hiksss..."

Menangis, meringis dan merengek. Luka yang tertoreh karena kecerobohannya, membuat Baekhyun menumpahkan air matanya begitu saja. Sementara Luhan, secara refleks merangkul pundak dongsaengnya . menenangkan yang muda, dan membantu meluruskan kaki dengan luka darah itu.

"Tuan Baekhyun, gwenchana!! Tuan, maafkan aku. Tuan!" tangan itu bergerak, memeluk sang majikan. Menangis dengan tiba-tiba, apalagi melihat darah di lutut sang majikan membuat Kyungsoo merasa sesak melihatnya.

"Maafkan aku tuan Baek, maafkan aku. Tuan aku obati ya, biarkan aku mengobati tuan Baek." panik dan gemetar, memapah si pemilik marga 'Byun' yang terluka. Dengan bantuan Luhan yang telah siap siaga. Melihat situasi saat ini membuat Luhan paham, dan mengerti. Memilih diam adalah pilihan terbaiknya. Hingga kini posisi saat ini adalah, Kyungsoo yang berada di sebelah kanan dan Luhan yang berada di sebelah kiri Baekhyun. masing-masing dari mereka merangkul Baekhyun yang berada tepat di tengah.

Lalu Baek?

Menggigit bibir bawahnya, menyembunyikan air mata yang telah terlanjur jatuh dengan menundukan kepalanya. Menahan sesuatu yang begitu menyakitkan di dalam dirinya. Sebisanya, dan memang harus begitu. Sudah cukup baginya untuk merepotkan semua orang, sudah cukup baginya... sudah cukup. Dan Baekhyun tidak mau ada yang tersakiti hanya karena membelanya.

Dan keterdiaman yang mendera mereka. Membuat ketiga namja dengan wajah tampannya berada dalam keheningan dengan posisi yang masih sama.

1 menit...

2 menit...

3 menit...

"Kyungsoo-"

"Kenapa kau keluar?"

Suara tegas nan singkat, membuat kedua netra Kyungsoo dan juga Baekhyun teralih menatap namja yang kini menatap datar ke depan. Bisa dilihat bagaimana guratan wajah tegas yang terpancarkan dari namja dengan garis keturunan Cina tersebut. ya, saat pertanyaan itu hendak terucap di bibir tipis Baekhyun. justru, sebaliknya ucapan itu malah terucap dari bibir Luhan sendiri.

Dan itu sukses membuat Kyungsoo kebingungan setengah mati.

"Jawab aku Kyung?! Kenapa kau pergi!"

Sekali lagi, Luhan mengajukan pertanyaannya dan itu terdengar benar-benar serius.

Dan Baekhyun? dia mengurungkan niatnya untuk bertanya mengenai alasan Kyungsoo pergi.

Seketika ketegangan kembali muncul. Luhan yang masih menatap serius ke depan, dan Kyungsoo yang terdiam lantaran bingung memberikan jawaban. Dalam diam Baekhyun mengatur deru nafas yang terasa sesak, di balik wajahnya yang menunduk. Sepertinya, penyakit Baekhyun sedikit kambuh. Kian terasa nyeri di dadanya, dan Baekhyun hafal betul bagaimana rasanya.

Begitu pandai Baekhyun menyembunyikan rasa sakitnya, membuat kedua orang yang sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing tak menyadari keadaannya.

Biarlah Baekhyun mengatur rasa sakitnya sendiri, lebih baik seperti itu bukan? Dari pada rasa khawatir itu kian besar.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

........................

"Eom..eomma.... Eommaaa, nghhhh.... eo-eomma..."

Suara lirih dengan nada seraknya, kedua kelopak yang erat terpejam di balik selimut hangat yang menyelimutinya. Tubuh yang kini terasa lemah dan panas, pusing yang melanda dan jangan lupa bagaimana rasa tidak enak di bagian kerongkongannya. Bibir yang tadinya berwarna bagaikan cherry segar itu terganti dengan warna putih pucat.

Kulit pucat yang bagaikan kekurangan darah mendominasinya. Menyadari betul bahwa sebenarnya, namja dengan marga 'Kim' yang ia sandang itu tengah mengalami sakit demam. Awalnya Taehyung mengira dirinya merasa pusing lantaran memikirkan masalah tadi, termasuk bagaimana ingatan memori di masa lalunya berputar saat itu. bagaikan sebuah film dokumenter yang terus berputar. Tak dapat dipungkiri jika Taehyung mungkin sulit untuk melupakan memori masa kecilnya.

"Hikkksss..... eommaaa... hikkksss....Tae rindu eommmaaaa hikksss... hikksss..."

Tes...

Tes...

Tes...

Setetes demi setetes, cairan bening itu jatuh di sudut kelopak matanya. bergumam memanggil seorang yeoja yang berjasa membawanya ke dunia, yang memberikan ASI kepadanya, merawatnya dari tak berdaya dan butuh rengkuhan hingga berumur bocah. Seseorang yang diam-diam ia rindu, saat kenyataan mengatakan dan menggebraknya tentang bagaimana kerasnya kehidupan dunia, dan takdir yang ditulis oleh Tuhan.

Sedikit bergerak gelisah, ke kanan dan ke kiri. Ditambah lagi dengan tubuh yang terbaring tak nyaman di atas kasur dengan ukuran King Size kesayangannya.

Buliran keringat sebesar jagung begitu deras keluar dari keningnya.

Dan jujur itu terlihat menyedihkan....

"Hikkssss... eomma... hikksss..."

Isakan lirih dari bibirnya yang terlanjur pucat.

............................

Hening....

Satu kata yang pantas saat ketiga namja itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Duduk di bangku taman, terdiam tanpa ada suara yang memeceh keheningan. Namja mungil yang terluka lututnya kini baik-baik saja, lantaran sebuah plester luka menempel cantik di lututnya. Menutupi luka gores lecet yang berdarah. Jangan lupa, akan sebotol air mineral yang berada di pegangannya.

Dan cukup lama keheningan itu terjadi.

Kyungsoo hanya setia dengan kepala menunduknya, cukup tegang saat ia duduk berada disisi namja yang lebih tua darinya. Seorang namja dengan darah Cina yang kini hanya menatap datar dan wajah dinginnya. Seperti memikirkan sesuatu sepertinya.

Jujur saja itu terlihat menakutkan bagi Kyungsoo saat melihat wajah serius Luhan.

"Kau mengecewakanku Kyung..."

Suara tegas dengan aksen wajah serius, membuat kedua bola mata yang berbentuk bundar itu membola terkejut.

Luhan jangan ditanya sepertinya mood­-nya benar-benar buruk saat itu. terbukti dengan bagaimana Baekhyun memilih diam. Meski hatinya tidak tenang, tapi apa?

"Apakah kesetiaanmu sampai sini saja? Jujur saja aku sudah mempercayaimu Kyung. Lalu kau melakukan sebuah kesalahan."

Memang benar kalau pikiran Luhan lebih dewasa dan matang. Bahkan setiap ucapannya berhasil menohok Kyungsoo saat itu.

Diam...

Dan diam...

Terlalu takut menanggapi Luhan yang sedang emosi.

Membuat tubuh seorang Kyungsoo sedikit bergetar karena takut, hanya lirikan yang Luhan lihat darinya.

Aura ketegangan muncul, membuat suasana....

"Jangan takut, aku tidak marah. Hanya saja beginilah aku mengekspresikan kekesalanku."

Lembut dan bijaksana, pantas memang...

Kyungsoo menolehkan kepalanya, menatap anak mantan majikannya. Menatap terkejut untuk kedua kalinya pada namja yang ia anggap sebagai saudaranya, sama halnya dengan Baekhyun.

"Kau terlalu gegabah mengundurkan diri Kyung, jujur aku tidak suka. Kalau kau tahu kau tidak salah menghina Taehyung, karena dia memang salah. Tapi tak seharusnya kau pergi dari rumah, kau masih punya hak untuk tinggal disana. karena kau juga bagian keluarga 'Kim' meski kau hanya anak dari seorang supir."

Luhan mengulas senyumnya, senyum hangat. Seolah senyum itu memberikan ketenangan bagi dongsaengnya.

"Luhan hyung, aku-"

"Jangan menghukum dirimu hanya sebuah kebenaran. Kau masih punya hak, dan aku akan memperjuangkan hakmu. Apa kau tidak ingin meneruskan pendidikanmu? Sementara aku bisa membantumu. Jangan pikirkan apa yang diucapkan Appa. dia memang seorang Tuan tapi dia belum bisa menjadi Tuan yang sempurna. Dia masih belum bisa memposisikan hak pegawainya dengan baik."

Kyungsoo tertegun, dalam otaknya ia berpikir apakah ini jiwa kepemimpinan seorang Luhan. Anak kandung dari nyonya yang baik hati dan beruntung menjadi nyonyanya?

"Kau masih bisa bekerja, di rumah. Kalau appa memecatmu atau menyuruhmu pergi, aku tak akan membiarkannya. Apa kau tahu? rumah itu adalah peninggalan appa kandungku."

Terkejut...

Kaget...

Benar saja, apalagi Baekhyun. yang tak menyangka jika rumah yang menjadi tempat tinggal nya saat ini adalah rumah dari mendiang ayah Luhan.

Baekhyun berpikir apakah, masa lalu keretakan rumah tangga ibunya dengan sang ayah ada kaitannya dengan keluarga Luhan? Mengingat rumah itulah yang sudah menjadi bagian memori masa lalunya. Dan Baekhyun ingat ia pindah ke rumah itu ketika usianya lima tahun, saat ia masih berada dalam gendongan sang ibu.

"Mungkin ini mengejutkan, tapi memang inilah kenyataannya. Dan maaf aku belum memberitahu kalian semua. termasuk kau Baekhyun."

Baekhyun terdiam, cukup bingung dengan respon apa yang ingin ia tunjukan.

"Jika waktunya tepat aku akan menceritakan semuanya. Hanya saja.... aku masih ragu untuk mengatakannya saat ini. aku tidak ingin keterburuanku merusak segalanya, termasuk hubunganmu dengan appa Baek."

Sepertinya Luhan memang mempunyai rahasia yang belum diketahui keduanya.

"Kyung, Baek... suatu hari aku akan memberitahu kalian tentang hal yang memang belum kalian ketahui. Dan aku janji akan mengatakannya, tapi setidaknya berjanjilah padaku. Jika saat hal itu terjadi tolong jangan benci denganku, appa, juga eomma..."

Apa maksutnya? Kenapa Luhan berkata seperti itu?

Membuat kebingungan terasa pada diri Kyungsoo dan juga Baekhyun.

Luhan dirinya tersenyum menatap langit yang tertutup oleh lebatnya daun niple yang menguning. Dan itu terlihat cantik di kedua penglihatannya.

Namun apa kalian tahu? ada tatapan sendu yang nampak jelas di wajah Luhan. Entah kenapa tatapan itu terlihat menyakitkan bagi siapapun yang melihatnya.

Apa kalian bisa membayangkan dan merasakan bagaimana Luhan saat ini?

"Luhan hyung..." suara lirih Baekhyun menatap was-was ke arah manik sendu sang kakak sambung.

Tak jauh bedanya dengan Kyungsoo yang menatap bersalah ke arah tuan muda yang begitu ia hormati.

Senyuman manis tak hilang dari wajah tampannya, namja dengan keturunan Cina nya itu mencoba untuk yakin dan yakin. Melalui senyumannya....

"Maafkan aku, aku memang perusak. Dan aku akan memperbaiki semuanya. Tuhan berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafkan masa lalu eomma... aku janji akan mengembalikan hubungan Hyung dan dongsaeng yang rusak. Saat itu tiba biarkan aku tersenyum melihat hasil yang kulakukan, karena aku percaya... usaha tak akan membohongi hasil dan aku, akan bertanggung jawab. Menebus dosa kedua orang tua, dan memperbaikinya dari sekarang..."

Luhan tersenyum, ucapan di hatinya terlihat kesungguhan dan itu sangat....

Menyentuh...

.............................................

.

.

.

"Tae??!!!"

Panik...

Takut...

"Hikksss... sakitt eomma... hikksss... eomma..."

"Ya ampun kau demam Tae!!! Astaga, kenapa aku tidak menyadarinya. Kyung.. bantu aku, tolong ambilkan air hangat dan handuk."

Mendengar ucapan kepanikan sang tuan muda membuat Kyungsoo yang kini kembali lagi menjadi bagian keluarga Kim dan bekerja disini sesuai permintaan Luhan. Ya, Luhan berhasil membujuk Kyungsoo dan meminta hak untuk Kyungsoo karena Luhan masih mempunyai hak dan bagian dari kepemimpinan rumah ini.

"Tae sakit?"

"Ne, Kyung bisa kau bantu aku ambilkan air hangat dan handuk kecil. Tae harus dikompres..."

"Oke, tuan Baek tunggu disini aku akan segera mengambilnya."

Dengan cepat Kyungsoo bergerak, menuruni tangga menuju dapur meninggalkan kamar si tuan muda Taehyung. Sementara Baekhyun dengan melupakan rasa sakit pada luka lututnya bergerak cepat, membenarkan selimut dan duduk di samping tubuh Taehyung yang menggigil dengan mata terpejam. Gemerutuk gigi yang saling bersinggungan, menunjukan bagaimana tersiksanya Taehyung dengan sakit.

"Tae, aigoo... kenapa kau bisa demam. Maafkan hyung yang mengabaikan kesehatanmu."

Baekhyun menyalahkan dirinya berpikir bahwa perhatiannya yang kurang menjadi penyebab sang adik jatuh sakit.

"Eommaa... hikksss... eomma..."

"Tae, ssstttt... tenang hyung disini."

Dengan reflek Baekhyun menjatuhkan dirinya, berada di sisi sang adik dan memeluk tubuh menggigil Taehyung yang kentara. Bibir pucat itu terlihat miris di mata Baekhyun, memberikan kehangatan bagi sang adik adalah jalan pintas bagi Byun Baekhyun. apalagi ini sang adik yang mengalaminya.

"Hikksss... hikkkkss..."

"gwenchana saeng... sssttttt... hyung disini. okay...."

Baekhyun menepuk-nepuk lengan sang adik memeluk dan mendekap. Membuat wajah sang adik menempel pada dadanya, memasukan Taehyun dalam dekapan eratnya, dan memberikan kata penenang yang menjadi mantra untuk adiknya.

Hingga ada rasa nyaman saat Taehyung mendapatkan dekapan kasih sayang sang kakak. Terbukti dengan bagaimana kedua tangan Taehyung yang membalas pelukan sang kakak, dan jatuh nyaman dalam pelukannya.

Entah kenapa Baekhyun merasa ini sebuah kesempatan....

Tapi apakah ini adil jika kesempatan itu terjadi kala sang adik sakit, mengingat bahwa Taehyung selalu menolak dan menjaga jarak dengannya.

Apakah ini sebuah anugerah untuk Baekhyun?

Atau hukuman untuk adiknya karena di dera demam?

Meski tubuh menggigil, pelukan itu semakin erat. Meski isakan itu terdengar maka ucapan penenang penuh kelembutan obatnya, dan meski angin menerpa tubuh sakitnya, maka pelukan sayang seorang kakak untuk adiknya.

Apapun yang terjadi Baekhyun akan selalu berada di sisi adiknya, menjaga dan merangkulnya. Berusaha membawa Taehyung dalam zona aman dan nyaman, meski Baekhyun harus keluar dan pergi dari zona yang pantas digunakan sang adik.

Hingga...

Sebuah keajaiban terjadi...

Saat Baekhyun terfokus akan pelukan yang ia berikan pada Taehyung, justru ada hal yang membuat ia mematung terkejut...

Apakah ia bermimpi?

Ingin rasanya Baekhyun menangis terharu saat itu, kala...

Taehyung dengan jelas dan terdengar di telinganya. Mengatakan bahwa...

"Baek hyung, Tae sayang hyung hikkksss... hiksss...."

apakah kau hanya bermimpi, atau serius Kim Taehyung?

..................................................................................

"Luhan?"

"........."

"Apa kau benar-benar menantang appamu?"

"Ya."

"Kau kurang ajar rupanya..."

"Memang, dan inilah aku. Jika appa bisa kenapa aku tidak."

"Kau!!!"

"Jangan salahkan aku appa, salahkan sikap appa. dan ingat akan dosa, karena Tuhan tidak pernah tidur appa!"

"Beraninya kau!!!"

"Ya, karena aku adalah Luhan. Dan aku tak takut siapapun selain ibu dan juga Tuhan. dan bukannya kau Appa. karena kau bukan ayah kandungku."

Sebenarnya apa yang terjadi?

....................

Tbc...

Hai semua apa kabar? Adakah yang rindu dengan kedatangan ff ini? maafkan aku yang lama banget buat up, maaf membuat kalian kesal karena waktu vakum yang cukup lama buat ff ini dan lainnya. Tolong pengertiannya karena kesibukan author di real life membuat author menyicil ff ini dan meluangkan waktu sebaiknya. Meski sering gagal. Dan syukurlah laptop nganggur dan waktu free membuatku bisa up hari ini.

Adakah yang masih setia dengan ff ini?

Ataukah kalian memang bosan dengan cerita yang agak receh ini?

Maaf jika belum feel dan belum ngena di hati, next chap author akan berusaha terbaik mungkin dan sebisanya membuat para pembaca puas.

Bukan uang yang author pinta tapi bintang dukungan dan komentar daebakk kalian. Semoga kalian terhibur dengan cerita ini.

Salam cinta untuk kalian.

Gomawo and saranghae...

#el

bonus pict

seketika ku jatuh cinta ^^

wajah handsome 2018 ^^

.

.

.

pengen punya kakak atau abang kaya cowok di bawah ini TT

siapa yang suka Kyung Kyung, angkat jariii...







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro