Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

Sudah lewat tiga hari setelah penyelidikan pendek mereka. Setelah penemuan gila tersebut masih belum ada gelembung terbaru yang dikirimkan Tehere. Walaupun Poha lebih suka menyebutnya sebagai teori daripada petunjuk.

Walaupun catatan yang ditulis Kartikeya bisa menjadi bukti tambahan terkait pelaku dibalik kematian Perdana Menteri Orca, tetapi itu masih belum cukup kuat. Kesaksian Tehere terjadi di tempat lain. Kalau ia ingin membuktikan manusia lah pembunuh yang sebenarnya, ia harus membuktikannya dengan cara yang berbeda.

Kartikeya menceritakan manusia hanya memakan sirip hiu dan melepaskan tubuhnya. Tehere menyaksikan hal yang sama terjadi pada hiu-hiu Tiaki di istana. Namun, tubuh mereka menghilang setelah melaporkan hal tersebut pada Maui di rapat darurat para orca, hanya tepat sebelum predasi terbesar di Solaris terjadi.

Tehere, Poha, dan Marino sepakat kalau ada yang menyembunyikan tubuh para hiu, tetapi siapa? Untuk apa pula mengambil tubuh para ikan yang sudah mati? Apa yang diinginkan dari tubuh hiu yang sudah mati? Semua pertanyaan itu tak pernah terjawab karena Tehere memutuskan untuk menghentikan penyelidikan.

Belum ada kabar terbaru darinya sampai sejauh ini.

Poha melakukan penyelidikan kecilnya sendiri dengan bantuan sonar. Ikan buntal itu mengaktifkan Pearl Link, menutup matanya rapat-rapat dan masuk ke dalam jaringan. Hari ini ia tak ingin mencapai skor tinggi di ReefNet Arena. Di dalam sonar juga terdapat sebuah forum diskusi di antara banyak sekali ikan di seluruh lautan.

Apa ada di antara kalian yang pernah bertemu manusia? Setelah menyampaikan itu, Poha menunggu respon. Tak ada satupun yang membalas. Poha memang tidak berharap banyak. Baru sedikit ikan yang menyaksikan manusia, Poha pun belum pernah melihatnya. Selama ini ia hanya menganggap makhluk itu sebagai mitos belaka, dan justru ia terkejut saat di hari pemeriksaan silang Tehere berkata kalau yang membunuh Perdana Menteri Orca adalah manusia.

Suara sonar cepat menghantam pendengarannya. Balasan pertama datang.

RemoRaider

Manusia? Makhluk dengan dua ekor dan dua sirip itu? Tidak, tapi aku berharap bisa bertemu dengan salah satu dari mereka.

Lalu balasan lain.

DriftShell42

Aku punya teman seekor penyu, dan dia punya seorang paman yang selalu bercerita tentang manusia. Setelah menetas di daratan, manusia lah yang membantunya untuk mencapai perairan. Pamannya bilang manusia adalah makhluk darat paling baik yang pernah ia temui.

Poha menerima lebih banyak balasan setelahnya. Bahkan terlampau banyak sampai Poha tak yakin punya waktu untuk membaca semuanya.

TideSkimmer

Belum pernah. Manusia itu mitos. Jangan pernah percaya apapun yang para ikan sampaikan di dalam sonar. Kebanyakan dari mereka suka mengarang.

DaggerFin

Ya. Aku pernah. Bagi kami ikan-ikan pelagis (aku ikan tuna), manusia adalah ancaman terbesar. Lebih besar daripada hiu atau paus pembunuh. Setiap saat di distrikku, sebuah sinyal darurat akan dikirimkan saat permukaan air berubah gelap. Itu tandanya manusia sudah dekat dan akan menurunkan alat bernama jaring untuk menangkap kami semua. Aku kehilangan salah satu adikku akibat manusia-manusia sialan itu.

StreamNomad

@TideSkimmer, sudah jelas kau tidak pernah meninggalkan kamarmu dan hanya menghabiskan waktu bermain ReefNet Arena. Manusia itu nyata. Mereka adalah makhluk yang sangat kejam. Aku bilang begitu karena mereka punya cara makan yang aneh. Aku kenal seekor hiu yang kehilangan siripnya setelah bertemu dengan siripnya. Hiu itu tidak mati, sampai sekarang masih hidup. Tapi bayangkan hidup tanpa sirip-sirip di tubuhmu? Hanya berada di dasar perairan tanpa bisa kemana-mana. Kupikir mati lebih enak.

SurgeBiter

@DriftShell42 dengan sangat menyesal harus kukatakan kalau tidak semua manusia itu baik. Sebagian besar dari mereka adalah predator. Predator yang aneh kalau harus kubilang. Di distrikku, seekor pari dibunuh begitu saja oleh manusia. Seekor paus orca (semua ikan tahu mereka adalah apex tertinggi) dilepas kepalanya. Bisa bayangkan itu? Kau melepas kepala paus orca dan meninggalkan tubuhnya begitu saja? Aku berani bersumpah tak ada makhluk manapun di laut yang lebih kejam daripada manusia.

Poha memutus koneksinya tak lama kemudian. Ia menyerah membaca semua balasan-balasan yang mengerikan dan menjijikkan tersebut. Paling tidak semua balasan mereka masih kurang lebih sama dengan catatan yang ditulis Kartikeya.

Pasang naik belum mencapai puncaknya. Poha memutuskan untuk keluar dan mencari Tehere untuk mencari tahu apa rencananya berikutnya. Meski mamanya selalu saja memarahi Poha untuk pergi karena ia tak ingin anaknya tiba-tiba saja dimakan predator di luar sana. Poha berusaha sekeras mungkin untuk menjelaskan kalau hal terakhir yang paus orca ingin lakukan adalah memakan ikan buntal yang punya sistem pertahanan diri kuat.

Pada akhirnya ia diizinkan untuk keluar dengan syarat harus kembali tiga jam kemudian. Di luar sana, keadaannya benar-benar berbeda. Solaris sudah jadi seperti distrik yang mati. Beberapa ikan tak berani meninggalkan rumah mereka karena berpikir arus masih berbau darah. Walaupun semuanya sudah tercium seperti air laut pada umumnya. Hanya ada beberapa ikan yang memutuskan untuk berenang di perairan.

Dalam perenangannya, Poha singgah sejenak di gerbang perbatasan habitat hiu. Semuanya benar-benar mati dan sunyi. Tak ada lagi sirip dan ekor yang bergerak-gerak di dalam sana. Arusnya tenang, tetapi ketenangan itu membuat Poha menggembungkan tubuhnya seolah terdapat ancaman di dekatnya..

Lalu tanpa diduga, Poha menemukan ada seekor ikan di dekat sana, tetapi bukan hiu. Meski begitu ia masih tak menyangka akan bertemu dengannya di sini setelah sekian lama.

"Rake ...?" panggil Poha, dan pari biru itu tersentak seakan dirinya baru saja kedapatan mencuri harta terpendam Solaris.

"Poha? Astaga. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku bisa menanyakan hal yang sama padamu, teman."

Rake tertegun. Teman. Sudah lama pari itu tak mendengarnya. Ia senang Poha masih menganggapnya sebagai teman setelah sekian lama.

"Uh ... hanya melihat-lihat," kata Rake. Ia menghela napas sejenak sebelum melanjutkan. "Mereka semua sudah mati, yah?"

"Hiu? Bisa dibilang sembilan puluh delapan persen hiu di Solaris sudah mati. Sisanya cukup beruntung untuk bisa menyelamatkan diri," ujar Poha.

"Apa Talis sudah mati?" tanya Rake, dan Poha akhirnya menyadari kalau pari itu belum tahu apa-apa.

"Ia tidak dimakan para orca, kalau itu yang kau maksudkan."

"Sungguh?" Ekor Rake bergerak cepat.

"Tehere bilang dia berhasil kabur, ke laut dalam. Ia pergi ke Abyss."

"Oh ...." Rake mendesah, seolah secercah harapannya baru saja terbawa arus kencang. Semua ikan tahu Abyss masih jauh lebih buruk daripada apapun yang terjadi di Solaris. Poha juga memikirkan hal yang sama. Tehere mengaku belum mendapatkan kabar apapun dari Talis, dan mengharapkan gelembung pesan dari distrik berbeda tentu saja hal yang mustahil.

Talis tak terlihat mencoba untuk kembali ke Solaris, atau setidaknya pergi dari laut dalam. Dengan ekor yang terluka, harus diakui ia tak memiliki peluang untuk selamat. Lebih baik menyanyikan lagu terbaik pada Roh Laut saja demi kematiannya yang tenang.

"Aku menerima sonarmu," ucap Rake. "Aku menemuinya setelah itu."

"Sungguh? Kau menemui Talis?"

Rake mengangguk kecil. "Ya, dan aku menyesal tidak menggunakan kesempatan itu untuk berbicara secara baik-baik padanya."

"Apa maksudmu?" tanya balik Poha. Lalu Rake menceritakan pertemuan singkatnya dengan Talis, tentang penolakannya pada pemeriksaan silang yang bisa saja menghancurkan kehidupan barunya sebagai seekor Hahai. "Oh, Rake ... itu bukan salahmu. Semuanya memang tidak berjalan dengan baik saat itu. Marino juga tak sepakat untuk berbohong jika pemeriksaan silang itu dilakukan."

"Dan pemeriksaan silang itu tak pernah terjadi ...," ucap Rake hampir berbisik, ekornya turun kembali dengan lemah. Tubuh Poha mengempis sedikit, jauh di lubuk hatinya ia juga mengkhawatirkan dan sangat merindukan Talis. Berharap sahabat hiunya itu bisa ada di sini lagi dan mereka bisa bercerita bersama-sama, seperti di masa lalu.

"Aku haru pergi. Sampai bertemu lain kali, Poha." Rake mengembangkan sirip lebarnya dan berbalik, tetapi Poha buru-buru berenang ke hadapannya.

"Tunggu," katanya cepat. "Kenapa tidak ikut denganku saja?"

"Kemana?"

"Aku ingin ke rumah Tehere sebenarnya. Kami sedang melakukan ... sebut saja penyelidikan kecil. Aku, Tehere, dan juga Marino. Mereka berdua pasti akan sangat senang kalau kau juga bergabung. Percayalah," jelasnya sambil tersenyum lebar, sangat berharap Rake akan berkata ya.

"Penyelidikan apa?"

"Akan kujelaskan nanti. Tapi apa kau tidak mau kita berkumpul bersama-sama lagi? Kita kehilangan Anera dan semuanya berubah, sekarang Talis juga sudah pergi, kenapa tidak menjadikannya sebagai momen untuk bersama-sama lagi? Menyatukan sirip kita sekali lagi?"

Sejenak Rake terdiam, tampak memikirkan tawaran Poha. Meski sebenarnya ia sudah siap berkata ya, Rake hanya malu jika harus mengatakannya dengan keras. Selama ini ia menunggu momen ketika mereka mau berkumpul kembali. Justru Rake kesal karena ketiga temannya memulai sesuatu tanpa dirinya.

"Baiklah ...," kata Rake, pura-pura menggerutu. "Aku ada latihan sebenarnya, tetapi tidak masalah. Itu bisa menunggu."

Itu juga hanya pura-pura. Latihan Rake masih dihentikan setelah rumah pelatihnya hancur akibat tertimpa tubuh seekor hiu yang diserang paus orca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro