
╰ terakhir : pertemuan dan perpisahan ╮
"Perasaanku tidak enak," gumam [Name] memandangi awan yang perlahan gelap setelah ditaburkan kandungan zat pembentuk hujan buatan.
"Kau mabuk?" tanya Tomohisa tampak khawatir. "Aku membawa kantong muntah."
[Name] menggeleng cepat. "Untuk sekarang masih tidak. Korekuni-san, apa kakakmu baik-baik saja? Kemarin aku tidak mendapatkan balasan pesan darinya."
"Kemarin dia menerima perawatan intensif setelah menjalani kemoterapi lagi."
Semalam Kakak Ryuuji memang tidak sempat menyentuh ponsel. Biasanya intuisi wanita bekerja lebih tajam, tetapi mungkin kekhawatiran itu hanyalah persepsi semata. Jarak ketinggian ribuan kaki perlahan semakin berkurang helikopter saat mendarat. [Name] berhasil merekam proses dengan lancar. Setelah penaburan urea pukul dua belas mendatang, ia siap menyebarkan video melalui sosial media. Dengan demikian, para pengikutnya bisa segera tahu dan menyebarkan kabar misi R2 secara terkini.
Helikopter mendarat halus. Bunyi baling-baling semakin samar terdengar. [Name] meraih tas yang berada di dalam rak dan terjaga oleh staf penjaga lapangan. Manik [Name] membelalak. Ada sebuah pesan balasan singkat dari Kakak Ryuuji.
[Name]-chan. Apa kau sempat menjengukku? Sendirian saja. Jangan beritahu Tomo dan Ryuuji, kumohon.
Perempuan itu menatap Tomohisa dan Ryuuji yang sedang sibuk berdiskusi rencana berikut. Hari ini adalah persiapan yang cukup sibuk. Situasi yang mendera batin [Name] kian larut dalam dilema. Ponsel pintarnya sudah tergenggam erat.
"[Name]-san, siap untuk liputannya?" tanya salah satu staf telah merapikan letak kamera dengan tripod.
Tidak langsung dibalas, pesan Kakak Ryuuji masih belum terbalas. Mikrofon di tangan kiri [Name] tergenggam erat. Kewajiban untuk menyiarkan R2 telah tiba.
"Selamat siang, saya [Full Name]. Melaporkan misi Reborn Rainbow. Sebuah perencanaan kemunculan pelangi ke dunia."
Dan, penantian itu akan berakhir hari ini.
Tanpa disadari siapa saja sejak waktu yang terus berlalu.
◀ R2: Reborn Rainbow ▶
•●- terakhir : "pertemuan dan perpisahan" -●•
song in media:
please don't - k. will piano cover © piano kidz (in case kalau ingin perdalam feels)
Agаsнii-saи's™ Presents
※※※
Dengan beberapa revisi, video liputan [Name] secara individual telah tersebar luas di sosial media. Dalam lima belas menit, video [Name] telah tersebar sebanyak lima ratus kali. Jantung [Name] terus berdegup kencang. Ia tidak menyangka respons pengikutnya akan begitu berkembang pesat. Persiapan hanya berlangsung beberapa jam. Ia telah merangkai skrip kalimat yang dirancang secara sistematis sehingga persiapan liputan berjalan dengan efisien.
[Name] kembali memandang pesan singkat dari Kakak Ryuuji. Ada keganjilan yang terasa. Ada alasan tersembunyi karena tidak mengajak Tomohisa dan Ryuuji untuk menjenguknya. Namun, [Name] berusaha menghargai keputusan Kakak Ryuuji dan izin meninggalkan kantor dengan alasan mengambil barang yang tertinggal di apartemen.
Bau antiseptik menguar tajam saat [Name] berjalan di lorong rumah sakit. Kehadiran dirinya berbeda saat terakhir kali. Sebuah masker dan sebingkai manik hitam menutupi identitas diri. Jika ia bertampang kontras seperti beberapa hari silam, kemungkinan besar akan muncul keributan kedua kali.
"Lihat! Dia penyiar yang cantik itu, 'kan? Nekat sekali."
"Tapi cuaca sedang mendung. Mungkin saja pelangi benar-benar kembali."
"A-aaah! Benaran sedang turun hujan sekarang! Kita nantikan saja!"
Diskusi itu terdengar saat [Name] melangkah dan mendapati tiga pengunjung kaum hawa berkerumun. [Name] segera berderap menuju elevator. Respons khalayak umum beragam. Pro dan kontra. Selalu demikian ada. Namun, ia berlalu dalam diam. Tidak lupa, [Name] membawa sebuket mawar putih. Kehadirannya kini terfokus untuk menjenguk Kakak Ryuuji.
"A-arigatou!" seru wanita paruh baya saat [Name] tepat berada di depan pintu ruang VIP 703. Di dalam sana, samar-samar terlihat keluarga inti. Ayah, ibu, dan seorang perempuan mungil.
Dahi [Name] mengernyit. Mungkin Kakak Ryuuji sedang menghibur anak-anak penderita sepertinya di rumah sakit ini. Ryuuji sering bercerita bahwa kakaknya sangat terbuka. Menceritakan dongeng, mendengarkan curahan hati, dan bermain bersama. [Name] sontak tersenyum lebar. Hati Kakak Ryuuji yang begitu besar.
"Kami ... tidak tahu bagaimana cara berbalas budi."
Sebenarnya [Name] ingin saja mendorong pintu pasien. Namun, ia memutuskan untuk menetap di bangku panjang yang dipergunakan untuk menunggu. Pembicaraan yang terjadi di dalam mudah terdengar, sehingga mau tidak mau perempuan itu menguping pembicaraan mereka.
"Tidak perlu. Yang penting dia sehat."
"Karin-chan sangat tersiksa karena gejala leukimia," tutur wanita paruh baya itu memeluk anak yang tengah memeluk boneka beruang. "Kebetulan kalian berdua cocok menerima donor itu, tetapi donor yang ada hanya satu."
Netra [Name] membola penuh. Buket bunga yang digenggam seketika melemas hingga jatuh membentur lantai. Mendengar ucapan barusan menyiratkan kabar buruk. Dua orang yang saling membutuhkan. Hanya satu orang yang bisa menerima.
Air mata [Name] menggenang hingga pandangannya kabur. Ia teringat Ryuuji begitu gigih mempertahankan keyakinan bahwa kakaknya akan baik-baik saja. Penerimaan cangkok sumsum tulang belakang yang dapat memperpanjang usia hidup.
Saat keluarga itu meninggalkan ruangan Kakak Ryuuji, [Name] menahan diri tidak menumpahkan air mata dan membiarkan isakannya tak terdengar. Diraih lagi buket mawar putih yang sempat terjatuh, lalu berdiri menghadap pintu. Jemarinya yang terkait di depan kenop pintu terasa berat untuk dibuka. Kakak Ryuuji.
"Ah, [Name]!" sapa Kakak Ryuuji melambaikan tangan.
Tangisan [Name] lepas tanpa pertahanan. "Neechan!"
Kakak Ryuuji tertegun, lalu bulir manik meluncur bebas di kedua pipi. Ia mengusap punggung [Name]. Dalam diam mendengar isakan [Name] yang semakin menjadi-jadi.
"Tidak apa-apa, [Name]-chan. Sepertinya kau sudah paham alasan pesanku tadi, ya? Maaf membuatmu terluka."
[Name] menggeleng cepat. "Kumohon, tetaplah berjuang sampai akhir. Setidaknya hingga pelangi muncul hari ini. Sore ini."
"Terima kasih, [Name]-chan. Aku senang jika pelangi tiba lagi sebelum kepergianku. Tapi jika memang tidak terjadi saat itu, tidak masalah. Menemui [Name]-chan sudah masuk salah satu impianku. Aku bersyukur karena kita saling terkait seperti ini."
[Name] mengernyitkan dahi. "Usahaku dengan mereka tidak sebanding. Aku ...."
"Reputasi dan kegigihan hati itu jawabanku saat [Name] terus ragu," kata Kakak Ryuuji melepas dekapan lalu meraih tangan [Name].
"Pasti masih ada donatur lagi! Aku akan menghubungi Kitakado-san dan Korekuni-san!"
"Jangan. Aku tidak mau mereka melihatku seperti ini."
Mereka berdua duduk di sebuah sofa yang menghadap jendela. Tirai tergeser ke tepian, masih ditemani sejumlah burung origami yang tergantung indah. Rintik hujan membasahi permukaan kaca. Langit masih keruh; berwarna keabu-abuan.
"[Name]-chan, apa aku boleh meminta sesuatu kepadamu?"
"Apapun akan kuwujudkan, tapi jangan karena kau yakin takkan ada lagi di sampingku."
"Tapi aku tidak bisa meminta jika bukan karena alasan itu. Jadi, kumohon dengarkan."
[Name] menyeka air matanya yang terus menetes. Ia tidak yakin bisa mengelak lebih lanjut. Oleh karena itu, ia memutuskan mengalah dalam diam.
"Jaga Ryuuji dan Tomo, ya. [Name]-chan pasti bisa. Karena mereka menyayangimu."
"Kami hanya rekan kerja," elak [Name] memalingkan muka. "Kami bertemu karenamu. Aku ... tidak yakin mereka seperti itu. Menyayangiku."
"Kalau hanya sekadar pekerjaan, Tomo dan Ryuuji takkan menolongmu saat insiden di lorong rumah sakit waktu itu. Mereka bisa saja membiarkanmu," dalih Kakak Ryuuji menyandarkan kepala di bahu [Name]. "Mereka peduli, [Name]. Begitu pula denganku. Terima ... kasih sudah mendengar. Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku."
Bulir hujan yang membasahi daratan dalam intensitas tinggi perlahan berkurang. [Name] memandang Kakak Ryuuji yang telah memejamkan mata. Bibirnya yang memutih dan temperatur suhu kulit yang kian membekukan. Namun, kedua pipi yang menampung air mata perempuan itu masih terasa hangat. Berbaring tepat d bahu [Name] dengan sebuah senyuman lembut.
"Tidak! Neechan, kumohon bangunlah! Neechan!" seru [Name] mengguncangkan bahu Kakak Ryuuji. Berkali-kali, tetapi raga perempuan itu tetap melemas tanpa perlawanan. [Name] menangis sejadi-jadinya. Bahkan hujan berlalu, mentari datang, dan kemudian busur tujuh warna kembali sekali lagi di angkasa.
Kakak Ryuuji tetap tidak kembali.
Saat itu pula pejalan kaki, pasien, murid, dan siapapun yang memandang angkasa saat itu melihat eksistensi yang diam-diam dirindukan. Diam-diam dilupakan. Diam-diam diimpikan. Bentuk perwujudan memori diwujudkan dalam gambar dan video.
"Aku ... tidak sanggup menerima permintaan neechan." [Name] menyeka air mata dan memandang eksistensi tujuh warna di sore hari itu. "Karena aku tidak pantas bersama mereka."
Tanpa [Name] sadari, kedua pemuda itu menetap di luar. Menyadari keganjilan sejak awal [Name] pergi begitu saja. Ryuuji bersandar di depan pintu, menutupi kedua mata yang terus membasahi pipi. Begitu pula Tomohisa yang duduk bersamanya dan menatap nanar sekitar.
Setiap pertemuan berarti ada perpisahan. Namun, perpisahan yang paling menyakitkan karena takkan bisa dijumpai di mana pun. Bahkan menjelajahi ujung bumi sekalipun.
※※※
Kejadian duka berakhir membawa [Name] mengurung diri di dalam apartemen selama beberapa hari. Tidak bertemu dengan Tomohisa dan Ryuuji sama sekali. Ponsel miliknya berdering berkali-kali, tetapi berakhir tanpa jawaban. Namun, bel apartemennya berdering. [Name] tak lagi bisa menghindar lebih lanjut. Ternyata seorang tukang pos.
"Siang, maaf merepotkan. Apa benar Anda [Full Name]?" tanya seorang pemuda berambut merah muda ikal.
"Benar," jawab [Name] diberikan sepucuk surat beramplop cokelat dan sebuah bolpoin untuk menandatangani buku mungil untuk mendata pelanggan.
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Semoga surat itu membawa kabar baik. Jaa ne!"
Tukang pos periang itu berlari penuh semangat membawa tas biru berisi surat-surat lainnya. Tak ambil pusing, [Name] menutup kembali pintu apartemen. Membuka amplop cokelat yang tersegel rapi. Identitas yang terlihat hanya nama dan alamat penerima. Untuk mengetahui lebih lanjut, ia memang harus menggali sendiri dari isi surat.
"Ini dari ... Daikoku Television!" jerit [Name] tak menyangka.
Tulisan resmi yang diketik secara baku menunjukkan keinginan [Name] untuk bekerja kembali sebagai penyiar berita prakiraan cuaca. Alis [Name] bertaut dalam. Ada perasaan senang menghampiri saat keinginannya terkabul. Saat itu, [Name] berucap penuh keyakinan kepada Tomohisa saat mengunjungi Kakak Ryuuji untuk pertama kali.
"Ini ... benar-benar terjadi," gumam [Name] menutup lagi surat yang dilipat dua. "Karena pelangi muncul lagi saat itu."
Memutuskan tidak lagi menghindari rentetan kejutan notifikasi ponsel, [Name] menyadari sejumlah tawaran wawancara dari berbagai saluran televisi di mana-mana. Namun, hati [Name] mengingini pencarian lain. Selain itu, panggilan tak terjawab dari staf penata rias. [Name] berjanji akan menghubungi balik teman dekatnya itu. Sekitar lima belas menit, [Name] menelusuri informasi yang tertinggal saat larut dalam kegundahan.
Hingga bel kedua apartemen kembali berbunyi.
[Name] mengernyitkan dahi.
Siapa lagi yang datang menuju apartemennya?
"Siaaang! Nona [Name] yang tadi. Aku lupa, ada yang ketinggalan!"
Ternyata tukang pos berisik barusan. Orang yang sama dengan segala keceriaan yang tak berubah saat [Name] hanya berekspresi datar. Sepucuk surat itu diberikan kepada [Name].
"Terima kasih," jawab [Name] kembali mengulang kejadian serupa; menandatangani buku data penerima.
"Kali ini saya doakan yang terbaik. Sampai jumpa!"
[Name] memandangi amplop yang diterima dari tukang pos barusan. Saat dibuka, lagi-lagi kejutan menghampiri hatinya. Sekali lagi. Setiap kata yang diresapi dalam hati.
Memunculkan benih rasa yang terpendam.
Masa lalu yang menjadikan hatinya tercampur berbagai rasa.
Dan, masa depan baru yang terjadi saat surat itu berada di genggaman.
※ fin ※
So, let's answer your decision for the last part!
Kira-kira, apa warna amplop yang diterima [Name]? Dari siapa?
A. Pink / Korekuni Ryuuji
Spoiler:
[Name] dan Ryuuji secara terpisah menemukan flashdisk milik Kakak Ryuuji. Untuk melihat isi data tersebut, mereka harus bertemu.
Mungkinkah perasaan mereka sebenarnya saat itu telah tertaut satu sama lain?
genre: romance, comedy, fluff
B. Putih / Kitakado Tomohisa
Spoiler:
Tomohisa meragukan perasaan kepada [Name] karena meyakini Kakak Ryuuji sebagai cinta pertamanya. Akan tetapi, masa lalu tersebut meninggalkan pesan terdalam. Akankah Tomohisa dapat membuka hatinya sekali lagi?
genre: romance, hurt/comfort, chicklit
Dua-duanya tetap dirilis secara privat.
A/N:
Bagi pembaca yang belum / tidak follow agachii, bacaan ini sudah resmi berakhir sampai di sini. Part ini adalah normal ending / open ending karena di akhir, [Name] tetap menemukan kebahagiaannya meskipun tergambar secara samar. Jadi, pembaca sendiri yang berimajinasi sesuai versinya.
Love ending adalah akhir sesungguhnya, tetapi versi terpisah antara Ryuuji dan Tomohisa. Kalau yang bisa baca privat tetap boleh baca kedua-duanya walaupun sudah memilih salah satu. Itu hak kalian ingin melayarkan kapal yang mana, hehehe ^^
Sekali lagi, terima kasih sudah membaca serialisasi pendek kedua B-Project ini!
With love,
Agachii
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro